SADHANA
SERI SUMBER HIDUP
Penerbitan seri SUMBER HIDUP ini ingin memenuhi sebagian dari kebutuhan yang dirasakan oleh Gereja dewasa ini, khususnya dalam bidang kerohanian. Selama tahun tahun terakhir ini kita saksikan adanya suatu kebangkitan rohani dalam Gereja, tidak hanya pada kalangan para rohaniwan rohaniwati saja, tetapi juga dalam kalangan kaum awam, kita jumpai gejala yang sama. Di mana-mana oaring mencari-cari penghayatan hidup Kristen lebih sadar, lebih mendalam. Gairah akan kehidupanbatin dan rohani makin bertambah. Karena itu dirasakan pula kurangnya bahan-bahan yang dapat dipakai sebagai sumber inspirasi dan pegangan. Untuk menanggapi sebagian kebutuhan ini, Panitia Spriritualitas dengan direstui oleh KONGGAR III menerbitkan seri SUMBER HIDUP ini dengan kerja sama Yayasan Kanisius.
Adapun Tujuan seri SUMBER HIDUP ini ialah menerbitkan teks-teks rohani yang dapat memberikan inspirasi serta pegangan dan bimbingan dalam usaha pendalaman iman dan rohani. Maka itu hanya menerbitkan teks-teks yang sekedar dapat memberikan makanan untuk sedikit memuaskan kelaparan rohani yang ada. Teks-teks tersebut dapat berupa karangan yang bermutu, ataupun terjemahan dari karangan yang sudah ada dalam bahasa asing, baik modern maupun yang klasik. Sesuai dengan nama yang dipilih, seri ini ingin sekedar membantu memberikan ar penyegar dahaga rohani, serta membawa orang kepada jalan yang menuju Sumber Kehidupan, baik rohaniwan/wati maupun awam.
Semoga seri ini dapat berguna bagi semua orang.
KATA PENGANTAR
Sadhana, yang berarti “jalan”, di sini dikhususkan menjadi “jalan menemukan Tuhan”. Di Roma Pater Tony de Mello, seorang Yesuit asli India, memberikan latihan-latihan doa ini – belum dibukukan pada waktu itu, desember 1974 – maret 1975 – kepada puluhan peserta dari berbagai Negara, setiap pagi sekitar ¾ jam.
Karena tanggapan yang begitu menggembirakan, selain “latihan doa” dalam bahasa inggris, ia masih membuka latihan lain dalam bahasa spanyol, yang ramai dikunjungi juga. Pada waktu itu diusulkan kepada Pater de Mello untuk membukukan latihan- latihan doa itu, dan menerbitkan untuk umum.
Selama beberapa tahun satu dua orang pergi ke Poona ( India ) untuk belajar doa itu di pusat “Sadhana” di bawah bimbingannya. Satu kali Pater de Mello sendiri datang ke Indonesia 10 – 18 oktober 1976, memimpin “latihan doa” di Girisonta untuk kelompok kecil. Sesudah itu masih ada saja orang mengunjungi Istitut “Sadhana” di Poona untuk menimba kekayaan yang disalurkan lewat doa-doa, seperti diajarkan dalam buku ini.
Perhatian dan Permintaan akan doa-doa ini menjadi lebih luas di kalangan umat, karena sikap dan cara dirasa baik dan sesuai bagi kebudayaan timur dan khususnya kebudayaan katolik di Indonesia. Kita masih mencari-cari ekspresi doa yang berisikan saluran murni dari tradisi kristiani Barat-Timur sepanjang jaman, dan diungkapkan dalam cara-cara yang mudah dapat membudaya di lingkungan kita.
Semoga sumbangan Pater de Mello, kelahiran Goa yang berabad-abad bertradisi katolik itu, dapat membuka arah baru untuk menemukan kepribadian kita sendiri di bidang doa.
PENDAHULUAN
Lima belas tahun terakhir ini saya bertugas sebagai pemimpin retret dan pembimbing rohani membantu orang untuk berdoa. Saya mendengar banyak keluhan: orang tidak tahu bagaimana caranya berdoa. Bagaimanapun mereka berusaha, kelihatan tidak ada kemajuan. Rasanya doa membosankan dan mengecewakan. Saya banyak mendengar pembimbing rohani menyatakan tidak berdaya, kalau sampai pada soal bagaimana mengajar orang berdoa, atau lebih jelasnya, bagaimana mencapai kepuasan dan perkembangan dalam doa.
Hal ini selalu mengherankan saya, sebab saya cukup mudah dapat menolong orang berdoa. Hal ini tidak saya hubungkan melulu dengan karisma, yang saya miliki. Hal ini saya hubungkan dengan beberapa dasar sederhana, yang saya ikuti untuk doa saya sendiri dan untuk membimbing orang lain berdoa. Salah satu dasar menyatakan, bahwa doa itu suatu latihan yang membawa perkembangan dan memberi kepuasan, dan memang banyak kita mencari ini semua dalam doa. Dasar lain menyatakan bahwa doa itu harus lebih dilakukan dengan hati daripada dengan budi. Memang semakin cepat doa bebas dari pemikiran kepala, semakin jadi menyenangkan dan bermanfaat. Kebanyakan Imam dan religius menyamakan doa dengan berpikir-pikir. Itu gagasan mereka.
Seorang rekan Yesuit bercerita kepada saya, bahwa ia menghubungi seorang guru Hindu untuk mendapatkan pengarahan dalam hal doa. Guru itu berkata: Pusatkan perhatinmu pada pernafasan. Rekan saya langsung melakukan itu selama 5 menit. Lalu Guru berkata:“Udara yang anda hirup itu Tuhan. Anda menghirup Tuhan dan menghembuskan –Nya. Sadarilah itu dan bertahanlah dalam kesadaran itu”. Rekan saya dalam pikirannya melakukan penyesuaian teologi sedikit terhadap pernyataan tadi, lalu menjalankan perintah guru: Berjam-jam, hari demi hari dan ia kagum menemukan bahwa berdoa itu dapat menjadi sederhana seperti bernapas saja; menghirup dan menghembuskan udara. Dalam latihan ini ia mengalami pendalaman dan kepuasan, serta mendapatkan santapan rohani, yang tidak pernah ia peroleh selama berjam-jam, bertahun-tahun berdoa.
Latihan-latihan yang saya uraikan dalam buku ini, hampir serupa dengan pengarahan guru hindu, yang sejak itu tidak pernah saya jumpai atau dengar kabarnya lagi. Saya juga mempunyai beberapa pendapat tentang doa, tetapi ini baru akan saya jelaskan bersama dengan latihan-latihannya nanti, bagaimana itu mendasarinya.
Sering latihan-latihan ini saya berikan keepada beberapa kelompok orang, semacam “kelompok doa” atau lebih tepat “kelompok samadi”. Beda dengan anggapan umum, kelompok samadi itu memang mungkin. Memang dalam situasi tertentu,samadi lebih berhasil dilakukan bersama / berkelompok dari pada sendirian / perorangan. Saya tulis latihan-latihan ini dengan bentuk dan bahasa hamper sama seperti yang saya berikan kepada orang dalam kelompok. Kalau anda ingin mengadakan “kelompok samadi” dan mengunakan buku ini sebagai pegangan, anda hanya tinggal mengambil teks ini untuk setiap latihan dibaca perlahan-lahan, dan kerap kali berhenti cukup lama,terutama pada tempat-tempat yang ditandai dengan titik-titik:……………………….
Melulu membaca teks ini keepada orang lain belum cukup untuk menjadi pembimbing kelompok samadi yang baik. Untuk itu anda harus menjadi orang berpengalaman dalam samadi lebih dulu. Anda sendiri harus sudah pernah mengalami hal-hal yang anda bacakan kepada orang lain. Dan anda juga harus memiliki sekedar ketrampilan membimbing orang dalam bidang rohani. Latihan-latihan ini bukannya mengantikan pengalaman pribadi dan kemahiran di bidang rohani, melainkan hanya merupakan langkah pertama, yang niscaya akan membawa manfaat bagi anda dan kelompok. Saya berusaha untuk menghapus latihan-latihan yang memerlukan bimbingan seorang ahli di bidang doa. Dan bila ada bahaya bahwa suatu latihan akan merugikan, saya akan menunjukan hal ini dan memberikan sarana untuk mencegah,
Saya persembahkan buku ini kepada Santa Perawan Maria, yang bagi saya selalu merupakan tokoh samadi atau teladan kontemplasi. Bahkan lebih dari itu, saya yakin, bahwa Ibu inilah yang menjadi Perantara rahmat, yang dianugerahkan kepada saya dan banyak orang lain, yang membimbing dalam doa dan kiranya tanpa Dia tidak akan kita terima.
Latihan 1:
KEKAYAAN DALAM KEHENINGAN
“Keheningan itu wahyu agung” kata Lao-Tse. Kita bias memikirkan Kitab Suci sebagai wahyu Tuhan. Dan memang demikian!
Saya sekarang ingin anda dapat menemukan wahyu yang tersimpan dalam keheningan. Untuk meresapi wahyu, yang datang lewat Kitab Suci, anda harus membuka hati terhadap Kitab Suci. Untuk meresapi wahyu, yang datang lewat keheningan, anda harus mencapai keheningan lebih dahulu. Dan ini tidak mudah. Marilah kita mencoba ini dalam latihan berikut:
Saya ingin anda masing-masing mengambil sikap yang sesuai.
Pejamkan mata.
Sekarang saya mengajak anda untuk hening-diam selama sepuluh menit.
Pertama-tama anda mencapai keheningan, keheningan yang mutlak menyeluruh, meliputi budi dan hati. Kalau sudah mencapai ini, anda membuka diri terhadap apa yang datang lewat “pewahyuan”(penyingkapan)
Sesudah sepuluh menit saya akan mempersilahkan anda membuka mata, dan bila rela, berbagi-rasa dengan kita: apa yang telah anda lakukan dan anda alami selama sepuluh menit itu.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Dalam berbagi rasa dengan kita semua tentang apa yang anda lakukan dan alami, jelaskan kepada kita, bagaimana anda berusaha mencapai keheningan dan bagaimana hasilnya.
Uraikan keheningan itu sedapatnya. Ceritakan, apa yang anda alami dalam keheningan itu. Ceritakan apa saja yang masuk dalam pikiran dan perasaan selama latihan ini.
Pengalaman orang yang mencoba latihan ini amat berbeda-beda. Kebanyakan orang menemukan dengan terkejut, bahwa keheningan itu sesuatu yang mereka tidak biasa. Bahwa apa pun yang mereka coba, mereka tidak mampu menghentikan pikiran yang terus melayang-layang atau meredakan gejolak emosi yang mereka rasai di dalam hati. Ada orang lain yang merasa sudah mendekati batas keheningan, lalu mereka mengalami semacam panik, kemudian mundur. Keheningan itu kadang-kadang menakutkan.
Tidak perlu putus asa. Bahkan pikiran yang melayang-layang itu menyingkapkan sesuatu, bukan? Suatu wahyu! Kenyataan, bahwa pikiran anda melayang-layang, bukankah itu menyingkapkan (mewahyukan) sesuatu tentang diri anda? Tidak cukup, menyadari hal ini! Anda harus mengambil waktu untuk mengalami pikiran melayang-layang. Dan bagaimana jalannya pikiran melayang-layang, itu sendiri mengungkapkan banyak juga. Dan ada sesuatu yang menarik bagi anda. Kenyataan, bahwa anda sadar akan pikiran melayang-layang atau akan gejolak di dalam batin atau sadar akan ketidak mampuan anda untuk menghentikannya,semua itu menunjukan bahwa ada suatu lapisan keheningan tipis dalam diri anda, namun sekurang-kurangnya cukup untuk menyadari ini semua!
Sekali lagi pejamkanlah mata anda dan sadarilah pikiran anda yang melayang-layang …………. Selama dua menit saja……………………………………………………
Sekarang rasailah keheningan, yang memungkinkan anda menyadari pikiran yang melayang-layang itu tadi.
Itulah keheningan tipis sekali, yang ada dalam diri anda; itu hendak kita bangun sepanjang latihan-latihan, yang akan menyusul ini. Dengan perkembangannya, keheningan akan menyingkapkan lebih banyak lagi tentang diri pribadi anda. Atau lebih tepat, keheningan akan menyingkapkan diri anda kepada anda sendiri. Itulah pewahyuan yang pertama, “diri anda sendiri”. Dan dalam dan lewat pewahyuan ini anda akan mencapai hal-hal yang dengan uang tak terbeli, hal seperti kebijaksanaan dan kedamaian, kegembiraan dan……………………..TUHAN.
Untuk mencapai hal-hal yang tak ternilai harganya ini tidak cukup anda berefleksi, berbicara, bertukar pendapat. Yang diperlukan itu usaha. Mulailah usaha itu sekarang ini juga.
Pejamkan mata anda. Carilah keheningan dalam waktu lima menit lagi. Pada akhir latihan amatilah , apakah kali ini usaha anda lebih berhasil atau kurang.
Amatilah, apa keheningan menyingkapkan sesuatu kepada anda, yang tadi tidak anda perhatikan.
Jangan mencari-cari, sesuatu yang serem akan mulai tersingkap dalam keheningan – terang, ilham, ilmu. Malahan jangan mencari sama sekali. Sebaiknya anda membatasi diri dengan mengamati .
Tampunglah setiap hal, yang timbul dalam kesadaran anda : setiap hal, bagaimanapun biasa dan sederhana, itu menjadi pewahyuan bagi anda. Pewhyuan yang anda terima itu mungkin hanya berupa tangan yang berkeringat, dorongan untuk merubah sikap, atau kekhawatiran akan kesehatan anda. Tidak perduli! Yang penting ialah, bahwa anda menjadi sadar akan hal itu. Isi kesadaran anda itu kurang penting dari pada mutu kesadaaran anda. Kalau mutu membaik, keheningan anda menjadi lebih dalam. Dan kalau keheningan anda menjadi lebih dalam, anda akan mengalami perubahan. Dan anda dengan gembira akan menemukan, bahwa pewahyuan itu bukan pengetahuan. Pewahyuan itu kekuasaan: kekuatan gaib yang membawa perubahan.
Latihan 2:
PENYADARAN TUBUH
Ambilah sikap yang santai dan tenang. Pejamkan mata.
Sekarang saya akan minta kepada anda, untuk menyadari perasaan-perasaan tertentu yang anda rasakan pada saat ini, tetapi tidak anda sadari betul…………….
Sadarilah sentuhan baju pada bahu anda ……….. ……………………………………
Sadarilah sentuhan kain pada punggung anda…………………………………………
Sentuhan punggung pada sandaran kursi, tempat duduk anda…….................................
Lalu sadarilah sentuhan tangan satu sama lain, atau seperti terletak di pangkuan anda
Lalu sadarilah paha, atau badan anda yang menekan kursi…………………………….
Sadarilah telapak kaki anda menyentuh sandal, sepatu…………………………………
Sadarilah sikap anda duduk secara benar-benar ………………………………………
Sekali lagi: bahu anda………punggung anda………tangan kanan anda…….tangan kiri anda………...paha anda……….telapak kaki anda……..
Sekali lagi: ……..punggung …….tangan kanan……tanagn kiri……paha kanan……. paha kiri………...telapak kaki kanan…….telapak kaki kiri……..sikap duduk……….
Sekarang anda sendiri berkitar, bergerak dari bagian satu ke bagian yang lain pada tubuh anda. Jangan berhenti lebih lama daripada beberapa detik pada setiap bagian: bahu, punggung, paha,dst. Terus berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain.
Anda boleh berhenti pada bagian- bagian tubuh yang saya sebutkan, atau pada bagian lain menurut kehendak: kepala, tengkuk, dada, perut, …… yang penting ialah bahwa anda merasai perasaan pada setiap bagian, dirasai selama dua detik, lalu terus ganti bagian tubuh lainnya.
Latihan sederhana ini memberi rasa santai pada kebanyakan orang. Dalam kelompok-kelompok, yang saya beri latihan ini untuk pertama kalinya, ada juga orang yang merasa begitu tenang, hingga tertidur!
Musuh utama dalam doa itu ketegangan syaraf. Latihan ini menolong anda untuk mengatasi hal itu. Rumusannya mudah: anda santai, kalau anda mulai memperhatikan rasa, kalau anda menjadi sadar penuh akan perasaan-perasaan tubuh, Akan suara-suara disekitar anda, akan pernafasan anda, sesuatu rasa di dalam mulut.
Terlalu banyak orang hidup dengan kepalanya saja – mereka itu biasanya hanya menyadari pikiran dan angan-angan, yang berkeliaran dalam kepala, dan kurang sekali menyadari kegiatan indera dan rasa. Akibatnya, mereka jarang sekali hidup pada saat sekarang ini. Biasanya mereka selalu ada di masa lampau atau masa mendatang. Ada di masa lalu, menyesali kekeliruan yang sudah, merasa salah karena dosa yang dulu-dulu, membanggakan keberhasilan masa lampau, meresahkan rasa tersinggung yang sudah lampau, disebabkan oleh orang lain. Atau hidup di masa depan, khawatir akan apa yang mungkin menimpa diri atau adanya urusan yang kurang menyenangkan, atau juga kebahagiaan nanti, tibanya peristiwa yang dimimpi-mimpikan.
Mengenangkan masa lampau untuk mengambil manfaat, atau bahkan untuk menikmatinya kembali, dan melihat hari depan, lebih awal untuk menyusun rencana, itu semua berguna, asal kita tidak terlalu lama absen meninggalkan masa sekarang ini, waktu yang sedang kita hadapi. Untuk dapat berhasil dalam doa, mutlak perlu kita mengembangkan kemampuan berkontak dengan masa sekarang dan mau tinggal di situ pula. Dan tidak ada cara yang lebih baik untuk hidup dalam masa sekarang dari pada keluar dari kepala dan kembali kepada rasa.
Rasailah udara panas atau dingin di sekitar anda. Rasailah angina lembut, yang membelai tubuh anda. Rasailah panas matahari bersentuhan dengan kulit anda. Rasailah jaringan dan panas dingin benda, yang anda pegang ……. dan rasai beda-bedanya semua itu.
Rasai bahwa anda mulai hidup, kalau kembali pada masa sekarang. Sekali anda sudah menguasai cara menyadari lewat rasa, anda akan heran menemukan perubahan, terutama kalau anda termasuk orang, yang kerap merisaukan masa mendatang atau menyesali masa lampau.
Sepatah kata tentang keluar dari kepala: Kepala itu bukan tempat baik untuk berdoa. Bukan tempat jelek untuk mulai doa. Tetapi bila doa anda terlalu lama tetap ada di sana, lambat-laun akan menjadi kering, terasa gersang dan menjemukan. Anda harus belajar keluar dari alam berpikir-pikir dan berbicara, pindah ke alam rasa, sadar, cinta, intuisi. Itulah alam di mana samadi lahir, dan doa menjadi kekuatan yang merubah, sumber sukacita dan damai tidak habis-habisnya.
Mungkin juga ada satu-dua orang, yang selesai menjalankan latihan ini, merasa dirinya tidak menjadi tenang dan santai, melainkan semakin tegang. Apabila hal ini terjadi, beralihlah pada penyadaran ketegangan anda. Perhatikan, bagian tubuh mana menjadi tegang. Perhatikanlah, seperti apa rasa ketegangan itu. Sadarilah bahwa anda menegangkan diri anda sendiri dan perhatikan sekarang bagaimana itu terjadi.
Kalau saya menggunakan kata “perhatikanlah”, itu bukan maksudnya untuk kembali pada refleksi, melainkan pada perasaan dan penyadaran. Saya tidak dapat cukup menekankan, bahwa latihan ini soal merasai, bukan soal berpikir-pikir. Memang ada orang, yang bila disuruh menyadari lengan, kaki atau tangannya, nyatanya tidak menyadarinya, melainkan membuat gambaran anggota tubuh itu dalam pikiran. Mereka tahu tempat anggota itu dalam tubuh dan mereka menyadari pengetahuan ini. Tetapi mereka tidak menyadari dan merasai anggota badan itu sendiri. Di mana orang lain menyadari adanya kaki atau tangan, kesadaran mereka kosong. Yang mereka punyai hanya gambaran anggota tubuh dalam pikiran.
Cara paling cocok untuk mengatasi hal ini (dan untuk memastikan bahwa anda tidak menggantikan perasaan badan dengan gambaran pikiran) sebaiknya anda menyadari perasaan dan bagian-bagian tubuh itu sebanyak-banyaknya, pada bahu, punggung, paha, tangan, kaki. Ini juga akan menolong anda untuk menaruh perhatian terhadap orang, yang tidak bisa merasai anggota tubuhnya, sebab kiranya nanti anda juga akan menemukan, bahwa hanya sebagian kecil dari tubuh anda tidak berperasaan apa-apa. Sebabnya perasaan anda sudah dimatikan, karena begitu lama terus-menerus hidup dengan kepala saja. Permukaan kulit manusia itu penuh dengan reaksi biokemis bermilyar-milyar, semua ini kita namakan perasaan, dan anda sulit untuk menemukan beberapa saja. Anda telah mengebalkan diri untuk tidak merasakan apa-apa – hampir tentu karena pernah mengalami luka atau konflik rasa, yang lama sudah anda lupakan. Apalagi sekarang daya tangkap dalam kesadaran anda, daya konsentrasi untuk memusatkan perhatian masih lemah dan belum berkembang.
Nanti pada waktunya saya akan menjelaskan hubungan latihan ini dengan doa, dan untuk banyak orang, latihan ini sendiri sudah merupakan salah satu bentuk doa, samadi. Sekarang ini cukup latihan ini diberikan sebagai persiapan untuk doa dan kontemplasi, jalan untuk mencapai ketenangan dan keheningan, sebab tanpa itu doa menjadi sukar, bahkan mustahil.
Sekali lagi pejamkan mata. Sadarilah perasaan-perasaan di berbagai bagian tubuh anda.
Yang paling baik: tidak memikirkan bagian-bagian mana dari tubuh anda, seperti “tangan” atau”kaki” atau”punggung”,tetapi hanya berpindah-pindah dari perasaan satu ke perasaan lain, dan tidak memberi nama atau tanda apa-apa pada anggota dan indra, selama anda menyadarinya.
Bila anda didorong untuk bergerak atau merubah sikap duduk, jangan anda mengikutinya. Hanya sadarilah dorongan itu dan rasa sakit yang mungkin timbul pada tubuh anda dan menimbulkan dorongan itu.
Bertahanlah dalam latihan ini beberapa menit. Anda lambat-laun akan merasa keheningan dalam tubuh anda. Jangan sengaja berhenti menikmati keheningan itu! Teruskanlah latihan penyadaran ini dan biar keheningan itu berlangsung terus dengan sendirinya.
Kalau pikiran mulai menyasar, kembalikanlah pada penyadaran perasaan tubuh, berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain. Sampai tubuh menjadi tenang lagi dan pikiran bersama tubuh masuk dalam keheningan, yang membawa damai dan suasana samadi, dekat dengan Tuhan. Tetapi sekali lagi, jangan sengaja berhenti menikmati keheningannya.
Mengapa tidak boleh menikmati keheningan selama mengadakan latihan? Menikmati itu santai dan menyenangkan! Tetapi kalau itu dituruti, ada bahaya anda akan terbius sementara atau memasuki alam kosong, dan tenggelam dalam biusan ini tidak membawa ke arah semadi dan kontemplasi.
Di sini ada semacam hipnose, yang tidak ada hubungannya dengan ketajaman kesadaran atau kontemplasi.
Maka penting sekali, bahwa anda tidak sengaja mau menciptakan rasa diam dan hening dalam diri anda untuk menikmatinya kalau timbul. Yang harus diusahakan justru kesadaran, dan tidak mematikannya dengan pembiusan, meskipun hanya sekedar. Maka meskipun ada keheningan, dan di dalam keheningan, dan di dalam keheningan sendiri, anda harus terus berkanjang dalam latihan kesadaran dan membiarkan keheningan dengan sendirinya berlangsung.
Nanti akan timbul saat-saat, di mana keheningan dan kekosongan menjadi lebih kuat, hinnga tidak memungkinkan usaha atau latihan lebih lanjut dari pihak anda. Di sini sudah bukan anda yang mencari keheningan, tetapi keheningan menguasai dan meliputi diri anda. Kalau ini terjadi, anda boleh menghentikan semua usaha, yang jelas sudah menjadi tidak mungkin lagi, dan menyerah kepada keheningan batin yang menguasai anda: sekarang ini aman dan ada gunanya.
Latihan 3:
PENYADARAN TUBUH, MENGUASAI PIKIRAN
Latihan ini sifatnya memperdalam latihan yang mendahului. Latihan sebelumnya dapat anda anggap terlalu amat sederhana, begitu sederhana, hingga rasanya seperti tipuan saja. Tetapi kontemplasi itu memang sederhana. Untuk mencapai kemajuan tidak perlu cara-caranya dipersulit, tetapi justru dijaga tetap sederhana, dan ini malahan dirasa amat sulit oleh kebanyakan orang. Singkirkan rasa bosan. Jauhkan godaan, yang mau mencari-cari barang baru, tetapi usahakanlah pendalaman.
Untuk dapat mengambil manfaat sepenuhnya dari latihan ini dan yang sebelumnya, anda harus melakukannya dalam waktu cukup lama. Saya pernah mengikuti retret budha, dan disitu saya berkanjang tidak kurang dari dua belas sampai empat belas jam tiap hari, hanya memusatkan perhatian pada udara masuk-keluar lewat lubang hidung. Tidak ada selingan, tidak ada kegiatan, tanpa buat gagasan untuk mengisi pikiran! Saya masih ingat akan hari, dimana kita menggunakan waktu dua belas jam atau lebih untuk menyadari semua perasaan, yang dapat ditemukan pada setitik tempat antara kedua lubang hidung dan bibir bagian atas. Kebanyakan kita hanya mengalami rasa kosong selama berjam-jam, dan hanya dengan sabar dan tahan, teteap tekun dalam konsentrasi, akhirnya tempat tubuh kebal ini menunjukan perasaan-perasaan juga.
Apa gunanya ini semua dari segi doa, tanya anda. Satu-satunya jawaban, yang kuberikan pada tahap ini, hanyalah: jangan bertanya. Lakukanlah apa yang dilatihkan kepada anda, dan anda akan menemukan jawaban sendiri. Kenyataan tidak ditemukan dalam kata-kata penjelasan, tetapi dalam tindakan dan pengalaman. Maka sekarang berusaha, dengan percaya dan tabah (dan ini memang akan sangat diperlukan) dan tidak lamalagi anda akan menemukan jawaban dari pengalaman!
Anda kemudian juga akan menolak menjawab pertanyaan orang lain, juga kalau pertanyaan itu nampak praktis. Semua pertanyaan intinya berkata: “Tunjukan kepada saya”. Dan jawaban yang tepat hanya: “Bukalah mata dan lihatlah sendiri”. Saya lebih suka, anda berjalan mengikuti saya mendaki gunung, dan mengalami matahari terbit, dari pada bersusah-susah mau menggambarkan, bagaimana rasanya kalau anda melihat matahari terbit dari puncak gunung. “Mari ikut dan lihat”, kata Yesus kepada dua murid yang bertanya. Amat bijaksana!
Segala keindahan matahari terbit di puncak gunung dan lebih banyak lagi akan anda temui, tersimpan dalam latihan begitu remeh,hanya menyadari perasaan tubuh berjam-jam dan berhari-hari. Saya anjurkan, anda selalu mulai waktu doa dengan latihan ini. Tekuni latihan itu, sampai anda mencapai ketenangan dan keheningan, lalu baru meningkat pada doa, entah bentuk dan macam doa apa biasa anda lakukan. Anda dapat melakukan latihan ini dengan manfaat penuh pada waktu-waktu lain juga, sepanjang hari: pada waktu-waktu yang saying dibuang, seperti kalau anda menunggu datangnya kereta api atau bis, bila anda lelah dan tegang, mau merasa santai sedikit, bila masih ada sisa waktu beberapa menit, dan anda tidak tahu mau apa.
Saya harap waktunya akan tiba, anda mengalami kesegaran dan kegembiraan dengan penyadaran ini, hingga anda tidak mau pindah pada doa lain lagi. Pada waktu itu anda akan berkanjang di dalamnya dan mengalami santai murni, tersembunyi dalam latihan sederhana ini. Kontemplasi semacam ini, kemudian masih akan saya bicarakan.
Sekarang kita meningkat pada latihan berikut: dapat dirumuskan dalam beberapa kalimat, tetapi harus dilatih dan diulangi lagi kerap kali. Dalam kelompok samadi, saya tidak pernah lupa menganjurkan agar orang selalu mulai dengan latihan ini selama beberapa menit, setiap kali kami berkumpul, dan para anggota saya anjurkan menekuni latihan setiap hari selama beberapa menit, sekurang-kurangnya pagi, siang, malam.
Pejamkan mata. Ualngi latihan yang sebelumnya, berpindah-pindah dari bagian satu ke bagian yang lain pada tubuh anda, dan menyadari semua perasaan yang anda jumpai pada setiap bagian. Lakukan ini selama barang lima menit.
Sekarng pilihlah satu bagian kecil pada wajah anda: misalnya dahi, atau pipi, atau dagu. Cobalah sadari setiap perasaan di bagian ini.
Pada permulaan nampaknya itu tidak ada perasaan sama sekali. Kalau ini yang dialami, sebaiknya mengulang latihan sebelumnya lebih dahulu. Lalu kembali pada bagian yang sudah ditentukan, dan terus bertahan ditempat itu, sampai menemukan suatu perasaan, entah betapa lemahnya. Kalau ada perasaan timbul pertahankanlah itu. Mungkin hilang lagi, atau berubah menjadi perasaan yang lain. Mungkin perasaan-perasaan lain tumbuh disekitarnya.
Sadarilah perasaan macam apa yang timbul: seperti semutan, gatal, panas, mengeliat, mengetar, mendebar, membeku………………..
Jika pikiran menyasar, kembalikan dengan sabar pada latihan, segera sesudah anda sadar akan itu.
Saya ingin mengakhiri bab ini dengan menganjurkan latihan serupa untuk waktu di luar doa. Kalau anda berjalan, sadarilah sebentar gerakan kaki anda. Hal ini dapat anda lakukan dimana saja, juga di jalan ramai. Soalnya bukan mengetahui, bahwa kaki anda bergerak, tetapi merasai gerakan kaki anda. Ini akan membuat anda menyadari, menjadi tenang, tenteram. Bahkan ini dapat dijadikan latihan konsentrasi pula, tetapi ini lalu harus dijalankan pada tempat yang aman, dimana anda tidak dilihat orang. Mereka melihat anda bertingkah, tentunya akan mengira, ada apa-apa ini! Ini latihannya:
Sambil berjalan mondar-mandir di kamar atau di gang, anda mulai memperlambat gerak, hingga anda penuh menyadari setiap gerakan kaki anda. Sadarilah gerakan-gerakan berikut: mengangkat kaki kiri……. mau melangkah maju…..kaki kiri menyentuh tanah….. berat tubuh bergeser pada kaki kiri………
Sekarang mengangkat kaki kanan…..melangkah maju menapakkan kaki ke tanah di muka anda ………dan seterusnya.
Untuk membantu konsentrasi anda dapat berkata dalam hati,
Sambil mengankat kaki kiri: “angkat……angkat…..angkat………..”
Dan kalau bergerak maju: “ gerak…………gerak……..gerak…………”
Dan kalau menapak pada tanah: “ tapak………..tapak………tapak………….”
Latihan ini tidak cocok sama sekali, kalau anda sedang tergesa-gesa. Dan cukup satu kali mencoba, anda terus akan mengerti, mengapa saya melarang anda melakukan ini disuatu tempat, dimana anda tidak hanya dilihat orang, yang tidak mau membuat tafsiran apa-apa.
Latihan 4:
MENGUASAI PIKIRAN
Kebanyakan orang mengalami pikiran melayang-layang, selama mengadakan latihan penyadaran. Maka disini saya mau mengatakan sesuatu, sehubungan dengan pikiran menyasar atau melayang-layang itu. Mungkin dapat menolong anda mencegah pikiran yang melayang-layang, denga tidak memejamkan mata, melainkan membukanya sedikit. Cukup terbuka untuk melihat jarak satu meter ke muka. Arahkan pandangan pada suatu titik atau suatu benda. Tetapi janagn memusatkan diri pada titik atau benda itu, berkonsentrasi ata memusatka perhatian khusus padanya.
Ada orang yang sulit berkonsentrasi dengan mata tertutup. Mata tertutup itu seakan-akan merupakan layar putih, dimana pikiran dapat melontarkan macam-macam gagasan, yang menjauhkan orang dari konsentrasi. Maka anjuran untuk membuka mata sedikit, diarahkan pada satu titik, satu meter jauhnya. Coba itu sendiri dan gunakanlah nasehat ini, hanya kalau membantu. Mungkin bagi anda mata terbuka atau tertutup sama saja, membawa pikiran kabur.
Suatu cara lain untuk menghindari pikiran melayang-layang, mau percaya atau tidak, ialah duduk dengan punggung tegak. Sampai sekarang, saya belum menemukan alas an ilmiah untuk itu. Tetapi saya yakin dari pengalaman sendiri dan orang lain, bahwa memang begitu. Sikap yang paling utama untuk ini ialah sila lotus, yang diajarkan kepada para penganut yoga: kedua kaki bersilangan dengan telapak ditumpangkan pada paha berlawanan, serta punggung tegak. Saya mendengar, bahwa orang yang dapat menguasai sikap ini, tidak banyak mengalami kesulitan untuk menguasai pikirandan dapat menggunakan pikiran dengan baik. Maka orang berkata, bahwa sikap ini paling sempurna untuk samadi dan membina konsentrasi.
Kebanyakan anda tidak mempunyai kesabaran dan keberanian cukup untuk mencoba menguasai sikap yang amat sulit, namun juga amat menguntungkan ini. Lalu anda terpaksa puas, duduk tegak di atas kursi yang bersandaran tegak, atau pada pinggiran kursi untuk menjaga punggung tetap tegak. Ini tidak begitu berat seperti nampak sepintas. Sebaliknya, sesudah beberapa waktu anda akan sampai kesimpulan, bahwa punggung melengkung itu jauh lebih tidak enak. Dan anda akan menemukan, bahwa punggung tegak itu amat menguntungkan konsentrasi. Orang yang dapat mengetahui berkata, bahwa sementara guru Zen berjalan-jalan di ruang doa dapat mengerti hanya dengan memperhatikan punggung orang yang bermeditasi, apakah ia mengalami pikiran nyasar atau tidak. Ini saya rasa agak berlebih-lebihan, sebab saya ingat betul akan waktu-waktu, dimana punggung saya sama sekali tidak tegak, tetapi saya tidak mengalami pikiran melayang.
Ada penganjur punggung tegak yang sampai berkata: sebaiknya orang berbaring pada alas yang keras seperti lantai, kalau tidak ada cara lain yang sesuai untuk melatih punggung tegak. Anjuran yang dapat berguna, sejauh itu dapat dilaksanakan, dan baik sekali-sekali dicoba. Keberatan saya hanya ini: berbaring seperti itu membuat orang tertidur dan ini lebih merugikan kontemplasi dari pada pikiran yang melayang-layang.
Mungkin sekali dengan segala usaha untuk mengatasi pikiran melayang-layang dengan memusatkan pandangan mata dan enegakan punggung, anda masih tetap diganggu pikiran kabur. Tidak perlu cemas! Pikiran melayang-layang itu gangguan biasa pada setiap orang yang berusaha untuk mencapai samadi. Perjuangan untuk menguasai pikiran itu lama dan sulit, tetapi patut dicoba, karena sekali tercapai,akan melimpah buahnya. Jadi sungguh-sungguh tidak ada jalan lain kecuali menekuni usaha-usaha dan percaya, bahwa sekali anda berhasil, meskipun nampaknya kebalikan yang dirasa. Saya masih punya satu cara untuk membantu. Sebegitu jauh ini sarana yang paling ampuh untuk mengatasi pikiran menyasar. Saya susun sebagai latihan.
Pejamkan mata atau biarkan setengah terbuka, kalau itu dirasa lebih membantu.
Sekarang awasi setiap gagasan, yang masuk dalam pikiran anda.
Ada dua macam cara menghadapi pemikiran : yang satu itu mengikutinya berputar-putar seperti anak anjing di jalanan, yang mengikuti setiap kali ada sepasang kaki berjalan, entah kemana arahnya.
Cara lain yaitu mengawasi seperti orang berdiri dimuka jendela melihat orang-orang berjalan di luar. Ini cara menguasai gagasan ayng saya anjurkan.
Setelah melakukan ini beberapa waktu, anda harus jadi sadar, bahwa sedang berpikir-pikir. Bahkan dalam hati anda boleh berkata: saya sedang berpikir ……saya sedang berpikir……..atau lebih singkat: pikir……pikir…….pikir…….. untuk menyadari proses berpikir yang berjalan dalam diri anda.
Apabila anda tidak menemukan pikiran lagi dan ingatan menjadi kosong, tunggu muncul pikiran berikut. Tetaplah waspada dan segera setelah ada pikiran muncul, sadarilah itu atau sadari, bahwa anda sedang berpikir.
Lakukan latihan ini selama tiga atau empat menit.
Dalam latihan ini anda heran sampai pada kesimpulan, bahwa setiap kali sadar, bahwa anda sedang berpikir-pikir, semua pikiran cendrung berhenti!
Inilah cara saderhana untuk mengatasi pikiran melayang-layang. Berhentilah sebentar dan sadarilah, bahwa anda sedang mengikuti pikiran, dan pikiran akan berhenti. Gunakan latihan ini, kalau anda terganggu oleh pikiran melayang-layang lebih dari biasa. Hampir tidak mungkin orang tidak terganggu pikirannya, kalau baru mulai masuk bidang kontemplasi. Tetapi banyak pikiran nyasar dapat diatasi dengan menyadarkan pikiran pada tugasnya berkonsentrasi, kalau sedang mengalami gangguan. Latihan ini hanya digunakan kalau pikiran melayang-layang tak ada henti.
Ada pikiran menyasar, berat penuh dengan emosi kuat: cinta, takut, dendam, atau lain. Penyasaran berat dengan emosi tidak mudah dikalahkan dengan latihan seperti tadi. Disini perlu menggunakan metode lain, yang akan saya jelaskan kemudian. Tetapi jau lebih penting, anda menguasai keahlian berkonsentrasi, dan ber kontemplasi begitu rupa, hingga anda tetap tenang menghadapai gangguan semacam ini.
Latihan 5:
MENYADARI PERNAFASAN
Mulai latihan ini dengan lima menit berusaha menjadi sadar akan perasaan-perasaan pada berbagai bagian tubuh anda…………..
Sekarang pindahlah pada penyadaran pernafasan anda. Sadarilah udara yang keluar masuk melalui lubang hidung…………
Jangan memperhatikan udara masuk paru-paru. Batasi kesadaran pada udara yang lewat lubang hidung………………………
Jangan mengatur pernafasan anda ………….jangan mencoba memperdalamnya. Ini bukan latihan pernafasan, tetapi latihan penyadaran. Kalau pernafasan anda lemah, biarkan begitu. Jangan itu mau dirubah. Amati saja……………
Setiap kali perhatian kabur, kembalilah pada tugas secara tegas. Bahkan sebelum mulai, sebaiknya anda sungguh berniat, tidak mau melepaskan penyadaran akan satu tarikan nafas saja.
Lakukan latihan ini selama sepuluh smpai lima belas menit.
Kebanyakan orang menanggap latihan ini lebih sulit dari pada kedua latihan lainnya yang sebelumnya. Padahal, dipandang dari segi pertajaman penyadaran, latihan ini paling besar kegunaannya dari ketiga-tiganya. Latihan ini juga membawa akibat ketenangan dan rasa santai.
Dalam usaha menyadari pernafasan, janganlah anda menegangkan syaraf. Niat tegas itu jangan dicampurkan dengan ketegangan syaraf. Anda harus sanggup menderita gangguan pikiran menyeleweng pada permulaan. Tidak perduli ganguan, kenyataan bahwa anda setiap kali kembali pada penyadaran pernafasan – usaha untuk berbuat itu saja – sudah membawa manfaat, yang berangsur-angsur akan anda rasakan kegunaannya.
Apabila anda sudah mencapai kemajuan dalam latihan ini, tingkatkanlah usaha itu menjadi latihan yang sedikit lebih sulit, tetapi juga lebih berguna.]
Sadarilah perasaan udara keluar-masuk lewat lubang hidung. Rasailah sentuhannya. Amatilah, bagian mana dari lubang hidung terasa tersentuh, kalau anda menghirup nafas………….dan bagian mana dari lubang hidung anda rasai sentuhan udara, kalau menghembuskan nafas……..
Sadarilah, bila dapat, rasa udara panas ata dingin…..dingin kalau masuk ,panas kalau keluar.
Mungkin anda sadari juga, bahwa banyaknya udara yang lewat lubang hidung satu tidak sama dengan lubang hidung yang lain……….
Hendaklah menjadi peka merasai sentuhan udara yang paling lembut dan halus lewat lubang hidung, kalau anda menghirup atau mengeluarkan nafas………
Bertahanlah dalam penyadaran ini selama sepuluh sampai lima belas menit.
Waktu yang tercantum untuk setiap latihan itu waktu minimum, yang diperlukan untuk sekedar mempunyai gambaran tentang latihan dan merasai kegunaannya. Tetapi semakin banyak waktu dapat diluangkan untuk itu, niscaya akan semakin besar hasilnya.
Saya hanya mau memberi catatan ini: janganlah bertahan dalam penyadaran pernafasan ini berjam-jam terus-menerus,selama lebih dari dua atau tiga hari. Bias jadi latihan ini membawa ketenangan begitu besar, rasa mendalam penuh, yang menyenangkan dan boleh jadi anda melakukan latihan ini selama berjam-jam selama retret, kalau harus diam selama berhari-hari. Ini jangan anda lakukan, kalau tidak ada pembimbing ahli yang dekat. Sebabnya, karena konsentrasi berkepanjangan pada fungsi hidup begitu peka seperti pernafasan, dapat menimbulkan gambaran khayal, halusinasi atau membangkitkan unsur-unsur dari bawah sadar, yang anda mungkin tidak dapat menguasainya. Bahaya seperti itu jauh, memang! Dan kemungkinan ada orang mau melakukan latihan ini berjam-jam terus-menerus juga jarang. Tetapi saya ingin, anda sadar dan tahu akan hal ini.
Saya tidak bisa cukup menonjolkan nilai latihan ini untuk orang, yang ingin mencapai ketenangan dan penguasaan diri dan kegembiraan hati mendalam ditengah keributan. Seorang guru terkenal dari Timur memberi pesan ini kepada muridnya: “ pernafasan itu sahabatmu yang paling besar. Kembalilah kepadanya dalam segala keributan, dan kamu akan mendapatkan kekuatan dan pengarahan”. Sesuatu pernyataan gaib – dan yang akan anda setujui, setelah anda meluangkan cukup waktu untuk menguasai seni penyadaran yang sulit ini.
Tambahan 1:
KESADARAN DAN SAMADI
Sekarang ini rupanya sudah waktunya untuk menghadapi keberatan, yang kadang-kadang diajukan oleh kelompok samadi, bahwa latihan-latihan penyadaran ini, meskipun membuat tenang dan santai, tidak ada hubungannya dengan kontemplasi, seperti dimaksudkan oleh orang Kristen, dan jelas bukan doa.
Saya sekarang mau mencoba menjelaskan, bahwa latihan-latihan yang sederhana ini dapat disebut kontemplasi dalam arti kristiani sepenuhnya. Apabila penjelasan ini kurang memuaskan atau hanya menimbulkan persoalan bagi anda, maka saya usulkan, anda menyisihkan semua uraian saya tentang masalah ini, dan melakukan latihan penyadaran ini hanya sebagai sarana untuk menyiapkan doa dan kontemplasi; atau lewatkan seluruh latihan ini sama sekali dan ambilah latihan-latihan lain dari buku ini, yang lebih sesuai dengan selera anda.
Pertama-tama saya ingin menjelaskan pengertian saya tentang doa dan kontemplasi. Yang saya maksuddengan kata doa itu: mengadakan hubungan (komunikasi) dengan Tuhan, yang pada dasarnya dilakukan sambil menggunakan kata-kata, gambaran dan pikiran. Saya akan memberi latihan-latihan, kemudian, yang saya anggap boleh masuk di bawah judul doa. Kontemplasi (samadi) bagi saya merupakan komunikasi dengan Tuhan, yang sedikit sekali menggunakan kata-kata, gambaran, pemikiran atau sama sekali tanpa menggunakan kata-kata, gambaran dan pikiran. Ini macam doa, seperti disebut oleh Yohanes dari salib dalam “ MALAM GELAP INDERA ” dan yang diuraikan oleh pengarang “ CLOUD OF UNKNOWING ” (mega alpa) dalam bukunya yang indah itu. Beberapa latihan yang saya berikan dalam buku ini sehubungan dengan Doa Yesus dapat dimasukkan doa atau kontemplasi atau panduan dari kedua-duanya, tergantung dari tekanan, yang diberikan pada kata-kata dan pemikiran dalam latihan itu.
Dan sekarang inti persoalannya: kalau saya melakukan latihan penyadaran tentang perasaan tubuh atau pernafasan , apakah itu dapat dikatakan mengadakan hubungan dengan Tuhan? Jawabannya: Ya! Coba saja jelaskan sifat komunikasi dengan Tuhan, kalau saya mengadakan latihan penyadaran tadi.
Banyak ahli mistik mengatakan, bahwa selain budi dan hati, yang biasa kita gunakan untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan, kita ini semua diberi budi dan hati mistik, daya jiwa yang memungkinkan kita langsung mengenal Tuhan, menangkap dan menjumpaiNya dengan intuisi dalam inti pribadiNya, meskipun dalam kegelapan, lepas dari pikiran dan gambaran.
Biasanya semua hubungan kita dengan Tuhan itu tidak langsung lewat gambaran dan pemikiran, yang terpaksa mengaburkan kenyataan. Untuk mampu menyentuh Tuhan lepas dari gagasan dan pemikiran, digunakan daya yang istimewa, yang dalam penjelasan selanjutnya akan saya sebut PRANA, ( Hati, Heart itu kata, uang digunakan oleh pengarang buku “ CLOUD OF UNKNOWING ”, tetapi di sini tidak ada hubungannya dengan hati dalam tubuh manusia, atau perasaan kita).
Kebanyakan dari kita menyimpan PRANA ( PRANA yang juga berarti Hati, digunakan selanjutnya untuk membedakan dari hati dalam arti biasa )itu, tertidur dan tidak dikembangkan. Seandainya dibangkitkan, tentu terus-menerus akan mendambakan Tuhan, dan bila diberi kesempatan, akan mengerakan sekuruh diri kita menuju Tuhan. Tetapi untuk itu perlu dikembangkan, dilepaskan dari selaput ayng menutupi, hingga PRANA dapat ditarik oleh PUSAT ABADI.
Selaput itu terbentuk dari kata-kata, pemikiran tak terbilang jumlahnya, yang selalu kita bentangkan antara kita dengan Tuhan, apabila kita berkomunikasi dengan Dia. Kata-kata itu kadang-kadang digunakan untuk menghambat, tidak untuk melancarkan komunikasi dan hubungan dekat, mesra. Diam tanpa kata, tanpa pemikiran – kadang-kadang menjadi bentuk komunikasi yang paling kuat dan persatuan paling mesra, apabila hati penuh cinta. Tetapi komunikasi dengan Tuhan tidak sebegitu mudah. Saya dapat memandang wajah dan mata sahabat saya dengan penuh cinta dan berkomunikasi dengan dia tanpa kata. Tetapi memandang Tuhan itu memandang apa? Kenyataan tanpa bentuk, tanpa gambaran: kosong!
Namun justru ini yang dituntut pada orang, kalau mau berkomunikasi sedalam-dalamnya dengan Yang Maha Agung, dengan Tuhan, berjam-jam memandang kekosongan. Orang yang berpengalaman mistik, ada yang menganjurkan, agar kita memandang kekosongan itu penuh cinta. Dan di sini dituntut Iman besar untuk penuh cinta mesra memandang sesuatu, yang nampaknya hanya kosong, kalau kita menjumpaiNya pertama kali.
Anda malahan tidak akan mencapai kemajuan apa-apa dengan kekosongan ini, meskipun dengan dambaan besar berjam-jam memandangNya, kalau pikiran anda tidak dihentikan, dinon-aktifkan. Selama mesin pikiran tetap memutar jutaan gagasan dan kata-kata, daya mistik atau prana tetap terbungkus, tidak berkembang.
Anda tahu orang buta tajam sekali pendengarannya dan perasaannya. Ia sudah kehilangan penglihatannya, maka ia terpaksa harus mengembangkan daya pengenal lainnya. Hal semacam itu terjadi juga didalam mistik. Apabila kita seolah-olah mental menjadi buta, apabila kita dapat menutup mata budi kita sambil bebicara dengan Tuhan, kita terpaksa mengembangkan daya lain untuk berkomunikasi – daya, yang menurut pengalaman mistik, sementara itu sudah mulai tumbuh, asal diberikan kesempatan untuk berkembang: Prana.
Apabila Prana pertama kali mendapatkan ilham gelap dari Tuhan, rasanya seperti cahaya gelap dalam kekosongan dan kesunyian. Orang yang mencapai tingkat doa ini, kerap mengeluh, bahwa ia tidak berbuat apa-apa didalam doa, hanya membuang-buang waktu, kosong, tidak ada apa-apanya, hanya gelap semata-mata. Untuk bebas dari keadaan tidak menyenangkan ini, celakanya mereka dapat sekali lagi lari kembali pada pikiran, membuka tutup akal budinya dan mulai berpikir dan berbicara dengan Tuhan – justru hal yang tidak boleh mereka lakukan.
Apabila Tuhan menaruh saying kepada mereka, dan biasanya ini terjadi, Ia akan menutup jalan, membuat orang tidak mungkin lagi menggunakan pikiran dalam doa. Semua pikiran dirasa menjemukan dan doa lisan menjadi tak tertahankan, karena kata-kata tidak mempunyai arti lagi. Mereka menjadi kering, setiap kali mau berkomunikasi dengan Tuhan, kecuali…….diam. dan permulaan diam juga kering, pedih dan sakit. Lalu mungkin mereka tergelincir masuk jalan sesat sama sekali: mereka dapat meninggalkan doa seluruhnya, karena dalam doa mereka terpaksa memilih antara dua: kecewa karena tidak dapat mengunakan akal budi, atau perasaan kosong, membuang-buang waktu dan tidak berbuat apa-apa, hanya gelap, kalau berhenti berpikir.
Bila mereka menghindari celaka ini, dan tetap bertahan dalam latihan doa tekun berkanjang dalam percobaan, dalam iman buta, dalam kekosongan, dalam kekelaman, kesepian sunyi senyap, mereka berangsur-angsur akan menemukan ini: pada permulaan kilatan-kilatan kecil, kemudian terang bertahan lebih lama. Di dalam kegelapan bernyala, kekosongan secara ajaib mengisi hati, dan kesunyian ternyata penuh dengan kegiatan Tuhan: di dalam kehampaan inti pribadi manusia diciptakan lagi dan diberi bentuk baru……dan ini semua dengan cara yang tak tergambarkan bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Mereka hanya mengerti, bahwa setiap kali sesudah latihan doa atau samadi, entah apa namanya, ada sesuatu tak terkatakan tumbuh dalam diri mereka, membawa kesegaran dan kesuburan, kehidupan bahagia kepada mereka. Mereka merasa selalu terdorong haus, mau kembali kepada samadi dalam kegelapan ini: rupanya tidak berarti, tetapi nyatanya memberi hidup. Disitu adda gairah baru, yang hampir tak terlihat dalam pikiran, tak terasa sebagai perasaan, namun nyata-nyata ada dan mengasyikkan, hingga orang tidak mau menukarnya dngan kesenangan yang diperoleh lewat indera, rasa dan budi. Aneh, tetapi pada permulaan semua itu nampak begitu kering, gelap, tanpa ada rasanya apapun juga!
Apabila anda ingin mencapai taraf tersebut, dan mendekat pada malam gelap mistik ini,mulai berkomunikasi dengan Tuhan lewat Prana, yang disebut para ahli mistik, pertama-tama yang penting anda harus mencari jalan untuk membungkam, menghentikan pemikiran. Ada orang yang mujur (dan ini perlu anda ketahui,supaya jangan keliru mengira, bahwa setiap orang yang maju di bidang samadi, tidak boleh tidak harus lebih dulu mengarungi kegelapan tadi), yang mencapai tahap ini tanpa harus membungkam pikiran yang berbicara. Mereka itu seperti orang yang mempunyai ketajaman sibuta dalam tangan dan telinganya, tetapi tetap memiliki penglihatan penuh. Mereka senang akan doa lisan, menggunakan angan-angan sepuasnya dengan berhasil di dalam doa. Pemikiran boleh berjalan laju dan cepat, sambil terus berwawancara dengan Tuhan, dan dibawah kegiatan semua ini prana berkembang dan langsung menangkap alam Tuhan dalam intuisi.
Apabila anda tidak tergolong orang yang mujur ini, anda harus berusaha mengembangkan prana tadi. Secara langsung tidak dapat berbuat apa-apa. Yang dapat dilakukan hanya menghentikan jalan pemikiran budi, menyingkirkan semua gagasan dan kata-kata, selama anda berdoa, dan membiarkan prana berkembang sendiri.
Menghentikan pemikiran itu perkara sulit sekali. Betapa sulitnya menghentikan budi berpikir, pikir, pikir, pikir terus, terus putar mengeluarkan buah-buah pikiran tanpa ada henti-hentinya. Guru hindu di India berkata: sebatang duri dicungkil dengan batang duri lainya. Yang dimaksudkan disini: anda berbuat bijaksana, kalau menggunakan satu gagasan menyungkil semua gagasan, yang memasuki pikiran anda. Satu gagasan, satu gambaran, satu kalimat atau ungkapan, satu kata untuk mengikat pikiran anda. Sebab sengaja berusaha tetap mau mengosongkan pikiran bebas bersih dari setiap gagasan, kosong sama sekali, itu sesuatu yang mustahil. Pikiran harus punya sesuatu untuk dipegang. Berikanlah itu – tetapi satu saja. Gambar penebus kita, yang anda pandang dengan penuh cinta, untuk setiap kali kembali, kalau pikiran menyasar; doa singkat yang terus diulang-ulang supaya pikiran tidak berkeliaran. Kita harapkan, pada suatu ketika akan tiba pada saatnya, gambar hilang dari kesadaran, kata lenyap dari bibir, pikiran berhenti berpikir-pikir sama sekali, dan prana bebas mengarahkan pandangan, tanpa gangguan, di kegelapan!
Sebetulnya anda tidak perlu meningkat begitu jauh, sampai semua gambaran lenyap dan semua kata diam, untuk membiarkan Prana berfungsi. Meskipun tidak pernah mencapai tingkatan keheningan tanpa pemikiran, tanpa kata-kata, namun anda akan berkembang dalam samadi.
Anda merasa bahwa dua sarana yang saya anjurkan, gambar penebus dan pengulangan doa singkat itu kedua-duanya termasuk perbuatan suci. Tetapi perhatikan, bahwa yang diutamakan dalam latihan ini bukannya isi yang digunakan untuk kegiatan berpikir, melainkan cara membuka dan mengembangkan Prana. Asal tujuan ini dapat dicapai, apakah ada bedanya duri yang digunakan untuk mengeluarkan duri-duri lainnya itu duri suci atau tidak. Bila tujuan yang utama itu mendapatkan terang dalam kegelapan, apakah benar ada bedanya: lilin yang memancarkan terang dalam kegelapan itu lilin suci atau tidak? Apakah begitu pentung anda memusatkan pandangan pada gambar penebus, pada buku, pada daun atau pada titik di lantai? Teman Yesuit, yang senang main-main dalam hal semacam ini(dan saya kira, ia mau menguji semua teori sehubungan dengan praktek agama, dengan menyangsikan secara sehat) memastikan kepada saya, bahwa dengan terus mengulang-ulang “Satu-dua-tiga-empat” menurut irama, ia dapat mencapai keberhasilan mistik yang sama dengan rekan-rekannya, yang berkata mencapai itu dengan mengulangi doa pendek menurut irama secara saleh! Saya percaya itu. Memang ada nilai sakramental dalam menggunakan duri suci. Tetapi untuk kepentingan kita setiap duri dapat digunakan sama.
Dan demikian kita sampai pada kesimpilan yang nampaknya mengagetkan: bahwa berkonsentrasi pada pernafasanatau pada perasaan badan itu merupakan kontemplasi atau samadi yang baik sekali dalam arti murni. Teori saya ini dikuatkan oleh beberapa rekan Yesuit, yang melakukan retret 30 hari di bawah bimbingan saya. Mereka itu setuju, disamping lima jam, yang mereka luangkan untuk latihan rohani cara Ignasius, masih menyediakan empat atau lima jam sehari hanya untuk melakukan latihan sederhana menyadari pernafasan dan menyadari tubuh. Saya heran, waktu mereka mengatakan bahwa selama latihan penyadaran itu(setelah mereka agak terbiasa) pengalaman mereka sama seperti kslsu mereka melakukan apa yang menurut istilah katolik disebut “doa iman” (prayer of faith), atau “doa keheningan”(prayer of quiet). Kebanyakan mereka malahan menyatakan, bahwa latihan penyadaran ini memperdalam pengalaman doa yang pernah mereka milik, diberi otot dan ketajaman, kalau boleh dikatakan begitu.
Selanjutnya dalam buku ini,bahkan latihan berikutnya saya sudah akan memberikan latihan-latihan, yang lebih bercorak religiusdan akan lebih menyenangkan bagi mereka, yang merasa tidak enak membuang-buang waktu doa untuk latihan penyadaran saja. Latihan-latihan yang lebih jelas bersifat religius ini sekaligus jugaakan menghasilkan buah, yang dapat dicapai dengan latihan penyadaran. Latihan-latihan ini berisi bahan refleksi sedikit, yang tidak ada pada latihan penyadaran, tetapi bahan itu sedikit sekali,hampir dapat dilupakan. Maka anda boleh memilihnya untuk menganti latihan penyadaran, kalau anda merasa lebih senang.
Saya sengaja tadi menggunakan kata-kata “membuang-buang waktu doa”. Saya tidak mau, anda meninggalkan semua doa(komunikasi dengan Tuhan menggunakan kata-kata, gambaran dan pikiran), beralih pada kontemplasi murni, samadi saja. Ada waktuuntuk doa dan meditasi dan ada waktulain untuk samadi dan kontemplasi. Kalau anda sedang bersamadi (yang juga saya sebut kontemplasi) anda tentu tidak boleh mengikuti godaan mau mengikuti pikiran, tidak perduli betapa sucinya pikiran itu. Ini sama seperti anda juga menyingkirkan pikiran –pikiran suci selama waktu doa, kalau pikiran itu berhubungan dengan pekerjaan dan yang baik sekali pada waktunya, namun sekarang menyelewengkan doa anda. Demikian pada waktu samadi, anda harus menyingkirkan semua gagasan entah bagaimana sifatnya, karena itu merusak komunikasi dengan Tuhan yang berbentuk khusus ini. Sekarang ini waktunya anda menikmati Sang Matahari Ilahi dengan diam, tanpa berpikir-pikir tentang kekuatan dan sinar Matahari. Sekarang ini waktu untuk memandang mata Sang Kekasih penuh cinta, dan tidak memecahkan kemesraandengan kata-kata, berpikir-pikir tentang Dia. Komunikasi dengan kata sebaiknya ditunda untuk kesempatan lain. Sekarang ini waktunya untuk berkomunikasi tanpa kata-kata.
Masih ada satu hal yang penting, dimana sayang sekali saya tidak memberi bimbingan kepada anda dalam buku ini. Sebab untuk ini anda memerlukan bimbingan seorang yang sudah berpengalaman, dan mengerti akan kebutuhan anda dibidang rohani. Soalnya: beberapa waktu,yang anda sediakan untuk berkomunikasi dengan Tuhan harus anda berikan kepada doa dan beberapa waktu anda gunakan untuk kontemplasi. Ini sesuatu ayng sebaiknya anda tentukan bersama dengan pembimbing rohani. Dengan bantuannya anda juga harus memutuskan, apakah anda boleh masuk jalan kontemplasi semacam ini pada umumnya! Mungkin anda itu salah seorang bahagia yang saya sebut-sebut dulu, yang bebas dapat menggunakan tangan dan telinga tanpa perlu menutup mata: orang yang prana berkomunikasi denga Tuhan, sedang pemikirannya berkomunikasi denganNya lewat gagasan dan kata-kata; yang tidak perlu berdiam diri, untuk dengan Sang Kekasih mencapai kemesraan, dimana orang lain hanya mencapainya dengan diam.
Kalau anda tidak dapat menemukan seorang pembimbing rohani, mohonlah kepada Tuhan agar Ia membimbing anda, dan mulailah setiap hari berkontemplasi selama lima menit, entah dengan latihan penyadaran, entah dengan latihan lain berikut ini. Juga dalam waktu doa hendaknya anda secara lembut mencoba mengurangi pemikiran dan lebih berdoa dengan hati. St. Teresia Avila dulu berkata” Yang penting itu bukannya berpikir banyak, melainkan mencintai banyak”. Maka hendaklah anda lebih bercinta selama waktu doa. Dan Tuhan akan membimbing anda, meskipun lewat masa jatuh bangun juga.
Latihan 6:
TUHAN DALAM PERNAFASAN
Dalam bab yang lalu saya sudah menjanjikan latihan, yang lebih bersifat religius, tetapi juga membawa manfaat seperti latihan penyadaran. Ini salah satu:
Pejamkan mata dan lakukan latihan penyadaran perasaan tubuh untuk sementara………...
Kemudian sadarilah pernafasan anda seperti diuraikan dalam latihan yang lalu dan lekukan latihan ini beberapa menit………………………………………………………
Sekarang anda refleksikan, bahwa udara yang anda hirup itu penuh kekuasaan dan kehadiran Allah……. Pikirkan udara itu sebagai samudera tanpa tepi yang mengelilingi anda……… samudera yang jelas diwarnai oleh kehadiran Allah dan pribadi Allah sendiri….. kalau anda menghirup udara masuk dada, anda menghirup Tuhan sendiri……
Sadarilah bahwa anda menghirup kekuasaan dan kehadiran Tuhan setiap kali anda bernafas….. bertahanlah dalam kesadaran ini selama mungkin………..
Perhatikan perasaan anda, kalau menjadi sadar, bahwa dengan setiap pernafasan annda menghurup Tuhan.
Latihan ini dapat dilakukan dengan sedikit perubahan. Refleksi diganti, diambil dari sikap hidup orang ibrani,seperti kita temukan dalam Kitab Suci. Untuk mereka nafas manusia itu kehidupannya. Kalau orang meninggal, Tuhan mencabut nafas, itu yang menyebabkan orang mati. Kalau manusia hidup, itu disebabkan karena Tuhan terus memberikan nafas,Roh – Nya kepada manusia. Kehadiran Roh Tuhan itu yang menghidupi manusia.
Kalau anda bernafas sadarilah Roh Tuhan masuk dalam diri anda……… penuhilah diri anda dengan kekuatan ilahi yang membawanya serta…………
Kalau anda menghembuskan nafas, gambarkanlah anda mengeluarkan semua kotoran….. ketakutan anda…… perasaan negatif, yang ada pada anda.
Gambarkan: anda melihat seluruh tubuh anda menjadi bercahaya dan hidup, karena menghirup Roh Tuhan yang memberi hidup dan mengeluarkan semua kekotoran……
Bertahanlah dalam kesadaran ini selama mungkin, tanpa diganggu penyelewengan…
Latihan 7:
HUBUNGAN DENGAN TUHAN LEWAT PERNAFASAN
Saya dulu membedakan doa dan samadi. Ada cara lain untuk membedakan itu: mengatakan, bahwa ada dua macam doa, doa bakti dan doa intuisi.
Doa intuisi itu kira-kira sama dengan yang saya sebut samadi atau kontemplasi. Doa bakti itu yang biasa saya sebut doa. Doa kedua-duanya menuju pada persatuan dengan Tuhan. Doa yang satu lebih cocok untuk kelompok ini, yang lain untuk kelompok lain. Atau orang yang sama dapat merasa bentuk doa yang satu lebih sesuai untuk keperluan sekarang, yang lain untuk waktu yang lain.
Doa bakti juga terpaut pada hati, sebab doa yang hanya membatasi diri pada pikiran saja, belum boleh disebut doa, tetapi paling jauh persiapan untuk doa. Bahkan diantara manusia hubungan pribadi yang nyata itu tidak ada, kalau tidak ada sedikit hubungan hati, berisi sekedar rasa. Apabila komunikasi berarti saling menyalurkan pemikiran timbal-balik saja, tanpa berisi perasaan sama sekali, disitu unsur keakraban, unsur pribadi tidak ada. Tidak ada bagi-rasa yang membawa kemesraan.
Latihan yang baru lalu akan saya ubah sedikit, hingga mendapatkan unsur bakti lebih daripada intuisi. Anda akan merasakan bahwa unsur pemikiran hanya sedikit sekali, maka doa mudah dari bakti bergerak menjadi intuisi, dari hati menuju prana.
Malahan nanti akan menjadi perpaduan antara bakti dan intuisi.
Sadarilah pernafasan anda untuk sementara waktu.
Sekarang refleksikan kehadiran Tuhan dalam udara disekitar anda.
Refleksikan kehadiranNya dalam udara yang anda hirup. Sadarilah kehadiranNya dalam udara yang anda hirup dan anda hembuskan. Perhatikan, bagaimana rasa anda, kalau anda menyadari kehadiranNya dalam udara, yang anda hirup, anda keluarkan.........
Sekarang saya ingin, anda menyatakan sesuatu kepada Tuhan, tetapi pernyataan ini hendaknya dilakukan tanpa kata. Kerap kali menyatakan perasaan dengan pandangan atau gerakan badan lebih mengesankan dari pada dengan kata-kata. Saya anjurkan, anda mengungkapkan berbagai perasaan kepada Tuhan tidak dengan kata-kata, melainkan dengan pernafasan anda.
Pertama-tama, ungkapkan rasa mendambakan Tuhan. Tanpa kata-kata, juga tidak diangan - angankan, ungkapkan pernyataan ini:”Tuhanku, aku berharap padaMu…….”; hanya dengan cara anda bernafas. Mungkin anda mengungkapkan itu dengan bernafas dalam-dalam, memperpanjang cara menghirup.
Kita coba mengungkapkan sikap atau perasaan lain: rasa percaya dan penyerahan diri. Tanpa kata-kata, hanya dengan cara anda bernafas; ungkapkan:”Tuhan, aku menyerahkan diriku seutuhnya kepadamu…..”. Mungkin anda berbuat itu, dengan lebih menekankan penghembusan nafas, setiap kali melepas nafas sepertimendesah dari dalam sepuas-puasnya. Setiap kali bernafas, anda merasai penyerahan diri seutuhnya di tangan Tuhan……………….
Ambilah sikap lain-lain di hadapan Tuhan, dan ungkapkanlah itu dengan pernafasan……. Cinta…… rasa dekat dan mesra……..sembah sujud…… syukur…… pujian……..
Kalau anda sudah puas melakukan ini, kembali saja pada latihan semula, dan bertahanlah dalam tenang damaidengan menyadari,Tuhan hadir disekitar anda, dalam udara yang anda hirup dan anda keluarkan……. Dan, kalau pikiran anda mulai melayang-layang, kembalilah pada latihan bagian kedua: ungkapkanlah perasaan kepada Tuhan tanpa kata-kata.
Latihan 8:
KEHENINGAN
Latihan ini latihan keheningan. Tuhan bersabda: “ Jadilah hening, dan ketahuilah, bahwa aku Tuhan “. Di jaman modern ini sayang orang kerap begitu dihantui rasa tegang, hingga hampir tidak mungkin untuk menjadi tenang. Kalau ingin belajar berdoa, lebih dahulu ia harus belajar hening, menjadi tenang. Namun kerap kali ketenangan dan keheningan ini sudah menjadi doa, kalau Tuhan menampakkan diri dalam bentuk keheningan.
Sadarilah sekali lagi perasaan di dalam tubuh anda. Tetapi kali ini saya ingin, anda menyusuri seluruh tubuh anda, dari puncak kepala sampai pada ujung kaki, tak ada satu bagian yang dilewati………
Sadarilah semua perasaan pada setiap bagian……… mungkin ada bagian-bagian dari Tubuh anda, yang tidak berperasaan sama sekali. Bertahanlah beberapa detik di situ – kalau tidak ada perasaan timbul, lanjutkan latihannya………….
Apabila anda sudah lebih menguasai latihan ini, anda akan menjadi tajam dalam kesadaran, hingga tidak lagi ada bagian tubuh dimana anda tidak merasai banyak perasaan…… untuk sementara, anda cukup bertahan sebentar pada tempat yang kosong itu, lalu terus menuju bagian-bagian lain, yang dirasai banyak perasaannya.
Begeraklah lambat-lambat dari kepala sampai ke telapak kaki, dan sekali lagi, dari kepala menuju kakidan demikian seterusnya, sampai lima belas menit……….
Apabila kesadaran menjadi lebih tajam, anda mulai menemukan perasaan-perasaan, yang sebelumnya tidak terasa……. Juga perasaan-perasaan, yang lembut sekali, terlalu lembut sekali, terlalu lembut untuk ditangkap orang, kecuali dalam konsentrasi dan ketenangan yang amat mendalam.
Lalu sadarilah tubuh anda sebagai keseluruhan. Rasailah keseluruhan tubuh anda sebagai onggokan berbagai macam jenis perasaan………. Bertahanlah di situ sebentar, lalu kembalilah pada penyadaran bagian-bagiannya, bergerak dari kepala sampai kaki…… lalu sekali lagi……. Bertahan dalam kesadaran tubuh sebagai keseluruhan. Rasailah keheningan, yang meliputi diri anda. Perhatikan tubuh keheningan, hingga anda tidak menyadari rasa tubuh lagi…..
Bila pikiran anda melayang-layang, sempatkanlah diri anda sekali lagi bergerak dari kepala sampai kaki, menyadari perasaan-perasaan dalam setiap tubuh anda…….. lalu sekali lagi, rasailah keheningan dalam tubuh anda……. Jika melakukan latihan ini dalam kelompok, rasailah keheningan dalam seluruh ruangan.
Di dini penting sekali, bahwa anda tidak mengerakkan bagian tubuh mana saja, selama melakukan latihan ini. Ini pada permulaan dirasa berat, tetapi setiap kali anda ingin bergerak, menggaruk-garuk atau bergoyang, sadarilah keinginan ini…… jangan menurutinya, tetap sadarilah itu setajam mungkin….. lambat-laun itu akan hilang, dan anda menjadi tenang lagi.
Untuk kebanyakan orang tinggal diam saja itu sulit sekali. Dirasa pada tubuh: Orang menjadi tegang tubuhnya. Apabila anda menjadi tegang, gunakanlah sepanjang waktu yang anda perlukan, untuk menyadari ketegangan itu….. dimana dirasa tegang…. Dan rasanya seperti apa….. dan bertahanlah di situ sampai ketegangan hilang.
Anda dapat jadi merasa tubuh sakit. Entah bagaimana santainya sikap yang anda pilih untuk latihan ini, tubuh seolah-olah meronta, melawan keheningan ini dengan menimbulkan sakit gatal diberbagai bagian badan. Apabila ini terjadi, lawanlah godaan mau menggerakan angota badan atau merubah sikap untuk meringankan rasa sakit. Hanya sadarilah rasa sakit!
Pada retret Buddha yang pernah saya jalani, kami diminta duduk satu jam penuh tanpa bergerak. Saya kebetulan duduk bersila dan sakit pada lutut dan punggung menjadi siksaan sungguh. Saya tidak ingat seumur hidup pernah merasa begitu sakit. Kami selama satu jam itu diandaikan menyadari perasaan tubuh kami, berpindah-pindah dari satu tempat ke bagian lain. Kesadaran saya hanya dikuasai oleh rasa sakit tak tertahankan pada lutut tadi. Saya berpeluh hebat. Dan saya mengira akan jatuh pingsan karena sakit. Sampai saya mengambil keputusan untuk tidak melawannya, tidak mau menyadarinya, tidak ingin meringankannya, tetapi mau menyadarinya, mau mengidentifikasikan diri dengannya. Saya memecah-mecah rasa sakit menjadi beberapa bagian dari rangkaiannya dan dengan heran saya menemukan, bahwa sakit itu terdiri dari banyak perasaan, tidak hanya tunggal saja: ada perasaan panas, ada mengeliat, tertarik-tarik, rasa tajam menusuk, yang kadang-kadang muncul….. dan titik yang bergerak-gerak kian ke mari. Titik ini yang saya anggap sakitnya…… selama saya bertahan dalam latihan kesadaran ini, saya merasa dapat menanggung rasa sakit itu dengan baik, dan masih ada kesadaran tersisa bagi perasaan-perasaan lain di bagian tubuh lainya. Pertama kali dalam hidup saya merasa sakit tanpa menderita.
Seandainya saya tidak duduk bersila selama latihan tadi, mungkin rasa sakit yang saya alami tidak begitu hebat. Tetapi rasa sakit pada permulaan tentu ada, sampai tubuh menjadi terbiasa untuk duduk diam sama sekali, tak bergerak. Hadapi sakit dengan kesadaran. Dan apabila tubuh akhirnya dapat diam, anda akan merasai kekayaannya, ketenangan dalam diam hening itu.
Godaan untuk mengaruk-garuk itu biasa timbul pada mereka yang baru mulai. Sebabnya, dengan kesadaran akan perasaan tubuh menjadi tajam, mereka sadar akan rasa-rasa seperti kegatalan, semutan, yang sudah lama ada, tetapi tersembunyi bagi kesadaran, karena kebanyakan kita sudah mengebalkan tubuh kita secara fisik dan psikis, dank arena kesadaran sudah menjadi terlalu kasar.
Selama anda menjalani masa gatalan ini, anda harus tetap diam sempurna dan menyadari setiap rasa gatal, dan bertahan disitu, sampai rasa itu lenyap, dan melawan godaan untuk mengatasi rasa gatal dengan menggaruknya!
Latihan 9:
DOA DENGAN TUBUH
Ini lagi sebuah variasi pada latihan penyadaran tubuh sebagai doa bakti.
Pertama-tama tenangkanlah diri anda dengan menyadari perasaan di berbagai bagian tubuh…… pertajamlah kesadaran anda dengan memperhatikan perasaan yang paling lembut juga, bukan hanya yang jelas…..jelas ada saja…..
Sekarang gerakan tangan dan jari perlahan-lahan dan secara lembut, hingga terletak dipangkuan anda: tangan terbuka keatas dan jari-jari lekat bersatu…. Gerakan ini hendaknya dilakukan lambat, amat lembut….. sebagai kelopak bunga membuka diri….. dan sambil gerakan ini berjalan, hendaklah sadar akan setiap bagian dari rangkaian gerakan tadi.
Setelah tangan anda terbuka di pangkuan, sadarilah perasaan pada telapak tangan….. kemudian jadilah sadar akan gerakan itu sendiri….. gerakan doa kepada Tuhan, yang umum dalam kebanyakan agama dan kebudayaan….. apa arti gerak ini bagi anda….. anda dengan ini berkata apa kepada Tuhan? Ungkapkanlah itu tanpa kata, hanya dengan menyatukan diri dalam gerakan tubuh anda.
Cara komunikasi tanpa kata seperti ini, hanya dengan gerakan seperti yang sudah anda lakukan, dapat dilakukan dalam kelompok dan tidak memerlukan perubahan banyak dalam sikap duduk. Ini dapat sekedar memberikan gambaran tentang doa, yang dapat dilakukan dengan tubuh…..
Di bawah ini menyusul beberapa latihan, yang dapat dicoba dikamar sendiri, di mana anda dapat mengungkapkan diri dengan tubuh, tanpa rasa kurang enak, dilihat orang banyak.
Anda berdiri dengan tanpa lepas terkapai di sisi. Sadarilah bahwa anda berdiri di hadapan Tuhan.
Sekarang cobalah mengungkapkan kepada Dia perasaan berikut dengan gerakan tangan dan badan: “ Tuhan aku mempersembahkan diriku kepadaMu”…… lakukan gerakan ini dengan amat lembutnya (ingat akan kelopak bunga merekah!) penuh sadar akan setiap gerakan, dan semua gerak tepat mengungkapkan perasaan anda:
a) Ini misalnya salah satu cara untuk mengungkapkan sikap mempersembahkan
diri: Angkatlah tangan dengan lambat dan lembutnya, hingga membentang di depan anda, lengan mendatar sejajar dataran lantai….. sekarang dengan halusnya telapak tangan anda arahkan ke atas, jari melekat dan sama-sama terbuka….. kini angkat kepala anda perlahan-lahan hingga muka menengadah ke langit. Bila mata sebegitu jauh tertutup, bukalah itu dengan lamban juga….. menengadah kepada Tuhan…..
Pertahankanlah sikap ini selama satu menit….. lalu turunkanlah tangan perlahan-lahan dalam sikap semula, dan kepala ditundukan sampai memandang cakrawala….. Berhentilah sebentar untuk meresapi doa yang baru anda lakukan tanpa kata-kata tadi….. Lalu lakukanlah upacara sekali lagi….. Ulangilah itu tiga empat kali selama anda rasa senang akan ini…..
b) Sesuatu gerak lain yang juga berarti “mempersembahkan diri” dapat dilakukan begini: Angkat tangan anda seperti diuraikan tadi, dan bukalah tangan ke atas, jari-jari melekat dan tangan terbuka….. Sekarang telapak tangan dipersatukan membentuk suatu cawan atau piala….. Dekatkanlah piala ini kepada dada….. Sekarang angkatlah piala menengadah ke surga seperti di atas….. Bertahanlah selama satu menit.
c) Ini contoh lain untuk mengungkapkan: dambaan akan Tuhan, menyongsong Dia, mau merangkum semua ciptaan….. Angkatlah lengan dan tangan setinggi dada, di depan anda….. Lalu bukalah itu luas-luas mau merangkum segala ….. Pandanglah cakrawala dengan penuh damba…...
Bertahanlah satu menit dalam sikap ini, lalu kembalilah pada sikap semula; berhentilah sejenak untuk meresapi doa anda….. lalu ulangilah gerakan tadi, sejauh itu tetap masih berarti…..
Gerakan, seperti saya uraikan, hanya merupakan contoh. Temukan sendiri gerakan-gerakan dan sikap-sikap yang sesuai untuk menyatakan rasa cinta….. pujian….. sembah sujud….. pentaskanlah yang ingin anda sampaikan kepada Tuhan dengan tubuh anda. Lakukanlah itu secara lambat dan selembut mungkin, hingga seluruhnya merupakan semacam tarian upacara yang berkembang lambat…..
Apabila anda dalam doa merasa tak berdaya, misalnya: tak mampu berkonsentrasi, tak ada gerakan apapun juga, ungkapkan rasa ini dengan menanggalkan pakainan, melentangkan diri di tanah dan merentangkan tangan berbentuk salib….. diam kelu menunggu Tuhan datang melimpahkan rahmat pada anda yang sedang rebah di tanah.
Apabila anda berdoa dengan tubuh, anda memberikan otot dan juga tubuh kepada doa anda. Ini terutama penting, kalau anda merasa tidak mampu untuk berdoa, kalau pikiran anda terus melayang-layang, hati telah menjadi batu, dan jiwa rupanya mati. Lalu cobalah berdiri di hadapan Tuhan dengan segala rasa kebaktian, tangan bersatu di hadapan muka, dan mata memandang penuh dambaan dan permohonan….. Setiap kebaktian, yang anda tampilkan lewat badan, tentu akan meresap dalam jiwa juga, dan setelah beberapa waktu anda merasa lebih mudah untuk berdoa.
Kerap kali orang mengalami kesulitan doa, karena kurang memperhatikan badan di dalam doa; orang kurang mengikutsertakan badan dalam Bait Suci Allah. Dikatakan: anda berdiri atau duduk di dalam hadirat Tuhan yang telah bangkit, tetapi anda duduk tak peduli di kursi atau berdiri seenaknya….. Jelas anda tak terpengaruh oleh kehadiran Tuhan. Seandainya anda sadar memperhatikan Dia, niscaya hal ini akan nampak juga pada sikap tubuh anda.
Saya mau mengakhiri bab ini dengan latihan lain, yang dapat anda lakukan bersama, seperti latihan dengan telapak tangan tadi.
Pejamkan mata. Tenangkan diri dengan salah satu latihan penyadaaran. Sekarang angkatlah wajah anda lambat dan lembut, menengadah kepada Tuhan. Mata tertutup….. apa yang anda katakan kepada Tuhan dengan menengadah muka? Bertahanlah dengan rasa atau komunikasi itu beberapa detik….. lalu sadarilah sepenuh-penuhnya sikap dan arah wajah anda….. apa rasa pada wajah?
Setelah beberapa detik tanyakanlah sekali lagi, apa yang anda ungkapkan kepada Tuhan dengan wajah menengadah, dan bertahanlah dalam sikap itu…..
Latihan 10:
SENTUHAN TUHAN
Ini variasi pada latihan penyadaran tubuh, dan akan membantu, seandainya anda kurang cocok menamakan latihan penyadaran tubuh itu sesudah doa, samadi atau kontemplasi.
Ulangi latihan penyadaran tubuh salah satu….. apabila waktu untuk merasai sebanyak mungkin perasaan yang paling lembut pada berbagai bagian tubuh anda…..
Sekarang anda berefleksi: setiap perasaaan, yang kurasai betapapun lembutnya, itu akibat reaksi biokimia, yang tidak dapat timbul tanpa kekuatan Tuhan yang Maha Kuasa….. Rasai daya kekuasaan Tuhan bekerja pada timbulnya setiap perasaan…..
Rasai Dia menyentuh anda setiap ada perasaan, yang Ia timbulkan….. Rasai sentuhan Tuhan pada berbagai bagian badan, kasar, lembut, enak, sakit…..
Orang yang amat ingin mengalami Tuhan dan khawatir, bahwa sebegitu jauh belum pernah mengalaminya, bertanya-tanya, bagaimana memperolah pengalaman Tuhan itu. Pengalaman Tuhan itu tidak boleh merupakan sensasi, sesuatu luar biasa. Memang ada pengalaman Tuhan yang beda dari apa yang kita kenal: ada keheningan teduh dan mendalam, seperti yang sudah saya sebutkan, kegelapan yang menyala, kekosongan yang membawa kepenuhan; ada juga kilatan-kilatan tak terduga dating dari alam abadi, yang datangnya tak tersangka-sangka di tengah-tengah kesibukan kita.
Ada sesuatu rasa amat pribadi yang tersentuh mendalam, apabila kita melihat mendalam, apabila kita melihat keindahan, mengalami kisah cinta….. rasa seperti ini tidak kita anggap pemgalaman mengejutkan atau luar biasa. Hampir-hampir kita tidak indahkan….. kita tidak menghargai pengalaman ini apa mestinya, kita harus terus mencari-cari pengalaman Allah yang luar biasa, yang akan merombak hidup kita.
Orang hanya perlu berbuat sedikit saja untuk mengalami Allah. Yang perlu dilakukan hanya menenangkan diri, menjadi hening….. dan menyadari perasaan yang timbul pada tangan….. Di situ Tuhan ada, hidup dan bekerja dalam diri anda, menyentuh anda, dekat merapat pada anda…..Rasailah Tuhan…..Sadarilah Dia!
Kebanyakan orang memandang pengalaman sepeti ini terlalu amat rendah. Memang pengalaman Allah itu lebih daripada merasai perasaan pada tangan kanan saja! Tetapi di jaman dulu, yang memandang masa depan untuk melihat kedatangan Mesias dalam kemuliaaan yang menakjubkan, sedangkan Mesias sudah berjalan di samping mereka dalam bentuk manusia sebagai Yesus dari Nasaret.
Kita cepat lupa, bahwa ajaran paling dasariah dalam seluruh peristiwa penjelmaan. Justru hal ini, bahwa Tuhan ditemukan dalam kehidupan serba biasa. Anda ingin melihat Tuhan? Lihatlah pada wajah manusia di dekat anda. Anda ingin mendengar Tuhan? Dengarlah tangis si bayi, gelak ketawa pada pesta, desiran angin di pepohonan. Anda ingin merasakan Dia? Ulurkan tangan anda, dan peganglah seseorang. Atau sentuhlah kursi, dimana anda duduk atau buku yang and abaca. Atau tenangkan diri anda, sadarilah perasaan dalam tubuh anda, rasailah mahakuasaNya yang berkarya dalam diri kita, dan begitu dekat ia pada anda: Emmanuel, Tuhan berserta kita.
Latihan 11:
SUARA
Kalau saya kurang hati-hati memilihtempat tenang bagi kelompok samadi saya, selalu ada beberapa anggota dari kelompok saya mengeluh karena suasana di sekitarnya. Lalu-lintas dijalan, suara radio, pintu menutup keras, telpon berdering. Semua suara ini masuk dan mengganggu suasana mereka, yang sedang mencari ketenangan dan kedamaian.
Ada suara yang dianggap megheningkan suasana doa. Dengarkanlah suara lonceng gereja di waktu senja, misalnya suara burung berkicau di waktu pagi, atau suara organ bermain lembut di gereja luas. Di sana tidak ada orang mengeluh!
Tetapi sebetulnya tidak ada suara, selain suara tajam keras, yang dapat merusakan gendang telinga, perlu menganggu suasana tenang dan damai. Jika anda belajar membawa suasana dari alam sekitar masuk ke dalam kontemplasi(diandaikan suara itu sungguh mengganggu kesadaransewaktu anda melakukan kontemplasi), anda akan menemukan keheningan amat mendalam di hati setiap suara. Itu sebabnya saya senang mengumpulkan kelompok doa saya di tempat, yang tidak sunyi sama sekali. Sebuah kamar di atas jalan ramai cocok sekali untuk maksud saya.
Inilah suatu latihan, yang dapat menolong anda menemukan suasana kontemplasidalam suara-suara sekita anda.
Pejamkan mata, tutup telinga dengan ibu jari. Tutup mata dengan telapak tangan anda.
Sekarang anda tidak mendengar suara apa-apa dari alam sekitar.
Dengarkan suara pernafasan saja.
Sesudah menarik nafas 10 kali lengkap, anda pelan-pelan memindahkan tangan ke pangkuan. Biar mata tetap tertutup.
Sekarang anda memperhatikan semua suara dari alam sekitar sebanyak-banyaknya: suara besar, suara kecil, yang dari dekat, yang dari jauh…..
Sesudahnya, dengarkanlah suara taditanpa mencari-cari asalnya(suara kaki lewat, detikan jam, suara lalu-lintas). Dengarkanlah keseluruhan alam suara di sekitar anda sebagai kesatuan…..
Suara itu mengganggu itu mengganggu, apa bila anda mencoba menolaknya, lari menjauhi, berusaha mengeluarkannya dari kesadaran, anda memberontak dengan protes, sebab suara itu tidak boleh ada!
Di sini suara kecuali menganggu, juga membuat marah, jengkel. Jika anda menerimanaya saja dan menyadarinya. Anda tidak lagi akan merasa suara itu mengganggu dan menimbulkan kejengkelan, tetapi menjadi sarana untuk mencapai keheningan. Dari pengalaman anda akan merasakan, bahwa latihan ini membawa santai.
Latihan ini juga kontemplasi yang baik. Di sini dapat diterapkan juga cara mengembangkan prana untuk mengalami sentuhan . ganti penyadaran akan perasaan tubuh, anda dapat menyadari suara-suara di alam sekitar, sedang jiwa mistik, prana dalam diri anda lambat-laun mengembang menuju Tuhan.
Apabila pemikiran ini kurang meyakinkan, maka saya memberikan jalan, untuk lebih memperjelas unsur kontemplasi dalam latihan ini.
Dengarkanlah semua suara dari alam sekitar, seperti diterangkan tadi…
Perhatikan setiap suara, juga yang paling lembut. Satu suara kerap terjadi dari banyak suara-suara lain… ada perbedaan tinggi-rendah dan keras-lembutnya… coba beda-bedakanlah, cari variasi sebanyak-banyaknya…
Kini tidak lagi suara-suara yang didengar dari alam sekitar, tetapi sadarilah pendengaran anda sendiri…
Bagaimana rasanya, bahwa anda mempunyai alat pendengaran?
Syukur… pujian… gembira… cinta…?
Kembalilah sekarang ke alam suara dan pindah-pindahlah dari penyadaran suara ke penyadaran pendengaran…
Sekarang refleksikan, bahwa setiap suara ditimbulkan dan berlangsung karena kekuatan Tuhan Mahakuasa… Tuhan bersuara di alm sekitar. Masuklah ke alam suara, masuklah ke alam Tuhan.
Kemampuan untuk melihat kegiatan Tuhan dalam segala sesuatu itu kekususan sifat orang Hibrani, seperti kita temukan dalam Kitab Suci. Kalau kita seakan-akan hampir melulu memperhatikan Penyebab Pertama. Kalau tentara mereka kalah dalam perang, yang menyebabkan kalah itu Tuhan, bukan panglima yang kurang cakap! Kalau hujan: Tuhan yang menjatuhkan hujan itu! Bila panenan mereka diserang belalang: Tuhan yang mengirimkan belalang itu. Malahan berani lagi, mereka mengatakan, bahwa Tuhan membuat orang berkeras hati, menjadi jahat.
Kita akui, bahwa penglihatan mereka terhadap realitas itu berat sebelah. Mereka rupanya tidak perduli akan penyebab kedua. Tetapi pemandangan kita orang jaman modern ini juga sama-sama berat sebelah, tetapi lebih buruk lagi, karena kita seolah-olah sama sekali tidak perduli pada penyebab pertama. Kalau sakit kepala sembuh, orang Ibrani akan berkata: “Tuhan menyembuhkan engkau” kita sebaiknya berkata”Tak usah bawa-bawa nama Tuhan, obat aspirin yang menyembuhkan!” Yang benar tentu saja: “Tuhan menyembuhkan anda dengan perantaraan obat aspirin”. Tetapi kita ini hampir kehilangan perasaan, bahwa Yang Maha Kuasabekerja dalam hidup kita. Kita tidak lagi merasai: Tuhan membimbingkita ke arah tujuan lewat para pemimpin kita, Tuhan menyembuhkan luka-luka kita dalam hati lewat para pembimbing. Tuhan memberikan kesehatan lewat para dokter, Tuhan mengatur semua kejadian, yang kita temui, Tuhan mengutus setiap orang yang saya jumpai dalam hidup; Tuhan mendatangkan hujan, Tuhan bermain-main di dalam angin, menimbulkan setiap perasaan yang kita rasai, membangkitkan suara-suara di alam sekitar, yang dapat kita tangkap lewat gendang telinga dan kita mendengar Dia!
Selingan yang memberi suasana dapat dicapai dengan mengajak seluruh kelompok bernyanyi atau pemimpin kelompok menyanyikan lagu diulang-ulang dengan suara lembut. Kata Sankrit OM dinyanyikan menggema panjang juga dapat membantu. Yang dimaksud di sini ialah: menyanyikan satu baris atau satu kata, kemudian berhenti, diam dalam keheningan, lalu bernyanyi lagi. Ini dapat dicoba juga, kalau anda melakukan samadi seorang diri. Yang penting bukannya mendengarkan suara atau nyanyian saja, melainkan justru keheningan sesudah menyanyikan satu baris atau sepatah kata.
Saya kerap mengunakan nyanyian dalam kelompok samadi sebagai selingan dalam keheningan. Itu menciptakan suasana hening lebih mendalam, kalau kelompok sudah tau cara mendengarkan. Hasil sama dapat dicapai juga dengan membunyikan gong yang mendengung pada waktu-waktu tertentu. Gong ditabuh: orang mendengar suara menggema, sampai jauh hilang, lalu mendengarkan keheningan yang mengikutinya.
Latihan 12:
KONSENTRASI
Ini latihan penyadaran melulu.
Pilih salah satu sasaran sebagai dasar untuk latihan penyadaran ini: saya rasakan perasaan pada salah satu bagian tubuh atau suara di sekitar.
Pusatkan perhatian anda pada salah satu sasaran ini, tetapi ini dilakukan sedemikian rupa, hingga setiap kali perhatian anda pindah pada sesuatu lain, anda terus menyadari perpindahan ini.
Saya andaikan, anda mengambil sebagai sasaran dasar: pernafasan. Sekarang pusatkanlah segala perhatian pada pernafasan. Mungkin sekali dalam waktu singkat perhatian akan pindah pada hal lain: pikiran, suara, perasaan… Sekarang: asal anda sadar akan perpindahan ini, perpindahan ini tidak dihitung penyasaran. Tetapi ini penting: anda harus menyadari perpindahan itu, selama sedang berlaku atau segera sesudahnya. Diperhitungkan sebagai penyasaran, hanya kalau anda menyadari lama sesudah berjalan. Misalnya anda memilih pernafasan sebagai sasaran dasar. Kiranya latihan anda akan berjalan seperti ini, (saya menggambarkan kesadaran anda) Saya bernafas … saya bernafas … sekarang saya berpikir-pikir … pikir … sekarang saya mendengarkan suara … mendengar … mendengar … sekarang saya jengkel … jengkel … sekarang saya bosan … bosan … bosan …
Dalam latihan ini pikiran menyasar tidak dianggap sebagai penyasaran, asal anda sadar, bahwa perhatian anda sedang pindah pada sasaran lain … Sekali anda sadar akan perpindahan ini, hadapilah sasaran itu (pikiran, pendengaran, perasaan) sementara waktu, lalu kembalilah pada sasaran dasar (pernafasan).
Kepekaan anda dalam penyadaran dapat menjadi begitu tajam, hingga anda tidak hanya menyadari perpindahan pada sasaran lain, tetapi bahkan keingnan untuk pindah, dorongan dalam anda untuk pindah pada hal lain. Seperi kalau anda ingin menggerakkan tangan, anda sadar pertama – tama akan keinginan yang timbul untuk menggerakkan tangan, lalu anda menyetujui keinginan itu, kemudian anda melakukan (melaksanakan) keinginan itu, dan tangan mulai bergerak.
Semuanya ini dilakukan dalam waktu kurang seperseribu detik dan kita merasa tidak mampu membeda – bedakan itu,sampai ketenangan dan keheningan dalam diri kita menjadi hampir menyeluruh, dan kesadaran kita menjadi setajam pisau penyukur.
Penyadaran diri (sadar diri) itu kadang – kadang diartikan sebagai salah satu bentuk cinta – diri, maka orang didorong untuk melupakan diri sendiri dan memperhatikan orang lain. Nasihat seperti ini dapat menghancurkan: ini dapat di dengar dari sebuah rekaman wawancara antaar seorang pembimbing yang bermaksud baik mau melayani orang lain, tetapi tidak sadar. Apabila pembimbing ini tidak sadar akan apa yang terjadi dalam dirinya sendiri, niscaya ia juga tidak akan menjadi sadar akan apa yang terjadi dalam lubuk hati orang bimbingannya, atau apa yang terjadi dalam hubungan timbal balik antara dia dengan orang yang sedang dibimbingnya. Demikian ia menjadi kurang berhasil dalam menolong orang bimbingannya, dan bahkan dapat membahayakannya.
Penyadaran diri dapat menjadi alat bagus untuk mengembangkan cinta kepada Tuhan dan kepada sesame. Penyadaran diri meningkatkan cinta kasih. Cinta kasih yang dimurnikan, mempertinggi penyadaran diri itu lagi.
Jangan menggunakan cara yang bukan-bukan untuk mengembangkan penyadaran diri. Mulailah dengan yang sederhana seperti penyadaran perasaan tubuh, atau penyadaran alam benda di sekitar, lalu meningkat pada latihan-latihan yang saya anjurkan di sini tidak lama lagi anda akan merasakan buahnya: penyadaran diri semakin mendalam, semakin mendatangkan ketenangan, damai dan cinta.
Latihan 13:
MENEMUKAN TUHAN DALAM SEGALA
Latihan ini merupakan rangkuman dari latihan yang sudah-sudah.
Lakukan latihan penyadaran salah satu.
Ambil misalnya perasaan tubuh sebagai pusat perhatian anda…..Jangan hanya perasaan yang dengan sendirinya muncul dalam kesadaran anda,yang jelas nampak,tetapi yang lebih lembut…. Bila mungkin,perasaan itu jangan diberi nama (panas,bebal,gatal,semutan,dingin….). Hanya mersai peresaan,tanpa memberikan nama….
Demikian juga dengan suara…. Tangkaplah suara sebanyak-banyaknya…. Jangan mencari dari mana asalnya …. Dengarkan suara tanpa memberikan nama….
Dengan berjalannya latihan ini, anda akan masuk dalam suasana tenang damai, keheningan yang mendalam.
Rasailah betapa baiknya di sini sekarang ini. Tidak berbuat apa-apa. Hanya ber-ada.Ada saja.
Bagi mereka yang lebih cenderung akan kebaktian:
Jalan latihan tadi,sampai anda merasakan tenteram damai yang dating meliputi anda…..
Sadari sebentar saja, kedamaian dan keheningan itu…. Sekarang ungkapkanlah diri anda kepada Tuhan, tanpa kata-kata. Gambarkanlah anda itu kelu. Dan hanya dapat berkomunikasi dengan mata, dengan pernapasan anda. Ungkapkanlah kepeda Tuhan, tanpa kata-kata. “Tuhan, baiklah ada di sini bersama Engkau.”
Atau jangan berkomunikasi dengan Tuhan sama sekali. Hanya ada di hadiratNya saja.
Juga untuk mereka yang lebih condong pada kebaktian, latihan sederhana untuk menemukan Tuhan dalam segala.
Kembalilah kepada dunia alam inderawi. Sadarilah dengan kepekaan setajamnya : udara, yang anda hirup…. Suara di sekitar anda…. Perasaan, yang anda rasai pada tubuh…. Rasailah Tuhan dalam udara, suara, perasaan….
Berthanlah di dunia alam inderawi ini….. Bertahan dalam Tuhan ….. Sekarang anda menyerah pada seluruh alam inderawi (suara, apa yang dapat di raba,warna….) menyerah kepada Allah….
Latihan 14:
MENYADARI YANG LAIN
Sebegitu jauh, semua latihan yang anda lakukan didasarkan pada penyadaran diri, dan panyadaran akan Tuhan lewat dari sendiri. Sebabnya, bagi anda tidak ada realita yang lebih dekat pada Tuhan daripada diri anda sendiri. Anda tidak dapat mengalami sesuatu lebih dekat dengan Tuhan daripada dari anda sendiri. Maka St Agustinus benar, kalau ia menekankan, bahwa kita harus mengembalikan manusia pada dirinya sendiri, hingga ia dapat membangun dirinya sebagai tangga menuju Tuhan. Tuhan itu inti dasar pribadi saya. Ia itu dari dari dari saya sendiri dan saya tidak dapat menyelami dari saya tanps bersentuhan dengan Dia.
Penyadaran akan diri sendiri juga merupakan sarana untuk mengembangkan kesadaran akan yang lain. Hanya sejauh saya peka merasai perasaan saya sendiri, saya dapat peka menyadari perasaan orang lain. Hanya sejauh saya dapat menyadari tanggapan (reaksi) orang lain, saya dapat menjumpai Dia dalam cinta, tanpa merugikannya. Apabila saya sadar peka akan diri saya, saya juga mengembangkan kepekaan sadar akan saudara saya. Kalau saya sulit dapat menyadari yang paling dekat dengan saya, diri saya sendiri, bagaimana saya tidak akan mengalami kesulitan menjadi sadar akan Tuhan dan sesama saya?
Latihan kesadaran akan yang lain, yang akan saya berikan di sini, tidak menyangkut sesame manusia seperti yang mungkin anda bayangkan. Saya akan mengambil sesuatu yang lebih mudah: menyadari ciptaan lainnya. Dari situ anda dapat meningkat pada manusia. Dalam latihan ini saya harap, anda akan mengembangkan sikap menghargai dan hormat kepada seluruh ciptaan yang tak bernyawa, semua alam benda di sekitar anda.
Beberapa ahli mistik agung mengatakan, bahwa sewaktu mereka meningkat dalam tahap penerangan Tuhan, mereka secara ajaib dipenuhi dengan rasa hormat yang mendalam, hormat terhadapTuhan, hormat terhadap hidup dan segala bentuknya, hormat juga pada makhluk yang tak bernyawa. Mereka tidak lagi memperlakukan pribadi sebagai benda. Mereka tidak memperlakukan benda sebagai benda saja, seolah-olah bagi mereka benda pun mempunyai pribadi juga, dan akibatnya: hormat dan cinta mereka kepada pribadi manusia meningkat lagi.
Fransiskus Assisi itu seorang tokoh mistik sebangsa itu. Matahari, bulan, bintang, pepohonan, burung-burung, binatang-binatang dianggap sebagai saudara-saudarinya. Mereka itu semua anggota keluarga, dan ia akan berbicara dengan mereka penuh cinta. St. Antonius Padua melangkah lebih jauh, sampai ia berkhotbah di hadapan ikan-ikan! Sungguh-sungguh gila, dari pandangan kita rasional: tetapi benar-benar bijaksana, mengangkat pribadi dan menyucikan manusia, dari pandangan mistik.
Saya ingin mengajak andamengalami sendiri, lebih baik dari pada hanya membaca saja. Maka saya susun latihan berikut. Tetapi untuk ini anda sementara harus menyisikan semua prasangka seseorang dewasa, dan menjadi anak kecil lagi, yang berbicara dengan bonekanya dengan segala kesungguhan, atau seperti Fransiskus Assisi yang berbuat sama dengan matahari, bulan, dan bintang-bintang. Apabila anda menjadi anak kecil, sekurang-kurangnya untuk sementara, anda mungkin menemukan kerajaan surga – dan belajar mengerti akan rahasia-rahasia Tuhan yang biasa disembunyikan bagi yang arif dan bijaksana.
Pilihlah salah satu benda yang banyak dan kerap anda gunakan: sebatang pena, sebuah cangkir….. suatu benda yang mudah dapat anda pegang di tangan.
Letakan benda itu pada telapak tangan terbuka. Sekarang pejamkanlah mata, dan rasai benda itu pada telapak tangan anda….. Sadarilah benda itu sepenuh-penuhnya. Pertama-tama sadarilah beratnya….. lalu perasaannya, yang ditimbulkan pada tangan…..
Sekarang selidikilah benda itu dengan jari-jari atau dengan kedua tangan. Di situ penting, bahwa anda melakukan ini hati-hati dan penuh rasa hormat: Selidiki kasar atau halusnya, keras atau lembutnya, panas dan dinginnya. Coba sentuhkanlah benda itu pada bagian-bagian tubuh lainnya, dan perhatikanlah, apa menjadi lain rasanya. Sentuhkanlah itu pada bibir…..pada pipi….. pada pelipis….. pada bagian belakang tangan anda…..
Ciumlah baunya….. kecaplah, jika ingin….. dengarlah dengan merapatkan pada telinga anda…..
Sekarang letakan benda itu dihadapan anda, atau di pangkuan, dan mulailah berbicara….. Mulailah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya….. kehidupannya….. asal-usulnya….. masa depannya….. dan dengarkanlah, kalau ia menguraikan rahasia hidup dan tujuannya kepada anda…..Dengarkanlah , kalau ia menerangkannya, apa arti adanya itu bagi si benda sendiri……
Benda pilihan anda itu membawa ilham tersembunyi, yang ingin diungkapkan menyangkut diri anda sendiri….. Tanyakanlah itudan dengarkanlah pesan-pesannya….. ada sesuatu, yang dapat anda berikan kepada benda ini….. apakah itu? Apa yang diminta dari anda?
Sekarang tempatkan diri anda bersama-sama dengan benda di hadirat Yesus Kristus, Sabda Tuhan: di dalam Dia dan bagi Dia seluruhnya dijadikan. Dengarkan apa pesanNya kepada anda dan kepada benda….. anda berdua bagaimana menjawab?.....
Sekarang lihatlah sekali lagi pada benda pilihan anda….. apa yang berubah pandangan anda tentang benda tadi? Apakah berubah pandangan anda tentang benda-benda sekitar?.....
Tambahan II:
(A) MANFAAT KESADARAN BAGI PRIBADI
Waktu mulai dengan cara kontemplasi seperti disajikan dalam latihan-latihan dahulu, anda agak sangsi tentang kegunaannya. Latihan itu bukan meditasi atau doa menurut arti kata yang biasa dikenal. Kalau doa diartikan “berbicara dengan Tuhan”, di situ bicara hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak ada. Apabila meditasi itu menjurus kea rah refleksi, penerangan dan pemahaman sesuatu dengan niat-niat, maka dalam latihan ini meditasi hampir tidak mendapatkan ruang-gerak sama sekali. Orang keluar dari latihan ini tanpa sesuatu hal yang konkrit, sesudah mencurahkan begitu banyak tenaga. Tidak ada sesuatu yang dapat dimasukan dalam buku harian rohani anda, - pada permulaan tentu tidak, dan mungkin tidak akan pernah. Orang meninggalkan tempat doa dengan perasaan kurang puas, karena tidak mengerjakan sesuatu, dan tidak mencapai sesuatu. Bentuk doa ini terutama dirasa berat oleh mereka, yang menaruh nilai tinggi kepada hasil; mereka lebih menghargai prestasi daripada ada dan hidup sendiri.
Saya masih jelas ingat akan seseorang muda yang rupanya tidak mencapai apa-apa dengan latihan ini. Ia hanya frustrasi: duduk tidak bergerak dan hanya menghadapi kekosongan, meskipun ia harus mengakui bahwa menggunakan pikiran secara lain dalam doa ia tidak dapat juga. Selama waktu ia mengalami latihan ini, ia hanya bergulat dengan pikiran menyasar – dan biasanya tidak berhasil – maka ia mendesak, supaya ia diberi sesuatu, yang lebih dapat memberi kepuasan sesuai dengan tenaga dan usaha yang diberikannya. Tetapi untung ia bertahan dalam latihan yang nampaknya mengecewakan itu, dan sesudah enam bulan ia datang memberitahukan kepada saya, bahwa ia mengambil manfaat banyak sekali dari latihan itu – lebih besar kegunaannya daripada apa yang diperoleh sebelumnya dari doa-doa meditasi, ilham dan niat-niatnya.
Apa yang terjadi? Yang jelas, ia menemukan ketenangan damai dalam latihan-latihan ini.
Pikiran tetap menyasar, tidak berkurang. Latihan tetap menimbulkan frustrasi seperti dulu. Latihannya tidak berubah. Yang berubah hidupnya. Usaha tekun dengan susah payah, terus bergulat dengan pikiran nyasar, dilakukan hari demi hari untuk mencoba-coba hal yang nampaknya kekosongan hampa, usaha untuk menjinakkan pikiran dan mencapai sekedar keheningan dan konsentrasi pada perasaan tubuh, pernafasan atau suara, memberikan kekuatan baru dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak dirasai sebelumnya – dan kekuatan ini cukup besar, hingga kenyataannya dalam hidup tidak dapat disangsikan lagi.
Ini salah satu manfaat dari doa semacam ini: perubahan dalam diri sendiri, yang seakan-akan tidak menuntut tenaga. Semua keutamaan, yang dulu dicoba dicapai dengan menggunakan kekuatan kehendak, sekarang nampaknya datang sendiri tanpa dicari-cari: kejujuran, kesederhanaan, keramahan, kesabaran…..kelekatan rupanya melepas dengan sendirinya tanpa niat dan usaha yang dibuat: dirasa pada pecandu rokok atau minuman keras, pada orang yang terkuasai oleh cinta kegila-gilaan atau ketergantungan yang keterlaluan.
Apabila ini terjadi pada anda, lalu anda merasa, bahwa waktu yang digunakan untuk menjalani latihan-latihan ini tidak sia-sia.
(B) PENYADAARAN BERMANFAAT DALAM KELOMPOK
Apabila anda melakukan latihan ini dalam kelompok, anda akan mengalami manfaat berkelompok juga. Manfaat yang paling besar ialah peningkatan cinta kasih antara para anggota kelompok. Dewasa ini banyak usaha dilakukan, - dan ini yang pantas dipuji, - untuk mengembangkan kesatuan budi dan hati diantara anggota komunitas religius, anggota keluarga, dengan jalan dialog, bagi rasa dalam kelompok, pertemuan kelompok. Hal ini dapat juga dicapai dengan jalan samping, yaitu bersamadi bersama. Apabila anggota kelompok setiap hari duduk bersama selama setengah jam sekurang-kurangnya, dan sebaiknya dalam bentuk setengah lingkaran (saya tidak tahu, mengapa itu membantu, tetapi ini benar) diam sama sekali. Di sini penting, bahwa diam itu tidak terbatas di luar saja – tidak ada gerak-gerik di ruang itu, tidak ada rasa dikejar-kejar, tidak ada yang diucapkan – tetapi juga diam, artinya: para anggota kelompok berusaha menciptakan keheningan di dalam hati dan pikiran, tanpa membiarkan kata-kata dan gagasan muncul, dengan latihan seperti diterangkan di atas.
Seorang pria yang sudah berkeluarga menuturkan kepada saya, bahwa ia dengan istrinya setiap pagi mengadakan samadi bersama cara ini: berhadap hadapan, mata tertutup; dan akhirnnya, setap kali setelah selesai satu jam, mereka merasakan kesatuan hati dan cinta satu sama lain lebih mesra dari pada yang pernah mereka alami sebelumnya,bahkan dalam waktu mereka sedang beroman romanan dalam cinta . harus saya tambahkan, bahwa kedua ini kemudian menjadi ahli di bidang samadi dan keheningan .
Seorang imam yang melakukan retret 30 hari di bawa bimbingan saya, dengan empat puluh orang imam lainnya, yang satu sama lain tidak kenal, bahkan namanya tidak, pada akhirnya retret berkata kepada saya, bahwa ia merasa lebih dekat dengan kelompok ini dari pada kelompok kelompok lain yang pernah di jumpai dalam hidupnya. Yang me nyebabkan mereka bersatu itu karena selama retret mereka setiap malam bertemu selama empat puluh lima menit, bersamadi bersama, dalam keheningan total.
Keheningan mendalam yang dapat mempersatukan . kata – kata kadang- kadang di gunakan untuk menhindari komunikasi seorang pembimbing retret yang mengadakan retret semacam zen, dimana para peserta berjam- jam duduk bersama diam sama sekali dengan mengosongkan pikiran dari semua gagasan, menyatakan, bahwa ia selalu mengajak para peserta bersamadi bersam dalam satu ruang. Alasannya: Mengumpulkan semua orang ini bersama dalam ssatu tempat, membantu sekali. Sampai jumlah delapan puluh, satu sama lain asing sama sekali: tetapi disitu mereka merasakan kebersatuan yang amat mendalam .
( C ) KONTEMPLASI DALAM KELOMPOK LEBIH MUDAH
Anda kiranya akan lebih mudah mencapai konsetrasi dan akan melakukan latihan- latihan ini dengan hasil lebih baik, apabila anda melakukannya bersama dengan sekelompok orang, yang juga ingin mencapai keheningan seperti di maksud dalam latihan ini.
Penting disini bahwa semua anggota kelompok sungguh- sungguh berusaha mau melakukan samadi. Keengganan atau kelambatan mental dari salah satu anggota akan menghambat keseluruhan, seperti kekuatan usaha “orang- orang kontemplasi“ dalam kelompok meningkatkan keseluruhan. Berulang kali para peserta retret menyatakan bedanya berkontemplasi sendiri di kamar atau bersamadi bersama dalam kelompok. Ini tentu bukan dalil umum,tetapi saya sungguh terkesan: sewaktu seorang peserta dalam retret Buddha yang saya ikuti merasa berat untuk berkonsentrasi, guru yang memimpim menyuruh dia duduk di dekatnya, dan usaha itu rupanya membantu.
Apa ada semacam hubungan berjalan di bawah sadar, kalau pribadi- pribadi yang duduk berdekatan mencapai keheningan mutlak? Atau ada ”getaran- getaran“ yang di timbulkan oleh latihan ini dan membawa pengaruh menguntungkan bagi orang yang terkena getaran? Ini pendapat guru Buddha tadi. Ia juga amat mengajurkan kebiasaan lain, yabng saya rasa amat membantu. Sedapat mungkin anda melakukan kontemplasi setiap kali pada tempat yang sama: sudut yang sama, pojok kamar, yang di khususkan uantuk itu saja, atau tempat yang biasa di gunakan untuk doa dan samadi oleh orang. Sebabnya, sekali lagi menurut guru tadi: getaran- getaran kuat , yang telah ada di situ karena samadi dan doa itu bertahan jauh lebih lama sesudah kontemplasi usai. Entah alas an itu tepat atau tidak, saya tahu dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain, bahkan berdoa di tampat – tampat “suci “ itu menolong : itu sudah di keramatkan oleh samadi dan kontemplasi banyak kali.
(D) NILAI KHUSUS PENYADARAN TUBUH
Saya kerap menganjurkan, untuk bersamadi sebaiknya anda memilih salah satu penyadaran: pernafasan atau suara atau perasaan tubuh. Apa semuanya itu bernilai sama? Menurut pendapat saya, penyadaran tubuh lebih bernilai dari pada penyadaran suara atau pernafasan. Kecuali manfaat rohani, ada banyak keuntungan psikologi dicapai oleh orang yang setia melakukan latihan penyadaran ini, hingga tidak ada bagian tubuh, di mana timbul perasaan- perasaan dalam kesadarannnya.
Ada hubungan erat sekali antara jiwa dan raga, badan dan psikis: kalau yang satu dirugikan, yang lain terkena juga. Sebaliknya peningkatan kesehatan pada yang satu rupanya menimbulkan keuntungan bagi yang lain pula. Apabila kesadaran akan perasaan pada tubuh anda menjadi peka, hingga setiap bagian menjadi hidup dengan perasaan-perasaannya, lalu semua tegangan-tegangan terlepas….. tegangan badan dan tegangan rasa. Dan dengan demikian saya kenal beberapa orang terlepas, disembuhkan dari penyakit-penyakit psikosomatis (menyangkut jiwa dan raga) seperti asma, pening sebelah(migrane), tekanan-tekanan emosi seperti: sentimen, dendam, marah, kecemasan yang dari tekanan syaraf, dengan jalan latihan penyadaran tubuh.
Kadang kala latihan ini membuka dunia di bawah sadar, dan demikian anda mungkin dibanjiri oleh perasaan kuat, dan fantasi liar sehubungan dengan sex dan amarah. Di sini sungguh tidak ada bahaya apa-apa, asal anda berlatih terus dalam penyadaran rasa dan tidak perduli akan angan-angan dan perasaan tidak diperhatikan. Hanya seperti yang sudah saya katakan, jangan anda terus-menerus berjam-jam bertahan dalam penyadaran pernafasan, tanpa pembimbing berpengalaman tersedia.
Maka kalau anda ingin menjalani latihan ini secara sungguh-sungguh dan berencana, saya anjurkan mulai dengan penyadaran suara dan pernafasan untuk beberapa menit pada permulaan setiap latihan, lalu meningkat pada penyadaran tubuh, dan inilah yang khusus dipentingkan, berpindah-pindah menyelusuri seluruh tubuh, bagian- demi bagian, sampai keseluruhannya menjadi kumpulan-kumpulan massa, serat dengan perasaan-perasaan lebat. Lalu tetap bertahanlah dalam penyadaran tubuh anda sebagai keseluruhan, sampai pikiran mulai memudar lagi. Lalu anda mulai bergerak lagi menyadari tubuh bagian demi bagian. Latihan ini akan membawa manfaat rohani, membuka Prana unttuk Tuhan, dan ditambah dengan keuntungan bagi jiwa dan raga, yang diperoleh dengan latihan ini.
Akhirnya sepatah kata untuk menguatkan semangat anda. Damai dan gembira, yang saya janjikan kepada anda sebagai imbalan, apabila anda setia menekuni latihan, itu mungkin suatu perasaan, yang tidak biasa anda nikmati: ini sesuatu yang pada permulaan begitu halus dan lembut, hingga orang tidak melihat adanya perasaan itu sama sekali. Apabila anda tidak tahu akan hal ini, mungkin dapat mudah menjadi putus asa.
Merasai gembira dan damai ini merupakan rasa yang harus dipelajari dan dibiasakan. Apabila seorang anak diberi tahu, bahwa bir itu “enak”, ia mungkin akan mencoba mencicipi minuman bir dengan pengalamannya, apa arti “enak” itu. Lalu ia akan terkejut dan merasa kecewa, karena bir itu tidak ada rasanya manis, seperti yang biasa dirasai dalam minuman-minuman biasa, yang dikenalnya.
Dikatakan bir itu enak – dan pikirannya tentang enak itu terbatas pada manis. Janganlah anda mulai dengan latihan samadi/kontemplasi dengan memastikan suatu perasaan sama sekali. Mulailah dengan sedia, mau menemukan pengalaman-pengalaman baru (yang permulaannya nampaknya bukan “pengalaman” sama sekali) dan memperoleh rasa-perasa yang sama sekali baru.
Latihan 15:
DI SINI DAN DI SANA
Dalam fantasi kita punya daya kekuatan tak terduga bagi kehidupan kita, yang belum tergali. Saya mau menunjukan hal itu kepada anda dengan suatu pengalaman, sebelum saya mengajak anda mengunakan fantasi dalam kontemplasi.
Pejamkan mata. Ambilah sikap tenang. Tenangkan diri anda sementara dengan salah satu latihan penyadaran. Sebab untuk kegiatan fantasi perlu ingatan anda menjadi tenang lebih dahulu, tentram dan damai…..
Sekarang anda dalam fantasi pindah ke suatu tempat, dimana anda di waktu lampau merasa bahagia….. kalau tempat itu sudah dipilih, ambilah waktu untuk mengingat kembali semua detail dari tempat itu….. Gunakan semua “indera angan-angan”. Untuk itu: lihatlah barang dan benda di tempat itu, warna dan rupa, dengarlah lagi semua suara, bangkitkan rasa, sentuhan dan perasaan di badan dan bau di udara, jika itu mungkin, hingga tempat menjadi nyata-nyata hidup kembali bagi anda…..
Anda sedang berbuat apa…..? anda sedang merasa apa…..?
Sesudah anda di tempat itu barang lima menit, kembalilah kesituasi waktu sekarang ini; anda ada di ruang ini, tempat kita duduk….. Perhatikanlah detail-detail sebanyak mungkin dalam situasi sekarang ini….. Bertahanlah dalam rasa ini selama tiga menit…..
Sekarang kembalilah ke tempat, di mana anda tadi pindah dalam angan-angan….. Bagaimana rasanya sekarang? Apakah ada perubahan mengenai tempat dan rasa…..?
Kembali lagi ke ruang ini….. dan sekarang anda bergerak mondar-mandir antara tempat itu dan ruang ini, setiap perubahan dalam perasaan anda diamati…..
Sesudah beberapa menit saya akan menyuruh anda membuka mata, dan berbagi-rasa dengan kita bersama, jika anda rasa itu baik dan perlu.
Dalam bicara berbagi-rasa setelah latihan ini kebanyakan orang menyatakan, bahwa mereka merasa mendapat kesegaran dan kekuatan baru. Dalam fantasi mereka pindah ke satu tempat, di mana mereka mengalami cinta dan rasa gembira atau rasa tenang damai dan keheningan yang amat mendalam di masa lampau….. Apabila mereka dapat kembali masuk ke tempat itu dalam angan-angan, mereka juga dapat mengalami kempali perasaan- perasaan, yang semula terjalin dengan tempat itu. Kembali ke ruang, tempat mereka sekarang ada, kerap dirasanya berat….. Tetapi kalau mereka bergerak mondar-mandir antara tempat di dalam angan-angan dan ruang duduk sekarang, mereka setiap kali membawa kembali dari tempat fantasi itu seberkas perasaan positif dan baik segar, yang dialami disana. Mereka kembali disegarkan dan dikuatkan….. dan mungkin dirasa aneh, tetapi penglihatan mereka tentang realita yang sekarang ada menjadi di pertajam. Jauh dari pada lari menghindari realita, seperti ditakutkan orang, kalau pindah mengikuti dunia fantasi, menjauh, berjarak sementara waktu, itu membantu untuk masuk lebih dalam ke dunia realita sekarang: melihat realita lebih terang, menanganinya dengan kegiatan baru.
Lain kali kalau anda merasa lelah dan bosa, cobailah pengalaman inidan lihat nanti, apa akibatnya. Mungkin anda itu merasa tergolong orang yang jarang memanfaatkan daya fantasinya, dan pada permulaan terasa sulit untuk membayangkan sesuatu secara hidup-hidup. Kalau demikian, anda memerlukan beberapa latihan sebelum memperoleh manfaat dan kegunaan sepenuhnya dari latihan yang menggairahkan ini. Tetapi apabila anda tekun, nanti akan berhasil juga.
Kalau lain kali anda mencoba pengalaman ini lagi, perlu diperhatikan, bahwa anda sungguh-sungguh ber-fantasi, dan tidak hanya ingat akan adegan itu dan peristiwanya. Bedanya berfantasi dan hanya mengingat ialah ini: dalam fantasi saya sungguh menjalani kembali peristiwa yang saya ingat. Saya tidak sadar lagi akan situasi di sekitar saya sekarang ini. Pikiran dan kesadaran bersama-sama mengikuti saya, hadir di tempat angan-angan itu. Jadi misalnya saya berfantasi tentang kejadian ditepi laut, saya membayangkan, mendengarkan deru ombak sekali lagi, saya merasa matahari menggigit di punggung yang terbuka, saya merasa sentuhan pasir panas di bawah telapak kaki….. dan akibatnya saya sekali lagi mengalami semua perasaan, yang saya alami pada waktu peristiwa ini pertama kali terjadi.
Dulu saya menerima pernyataan peserta ret-ret, yang menyatakan: “saya tidak bisa berdoa dengan angan-angan….. angan-angan saya kering”. Dan dulu saya menasihatkan cara doa lain. Tetapi sekarang saya yakin, bahwa dengan latihan sedikit, setiap orang dapat mengembangkan kemampuannya untuk berfantasi, demikian mendapatkan kekayaan baru tak terhingga di bidang perasaan dan kerohanian.
Apabila anda tidak berdaya apa-apa dengan fantasi, dapat anda mencoba ini: Amatilah sesuatu benda yang ada di hadapan anda beberapa waktu. Lalu tutuplah mata dan coba, apa yang dapat membayangkan benda tadi dalam angan-angan. Perhatikan, berapa detail yang dapat anda ingat. Lalu bukalah mata dan kembali mengamati benda itu lagi, catatlah, mana yang anda lupakan dalam gambar ingatan tadi. Tutuplah mata lagi dan perhatikan betapa banyak detail dari benda tadi, sekarang dapat anda tangkap kembali, betapa hidupnya rupa dan warna yang anda lihat….. Anda dapat mencoba yang sama dengan angan-angan pendengaran anda. Dengarkanlah beberapa bagian dari suatu kaset….. tangkaplah itu dalam ingatan lalu mainkan rekaman itu kembali dalam angan-angan dan perhatikan, mana yang hilang….. Demikian anda secara bertahap mengembangkan daya fantasi.
Sekarang pengalaman, yang saya berikan diatas, akan kita beri corak rohani, dan anda akan mengambil manfaat rohani juga.
Pejamkan mata dan tenangkan diri anda sejenak…..
Sekarang pindah ke suatu tempat, di mana anda mengalami Allah dimasa lampau…..
Ikutilah cara yang sama seperti yang saya anjurkan dalam pengalaman yang indah….. bergeraklah mondar-mandir antara tempat satu ke tempat ini….. Cobalah untuk membangkitkan kembali pengalaman Allah, yang anda peroleh di masa lampau, dan bawalah ke tempat sekarang ini: sesuatu daya kekuatan rohani yang ditimbulkan oleh pengalaman itu…..
Untuk dapat berfantasi dengan hasil baik dan mengambil manfaat sebanyak-banyaknya dari latihan-latihan ini, anda harus masuk dalam keheningan batin yang mendalam. Lalu fantasi menjadi hidup. Semestinya harus menjadi hampir sama hidup seperti di alam indera.
Jangan khawatir, bahwa dengan latihan ini anda melakukan pelarian, mengikuti mimpi di siang bolong. Mimpi di siang hari hanya berbahaya, kalau orang tidak lagi mampu membedakan antara realita inderawi dan realita fantasi, jika ia tidak mampu hidupkan atau mematikan fantasi sehendaknya. Asal anda mempunyai kekuatan ini, anda dapat masuk dalam latihan ini tanpa takut.
Latihan 16:
TEMPAT UNTUK BERDOA
Salah satu bantuan yang paling berharga untuk doa ialah tempat yang memberikan suasana doa. Di atas saya bicara tentang tempat-tempat, yang menimbulkan “getaran khidmat”. Lepas dari ini semua, anda sendiri pernah mengalami, betapa keindahan matahari terbit atau terbenam mempengaruhi keheningan dan doa anda. Atau bintang-bintang yang gemerlapan di langit hitam pada waktu malam. Atau bulan bersinar di antara pepohonan. Dekat pada alam menolang banyak orang untuk berdoa dan menolong secara nyata. Tentu setiap orang mempunyai pilihannya: pantai laut dengan suara gelombang memukul pasir, atau sungai mengalir lembut, atau danau tenang dengan keindahan di sekelilingnya, atau kedamaian di puncak gunung….. apakah pernah anda perhatikan, bahwa Yesus, Guru dalam seni doa itu, bersusah-susah mendaki gunung untuk berdoa? Seperti semua tokoh konteemplatif agung Ia tahu, bahwa tempat kita berdoa itu mewarnai mutu doa kita.
Tetapi kebanyakan kita hidup dalam lingkungan kurang menguntungkan, terpisah dari alam dan tidak punya pilihan lain kecuali tempat yang itu-itu saja, sama sekali tidak mengangkat jiwa menuju Tuhan. Maka kalau kita mendapat kesempatan, menikmati tempat yang membawa suasana doa, kita hendaknya meresapinya dengan cinta. Ambilah waktu untuk memandang dan menyelami suasana malam penuh cahaya bintang atau sinar bulan, atau pantai laut, atau apa saja. Lalu pengalaman ini dapat anda bawa di dalam hati kemana-mana, dan meskipun nanti sudah jauh dari tempat-tempat tadi, lukisannya tetap tergores hidup dalam ingatan dan anda dalam angan-angan dapat kembali ke sana. Cobailah ini:
Setelah beberapa waktu menenangkan diri, anda dalam fantasi pindah kesuatu tempat, yang membawa suasana doa bagi anda: pantai laut, tepi sungai, puncak gunung, gereja tenang, balkon yang mempunyai pemandangan langit berbintang, taman yang digenangi terang bulan…..
Lihatlah tempat itu sehidup-hidupnya….. segala warna-warni….. Dengarkan segala macam suara (gelombang, angin di pepohonan, suara serangga di waktu malam).
Arahkan hati anda kepada Tuhan, dan berkatalah sesuatu kepadaNya.
Diantara anda yang kenal akan latihan rohani St. Ignasius Layola, mungkin ada yang ingat akan apa yang umum disebut “persiapan tempat” (composition loci). St. Ignasius menganjurkan, agar kita menggambarkan tempat, dimana terjadi peristiwa yang ingin kita kontemplasikan. Tetapi yang dimaksud dalam aslinya, bahasa Spanyol, bukan “ persiapan tempat”, tetapi “persiapan, melihat tempatnya” (menggambarkan dengan pandangan angan-angan). Dengan kata lain bukan tempatnya yang harus dipersiapkan, melainkan diri anda sendiri, dengan melihat tempat itu dalam angan-angan. Apabila anda dapat berhasil dengan latihan di atas tadi, anda mengerti dengan tepat, apa yang dimaksudkan St. Ignasius.
Dan anda akan memiliki pusat kedamaian di dalam hati anda, yang selalu dapat anda gunakan untuk mengundurkan diri, kalau memerlukan ketenangandaan kesunyian, meskipun anda secara badaniah ada di tengah pasar atau dalam kereta api yang penuh sesak.
Latihan 17:
KEMBALI KE GALILEA
Apabila dua orang bercinta, sekali-kali bertengkar dan ingin kembali rukun lagi, mereka amat tertolong dengan mengingat kembali saat-saat bahagia, yang mereka alami bersama dari masa lampau. Tuhan selalu mengingatkan orang Ibrani lewat para nabiNya akan bulan madu, yang Ia alami bersama dengan bangsaNya, sewaktu Ia memilih Israel sebagai mempelaiNya, masuk di padang gurun. Tetapi sekarang, di tanah mengalir susu dan madu, Israel mengikuti pencinta-pencinta palsu, sebab ia lupa akan hari-hari bulan madu dengan Tuhan.
Pada waktu mengalami krisis rohani, baiklah orang mengikuti anjuran Tuhan yang bangkit kepada murid yang sedih: “kembali ke galilea”. Kembalilah kepada hari-hari bahagia, di mana anda hidup dekat dengan Tuhan. Kembalilah – dan anda akan menemukan Dia dalam kenyataan hidup baru, seperti yang dialami oleh para Rasul. Tetapi tidak perlu menunggu krisis, untuk berbuat begitu! Apabila kita kerap melakukan hal ini, kita mungkin dapat menghindari krisis.
Kembalilah di dalam angan-angan kepada suatu peristiwa, di mana anda mengalami cinta Tuhan begitu mesra….. entah apa itu bentuknya….. tinggallah di situ dan resapilah cinta Tuhan sekali lagi….. lalu kembali ke masa sekarang, dan bicaralah dengan Tuhan.
Atau: Kembalilah pada suatu peristiwa, di mana anda merasa dekat sekali dengan Tuhan….. atau waktu mengalami luapan suka-cita rohani dan merasa amat terhibur…..
Penting lagi, bahwa anda hidup menghayati kembali seluruh peristiwa itu dan tidak hanya mengingat-ingat saja….. Lapangkanlah waktu seperlunya untuk itu….. hidup mengalami peristiwa itu kembali akan membangkitkan kembali perasaan-perasaan, yang anda alami dulu: gembira, rasa mesra, cinta….. lalu awas, perhatikan ini: jangan lari menghindari perasaan, tetapi resapilah itu sedalam-dalamnya dan selama mungkin….. bertahanlah di situ, sampai anda merasa diliputi tenang-damai dan puas. Lalu kembali ke masa sekarang…… bicaralah dengan Tuhan sebentar, dan akhirilah latihan ini.
Tambahan: tidak lari menghindar, tetapi bertahan dalam perasaan yang menyenangkan ini, amat perlu; sebab meskipun nampaknya aneh, nyatanya kebanyakan orang tidak tahan lama meresapi rasa-rasa yang baik dan indah. Mereka biasa menghargai dirinya sendiri begitu rendah, hingga secara spontan mereka cendrung menjauhi perasaan-perasaan yang menyenangkan. Sebentar saja – atau mereka merasa salah kalau membiarkannya, atau merasa tidak pantas, atau entah apa….. Jangan mengikuti kecendrungan negatif ini dan pilihlah dengan sengaja, mau meresapi rasa bahagia yang timbul, apabila anda membangkitkan kembali waktu, di mana anda hidup mesra berdekatan dengan Tuhan.
Ada orang suci, yang biasa mencatat pengalaman-pengalaman mistik yang mereka peroleh. Mereka membuat semacam buku harian mengenai hubugan mereka dengan Tuhan. Saya tidak menganjurkan laporan panjang lebar tentang pengalaman rohani. Tetapi kalau pengalaman itu mengesankan sekali, catatan singkat dapat membantu untuk kemudian “kembali ke galilea”.
Tragedi dalam hubungan kita dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia yang kita cintai, disebabkan karena kita cenderung untuk cepat melupakan mereka.
Latihan 18:
MISTERI-MISTERI GEMBIRA DALAM HIDUP ANDA
Setiap orang dari masa lampau membawa album kenaggan, gambaran-gambaran yang menawan hati: ingatan akan peristiwa yang membahagiakan kita. Sekarang saya ingin, anda membuka album itu dan mengingat kembali peristiwa-peristiwa bahagia sebanyak mungkin…..
Apabila anda belum pernah melakukan ini, sedikit harapan, anda akan menemukan banyak peristiwa semacam itu, bila mencoba latihan ini. Tetapi anda setiap kali akan menemukan peristiwa baru, tertimbun di bawah debu masa lampau, dan anda akan merasa senang dapat mengalinya kembali dan membangkitkannya di hadirat Tuhan. Yang penting lagi, kalau ada peristiwa-peristiwa baru muncul yang membahagiakan, anda akan membawa kenangan manisnya, dan tidak membiarkannya lenyap lagi begitu mudah. Demikian anda membawa serta harta kekayaan yang tak terhingga, dan dapat anda tampilkan setiap kali anda ingin menyalurkan rasa gembira dan kekuatan baru di dalam hidup.
Gambarkan bahwa inilah yang dilakukan Maria, apabila ia menyimpan semua kenangan berharga dari masa Yesus kanak-kanak dalam hatinya, kenangan yang akan diingat kembali kemudian dengan penuh mesra.
Kembalilah kepada suatu peristiwa, di mana anda merasa sungguh dicintai secara mendalam….. bagaimana cinta ini dinyatakan kepada anda? Lewat kata-kata, pandangan mata, gerakan tangan, suatu pelayanan, sepucuk surat…..? bertahanlah dalam peristiwa itu selama anda mengalami rasa gembira, seperti saat peristiwa itu terjadi.
Kembalilah pada suatu peristiwa, di mana anda merasa gembira….. apa yang menimbulkan rasa gembira…..? berita baik…? Suatu keinginan yang terkabulkan…..? suatu pandangan alam…..?
Bangkitkan kembali peristiwa aslinya dengan perasaan-perasaan yang mengikutinya….. bertahanlah dalam perasaan ini selama mungkin.
Kembali pada masa lampau, di mana anda merasa dicinta dan bahagia, merupakansalah satu latihan yang paling bagus untuk membangun kesehatan jiwa. Kita kebanyakan pernah mengalami apa yang oleh para psikolog disebut “pengalaman puncak”. Sayangnya ialah, sewaktu peristiwa terjadi, sedikit saja orang yang mampu menyerahkan diri utuh-utuh kepadanya. Maka dari pengalaman itu mereka tidak menikmati apa-apa, hanya sedikit sekali.
Yang perlu, kita kembali pada pengalaman-pengalaman itu dalam angan-angan, dan tahap demi tahap menikmati pengalaman itu kembali sepenuh-penuhnya. Apabila anda melakukan ini, anda akan menemukan, berapa kali pun diulang, bahwa pengalaman tadi tetap akan memberikan kekuatan baru kepada anda. Simpanannya tidak pernah habis: tetap sumber kebahagian untuk selamanya.
Tetapi sekali-kali jangan kembali pada peristiwa ini, hanya dengan mengamatinya dari luar. Harus dihayati, tidak diamati. Pentaskanlah itu sekali lagi, ikut serta main di dalamnya. Fantasi harus menjadi begitu hidup, hingga peristiwa itu seakan-akan dialami baru pertama kali sekarang ini.
Tidak lama kemudian anda akan merasakan nilai psikologi yang ada dalam latihan ini, dan anda mulai menghargai fantasi secara baru sebagai sumber hidup dan kekuatan. Fantasi itu alat yang ampuh untuk menyembuhkan dan mengembangkan pribadi. Apabila itu didasarkan pada realita (bila anda memfantasikan peristiwa dan pengalaman yang sungguh-sungguh terjadi), akibatnya sama (menyenangkan atau menyedihkan) seperti realita itu sendiri. Apabila di waktu remang-remang senja saya melihat teman datang kepada saya, dan itu saya gambarkan sebagai seorang musuh, semua reaksi pada diri saya, dalam jiwa dan pada badan, akan sama persis seperti kalau saya menghadapi musuh. Apabila seorang kehausan di padang gurun membayangkan melihat air, akibat padanya persis sama seperti kalau dia sungguh melihat air. Apabila anda kembali pada pengalaman, di mana anda merasakan cinta dan gembira, anda akan mengambil semua manfaat seperti orang yang mengalami cinta dan gembira… dan itu besar sekali.
Apa arti latihan seperti ini bagi kehidupan rohani? Pertama- tama ini membongkar semua hambatan, yang enggan menerima, menikmati cinta dan merasakan gembira. Lalu orang bisa berkembang jadi mampu untuk menerima cinta dan gembira, disambut baik di dalam hidup. Hal ini meningkatkan kemampuan untuk mengalami Allah dan membuka hati untuk cinta-Nya, menikmati rasa bahagia, yang menyertainya. Orang yang tidak mau merasa dicintai oleh saudara, yang dilihatnya, bagaimana ia dapat mau merasakan dicintai oleh Allah, yang tidak dilihatnya.
Keduanya: Latihan ini membantu mengatasi perasaan kurang harga diri, yang melekat pada manusia, perasaan tidak berguna, atau salah, yang merupakan salah satu hambatan terbesar, yang kita letakkan di jalan perahmatan Tuhan. Padahal, akibat pertama dari perahmatan Tuhan, apabila rahmat masuk dalam hati kita, orang merasa dicintai dan merasa layak dicintai. Latihan seperti ini menyiapkan tanah untuk mendapatkan rahmat, karena kita jadi sedia menerima kenyataan, bahwa kita pantas dicintai. Ini cara lain untuk mengambil manfaat dari latihan ini:
Bangkitkan kembali salah satu pengalaman, dimana anda merasa amat dicintai atau merasai kebahagiaan mendalam…..
Cari dan temukan kehadiran Tuhan dalam pengalaman itu….. dalam bentuk apa kehadiranNya ini…..?
Ini salah satu cara, untuk belajar menemukan Tuhan dalam segala peristiwa hidup, dari masa lampau dan sekarang.
Latihan 19:
MISTERI SEDIH
Orang kadang-kadang membawa luka dari masa silam, yang masih menjadi sumber sakit di dalam hati. Dengan beredarnya waktu, sakit luka mungkin tidak lagi terasa. Tetapi akibat luka tetap terus akan merugikan, apabila kita tidak menyembuhkannya.
Misalnya, anak tergoncang derita pada waktu kematian ibunya. Deritanya mungkin ditekan dan dilupakan. Namun tetap mempengaruhi hidup si anak yang sekarang sudah menjadi dewasa. Orang ini dapat menjadi sulit untuk bersahabat dekat, karena takut nanti akan kehilangan lagi; atau ia tidak mampu meresapkan cinta, yang diberikan orang kepadanya; lebih parah, kalau ia lama-kelamaan tidak menaruhperhatian kepada hidup dan manusia pada umumnya, karena secara emosional ia masih berdiri di muka makam ibunya, tidak mau melepasnya, dan minta cinta, yang ibu tidak dapat memberikan lagi kepadanya.
Atau mungkin anda dilukai oleh seorang teman dekat. Luka tersimpan menjadi semacam dendam, yang tetap mengepul di dalam hati seperti api tercampur dengan cinta yang tetap ada, namun lama-kelamaan dengan sebab yang tidak jelas menjadi pudar kehangatannya.
Ada juga sesuatu yang dulu menakutkan anda sebagai anak kecil, meninggalkan kenangan buruk dan kecenderungan untuk gelisah dan cemas, apabila dihadapkan dengan situasi yang semacam.
Lagi-lagi anda membawa serta sesuatu perasaan salah, yang tidak dapat anda buang atau tinggalkan, dan tidak ada kegunaannya.
Ada gunanya anda kembali pada peristiwa-peristiwa, yang menimbulkan perasaan negatif ini, dan menyerap habis semua unsur-unsur menggelisahkan yang masih ada sampai sekarang.
Kembalilah pada suatu peristiwa dari masa silam, di mana anda merasa sakit atau menderita atau terluka atau dicemaskan atau mengalami kepahitan…… bangkitkan peristiwa itu kembali….. Tetapi sekarang anda mencoba menemukan kehadiran Tuhan di dalamnya….. Dengan cara bagaimana Ia di situ hadir…..?
Atau gambarkan Tuhan sendiri ikut ambil bagian dalam peristiwa itu….. Perasaan apa yang Ia mainkan…..? bicaralah dengan Dia….. tanyakanlah, apa arti kejadian itu……? Dengarkanlah apa yang dikatakan sebagai jawaban…..
Bisa membantu, anda kembali dan setiap kali kembali lagi pada kejadian dalam angan-angan sampai anda tidak lagi dipengaruhi oleh perasaan negatif yang timbul. Anda sudah dapat melepaskan apa yang menyebabkan derita, dapat mengampuni orang, yang mengakibatkan sakit, dapat tabah dan tenang menghadapi apa yang dulu menakutkan….. Akhirnya anda dapat membangkitkan seluruh peristiwa dengan rasa aman dan tenteram. Mungkin bahkan dengan rasa syukur.
Malah mungkin sekali, bahwa anda dengan membangkitkan peristiwa itu kembali, seperti yang saya gambarkan, anda mulai mengerti, bahwa Tuhan sendiri yang membiarkan peristiwaini terjadi….. Dapat jadi juga, bahwa rasa dendam atau marah atau pahit, lalu berbalik mau menyerang Tuhan….. Apabila ini terjadi, hadapilah perasaan itu dan ungkapkanlah kepada Tuhan tanpa takut.
Tuhan tahu, apa yang ada di dalam hati anda, dan tidak ada guna untuk mau menyembunyikannya. Sebaliknya, terus terang mengatakan perasaan – juga kalau terpaksa menggunakan kata-kata pahit dan keras untuk mengungkapkannya – akan menolong menjernihkan suasana dan mendekatkan anda kepada Tuhan. Memang ajaib, bahwa anda boleh percaya kepadaNya sedemikian rupa, boleh pasti akan cintaNya tanpa syarat kepada anda, hingga boleh berkata-kata keras kepadaNya juga! Keistimewaan Ayub ialah, bahwa dalam penderitaannya ia menggunakan kata-kata kerasterhadap Tuhan: hal ini menjadi sandungan bagi sahabat-sahabatnya, yang mendesak dan mendoring Dia unutk mempersalahkan diri sendiri dan tidak menuduh Tuhan. Tetapi sewaktu saat akhirnya Tuhan menampakan Diri. Ia membebaskan Ayub dari tuduhan salah, dan menyatakan tidak puasNya kepada para sahabat yang bermaksud baik, tetapi bersifat munafuk!
Latihan 20:
MELEPASKAN RASA DENDAM
Ketidak sanggupan untuk mengampun orang lain, karena kesalahan nyata atau buat-buatan saja, menjadi bisa, yang meracuni kesehatan kita, - fisik, emosional atau spiritual – dan kadang-kadang ini dapat parah sekali. Kadang-kadang ada orang berkata-kata: “saya dapat mengampuni, tetapi melupakan tidak”, atau “saya mau mengampuni, tetapi tidak dapat”. Yang sebetulnya dimaksud disini: Mereka tidak mau mengampuni! Mereka mau mengenyam kepuasan, yang diperoleh dengan membina rasa dendam. Mereka senyatanya tidak mau melepaskan rasa ini. Mereka menuntut, supaya orang yang lain itu mengakui kekilafannya, minta maaf, memperbaiki kesalahannya, dan dihukum… sebagai syarat untuk melepaskan rasa dendam tadi, dan membebaskan dirinya dari bisa, yang meracuni seluruh syaraf hidup mereka.
Atau boleh jadi mereka memang jujur ingin menghilangkan rasa dendam itu, tetapi luka tetap membara, karena mereka tidak tidak mendapatkan kemungkinan untuk mengekspresikan rasa itu dan melenyapkan dari jaringan syaraf. Tetapi keinginan jujur belum menyelesaikan masalah: masih perlu rasa marah itu di tumpahkan keluar, skurang-kurangnya da;am fantasi. Disini tidak perlu di tekan bekas rasa dendam, untuk mendapat maju dalam kontemplasi.
Berikut ini salah satu cara sederhana untuk membebaskan diri dari rasa marah / dendam yang tetap terbawa:
Untuk itu, anda menggambarkan orang, yang menimbulkan rasa marah dan dendam itu di hadapan anda. Nyatakanlah rasa marah dan dendam anda, ungkapkanlah semua kejengkelan dan kemarahan kepada orang itu dengan sekuat-kuatnya. Jangan perduli akan kata-kata. Dapat menolong juga memuntahkan rasa itu dengan gerakan-gerakan tubuh, misalnya memukul-mukul kasur atau bantal. Orang kerap kali menumpuk rasa marah hanya Karena takut untuk berbicara, bertindak terus terang. Maka, “senjata makan tuan”: kemarahan yang perlu untuk menghadapi orang lain dihantamkan pada diri sendiri. Pengampunan dan kesabaran, bila dipraktekkan oleh orang yang terlalu takut untuk membuka mulut dan membela apa yang dianggap nyata, bukan merupakan keutamaan, melainkan kedok untuk menutupi kelemahan dan ketakutan.
Setelah menumpahkan amarah anda, tetapi hanya sesudahnya, anda lalu melihat seluruh peristiwa itu dari pihak lawan. Duduk di tempatnya dan jelaskanlah seluruh peristiwa: bagaimana gambaran seluruh peristiwa, kalau dilihat dari pihaknya? Yakinlah, bahwa hampir tidak pernah ada orang yang menghina, menyerang, menyinggung karena memang sengaja mau melukai orang. Paling kerap, juga seandainya ada niat untuk melukai orang, hal ini terjadi karena pihak lain itu tidak bahagia, dan rasa ini menghantui dia selalu. Orang sungguh bahagia itu tidak jahat. Apalagi, kerap sekali bukan anda yang menjadi sasaran serangan. Yang dicari, pada diri anda sebetulnya sesuatu yang lain, atau bahkan orang lain, yang diproyeksikan di situ. Mungkin pemikiran-pemikiran ini menimbulkan rasa iba, kasihan kepada orang itu, bukannya rasa dendam atau marah.
Apabila ini semua gagal, mungkin sekali anda itu termasuk golongan orang yang tanpa sadar, nyatanya berusaha untuk mengumpulkan sentimen dan rasa tersinggung. Memang aneh tetapi nyata, orang sengaja mematangkan situasi, di mana ia jadi terhina, tersinggung, dan kalau sudah terjadi, menurut rencana orang “ngambek” dengan perasaan marah, yang memang dicari dan diinginkan sebetulnya. (bahasa jawa”NJARAG”: memang sengaja mencari!). Anda akan dapat mengatasi kecenderungan ini, apabila anda memurnikan dan menyehatkan harapan anda terhadap orang lain. Inilah caranya: anda tetap menaruh harapan pada orang lain, dan malahan dapat harapan itu anda ungkapkan kepada orang yang bersangkutan, tetapi biarlah ia tetap bebas sebebas-bebasnya – ingatlah, bahwa ia sama sekali tidak terikat kewajiban apapun, untuk bertindak sesuai dengan harapan anda, sejauh itu harapan kepunyaan anda. Dan ini akan mencegah timbulnya rasa kecewa, kalau harapan tidak dipenuhi. Banyak orang dalam hidup ini membawa “tanda permintaan” pada bahunya dan dalam hubungannya dengan orang lain selalu mengandaikan “kalau engkau sungguh cinta kepada saya, tentu engkau…..” (tidak mau mengkritik saya, bicara lembut kepada saya, ingat hari jadi saya, menyetujui permintaan saya dan seterusnya). Sulit sekali untuk menyadari, bahwa semua harapan-harapan ini tidak ada hubungannya apa pun dengan cinta sejati dari pihak orang lain.(orang ini biasa main “manipulasi” dengan perasaan orang lain, memaksakan diri dengan mempermainkan perasaan orang lain)
Akhirnya untuk memperkuat keputusan anda, mau melepaskan amarah, dendam, inilah rahasianya: apakah anda sungguh mau melepaskannya dan meneruskan hidup, kembali menjalin hubungan baik? Apakah anda itu orang yang dengan senang memeluk-meluk rasa dendam, dan kemudian mengeluh, bahwa sukar sekali untukmelepaskannya? Lakukan latihan berikut ini:
Gambarkan anda melihat Yesus tergantung di salib….. ambilah waktu seperlunya untuk menggambarkan secara mendetail….. sekarang masuklah dalam peristiwa, yang menimbulkan marah, dendam. berhentilah di situ sementara waktu…..
Kembalilah kepada Yesus tersalib dan pandangilah Dia.
Sekarang anda berganti-gantimengalami peristiwa kembali, dan memandang salib Yesus tersalib….. sampai rasa marah menjadi pudardan anda merasa kebebasan kembali, menjadi gembira dan ringan di hati.
Jangan terkejut, kalau setelah sementara waktu rasa marah itu kambuh, kembali lagi. Tanganilah dengan tekun dan sabar. Melepaskan perasaan negatif, untuk menjadi bahagia itu membawa pengorbanan, yang terlalu besar untuk dapat diselesaikan sekali jadi
Latihan 21:
KURSI KOSONG
Saya menyusun latihan berikut ini sebagai kelanjutan cerita. Saya dengar dari seorang Imam, yang mengunjungi orang sakit di rumah kediamannya. Ia melihat kursi kosong di samping tempat tidur, lalu bertanya: kursi itu apa gunanya? Yang sakit menjawab: Saya menempatkan Yesus di kursi itu dan berbicara dengan Dia, sebelum pastor dating….. Sudah bertahun-tahun saya merasa sulit sekali berdoa, sampai seorang teman menjelaskan kepada saya, bahwa berdoa itu soal berbicara dengan Yesus. Ia menyuruh saya menempatkan kursi kosong di dekat saya dan menggambarkan Yesus duduk di kursi, dan saya berbicara dengan Dia, lalu mendengarkan apa jawabanNya. Sejak itu berdoa tidak sukar lagi bagi saya.
Setelah beberapa hari, demikianlah kisahnya, putri si sakit itu datang ke pastoran untuk memberitahukan kepada pastor, bahwa ayahnya baru saja meninggal. Tuturnya: “Ayah saya tinggalkan selama beberapa jam. Ia nampak begitu tenang. Ketika aku kembali menengok, ayah sudah tidak ada lagi. Hanya sesuatu yang aneh: kepalanya tidak terbaring di tempat tidur, tetapi di kursi di sampingnya”.
Coba lakukan latihan ini, meskipun nampaknya pada permulaan agak kekanak-kanakan:
Gambarkan anda melihat Yesus duduk dekat disamping anda. Dengan berbuat demikian anda mengunakan angan-angan untuk melayani iman: Yesus tidak ada di sini seperti anda gambarkan, tetapi Ia pasti ada di sini, dan fantasi membantu anda untuk menyadari hal ini.
Berbicaralah sekarang dengan Yesus….. kalau tidak ada orang di sekitar, bicaralah dengan suara lembut……
Dengarlah, apa yang dikatakan yesus sebagai jawaban….. atau yang anda gambarkan sebagai jawabanNya.
Apabila anda tidak tahu, apa tepatnya yang hendak anda katakan kepada Yesus, ceritakanlah kepadaNya semua kejadian hari yang telah lewat, dan berilah keterangan pada setiap peristiwa. Ini bedanya berpikir dan berdoa. Apabila kita berpikir, kita berbicara dengan diri kita sendiri. Apabila kita berdoa, kita berbicara dengan Tuhan.
Jangan mau memikirkan detail-detail dari pakaian atau wajahNya. Ini hanya menyelewengkan perhatian saja. St. Teresia Avila, yang kerap berdoa seperti ini, berkata, bahwa ia tidak pernah dapat mengambarkan wajah Yesus….. Ia hanya merasa, bahwa Yesus dekat, tidak dapat dilihat dalam kamar gelap, tetapi kehadirannya nyata bagi anda.
Cara berdoa semacam ini sepengetahuan saya jalan yang paling cepat untuk mengalami kehadiran Yesus. Gambarkan Yesus ada disamping anda sepanjang hari. Keraplah berbicara dengan Dia di tengah-tengah kesibukan. Kadang-kadang anda hanya dapat memandang Dia, berkomunikasi tanpa kata-kata. St. Teresia, yang amat menganjurkan doa ini, menyatakan, bahwa dalam waktu singkat orang yang berdoa dengan cara ini, akan mengalami persatuan erat dengan Tuhan. Kalau orang Tanya, bagaimana anda dapat berjumpa dengan Kristus bangkit, di dalam hidup, saya tidak tahu jalan lebih baik dari pada satu ini.
Latihan 22:
KONTEMPLASI CARA St. IGNASIUS
Ini semacam doa fantasi, yang dianjurkan oleh St. Ignasius Layola dalam latihan rohaninya, dan banyak digunakan oleh orang-orang suci. Bentuknya: mengambil suatu peristiwa dari kehidupan kristus dan mementaskan itu dalam fantasi, ikut ambil bagian di situ, seakan-akan ini pertama kali terjadi dan anda ambil peranan di dalamnya. Cara yang paling baik untuk menjelaskan ini kepada anda itu mengajak anda melakukannya sendiri. Untuk latihan ini saya akan mengambil kutipan dari Injil St. Yohanes.
“Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betseda: ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring asejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barang siapa yang terdahulu masuk kee dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Di situ ada seorang, yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Dia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ”Maukah engkau sembuh?” jawab orang sakit itu kepadaNya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku”. Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu, dan berjalanlah”. Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu, lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. ( Yoh 5 : 1 – 9 )
Tenangkan diri anda sekarang, sebagai persiapan kontemplasi, dengan melakukan salah satu latihan penyadaran….. sekarang gambarkanlah kolam yang disebut Betseda….. lima serambi….. kolamnya….. keadaan sekitar….. ambilah waktu untuk membayangkan seluruh bangunan sehidup-hidupnya untuk mempersiapkan diri anda, dengan melihat tempatnya….. macam apa tempat itu? Bersih atau kotor? Luas atau sempit….? Perhatikan bangunannya….. bagaimana udaranya….. setelah panggung disiapkan, pentaskanlah seluruh adegan sehidup-hidupnya: lihatlah orang-orang di sekitar kolam….. berapa orang ada di sana…..? orang macam apa…..? bagaimana pakaiannya…..? apa yang mereka katakana….. apa yang mereka perbuat…..
Tidak cukup anda melihat peristiwa ini dipandang dari luar, seperti gambar film di layar putih. Anda harus ikut main. Anda berbuat apa disitu…..? mengapa anda dating di tempat ini…..? perasaan apa timbul, sewaktu anda melihat seluruh kejadian inidan memperhatikan orang-orangnya…..? anda berbuat apa….. – Berbicara dengan salah satu….. Siapa?
Sekarang perhatikan orang sakit, yang disebutkan dalam Injil….. di mana dia di antara orang banyak itu…..? bagaimana pakaiannya…..? apa ada yang mendampinginya…..? coba dekati dia, dan berbicaralah dengannya…... anda berbicara apa, atau bertanya apa kepadanya…..? apa jawabannya…..? ambilah waktu untuk mendengar detail-detail sebanyak mungkin dari hidup dan pribadinya….. ia memberi kesan apa kepada anda…..? perasaan apa yang timbul, selama anda berbicara dengannya?
Sedang anda berbicara dengannya, dari sudut mata anda melihat Yesus masuk di tempat ini….. perhatikanlah semua gerak-gerik atau perbuatanNya….. tempat mana yang dituju? Bagaimana Ia bergerak, berjalan…..? apa perasaanNya kiranya……?
Ia sekarang mendekati anda dan orang sakit itu….. bagaimana sekarang perasaan anda….? Anda menyingkir ketika melihat Yesus ingin berbicara dengan orang sakit itu…… Yesus berkata apa kepada orang itu? Apa jawaban si sakit…..? ikutilah seluruh wawancara….. lengkapilah pembicaraan singkat dari Injil itu…..
Perhatikan khususnya pertanyaan Kristus: “maukah engkau sembuh…..?” dengarkan sekarang perintah Yesus, kalau Ia menyuruh orang itu bangkit dan berjalan….. reaksi pertama orang itu….. ia mencoba bangun….. mukzizat terjadi! Perhatikan reaksi orang itu….. tanggapan Yesus….. reaksimu sendiri…..
Sekarang Yesus berpaling kepada anda….. Ia mengajak anda berbicara…… bertanya-tanyalah tentang mukzizat itu…..
Apa ada penyakit yang anda derita…..? pada badan, hati, jiwa…..? bicarakan itu dengan Yesus….. Yesus berkata apa kepada anda…..? dengarkanlah kata-katanya: “ maukah engkau sembuh…” Apakah anda sungguh mau, kalau anda minta disembuhkan itu…..? anda sanggup menerima semua konsekuensi penyembuhan…..? sekarang anda sampai pada saat perahmatan ….. apa anda percaya, bahwa Yesus kuasa menyembuhkan anda dan memang bermaksud menyembuhkan anda…..? apa anda percaya, bahwa hal ini akan terjadi sebagai buah iman dari semua yang hadir di sini…..? sekarang terimalah sabda kuasa, kalau Ia mngucapkan kata-kata penyembuhan atas diri anda, atau meletakan tangan pada anda…..? perasaan apa yang timbul….. apa anda pasti, bahwa sabda yang anda dengar, akan menimbulkan akibat pada anda: bahkan sudah mulai berakibat sesuatu, meskipun anda tidak melihat sesuatu yang jelas pada saat ini….. sekarang anda diam sejenak berdoa tenang di dalam batin, dekat Yesus, bersama Dia…...
Jangan kecewa, kalau usaha anda pada permulaan untuk melakukan kontemplasi semacam ini gagal dan belum memuaskan seperti yang anda harapkan. Nanti, lama kelamaan anda akan berhasil. Kalau saya membimbing kontemplasi satu ini dalam kelompok, saya mempersilahkan anggota kelompok untuk berbagi-rasa tentang pengalaman masing-masing. Kadang-kadang kami malahan menumpangkan tangan pada satu dua di antara mereka, dan mendoakan mereka atas nama Yesus.
Kontemplasi ini menimbulkan kesulitan untuk sementara orang. Mereka menganggap sulit untuk masuk dalam latihan, yang mereka anggap sebagai tidak riil. Mereka mengalami kesukaran dengan kisah seperti ini atau dengan kisah Yesus kanak-kanak. Mereka kurang menyadari makna lambang yang amat mendalam artinya (ini tidak sama dengan tidak riil) pada kontemplasi-kontemplasi semacam ini. Mereka itu begitu terkekang oleh kenyataan sejarah, hingga mereka tidak mempan menghadapi kenyataan misteri. Kenyataan itu baginya hanya ada pada sejarah, tidak ada pada mistik.
Kalau Fransiskus Assisi penuh mesra menurunkan kristus dari salib, ia tentu tahu, bahwa Yesus tidak lagi meninggal dan tidak lagi tergantung di salib, bahwa penyaliban itu sudah sejarah masa lampau. Kalau Antonius Padua menatang anak Yesus dan menikmati kehadiranNya, Ia sang Pujangga Gereja, tentu tahu, bahwa Yesus tidak lagi seorang anak kecil yang dapat digendong. Tetapi Santo-santo agung ini dan orang banyak lainnya yang melakukan kontemplasi secara ini, di belakang gambaran dan fantasi yang mereka hayati, mengalami sesuatu amat mendalam dan gaib pada hati mereka, dan mereka dipersatukan dengan Tuhan serta Kristus secara mendalam pula.
Demikian St. Teresia Avila menyatakan, bahwa renungan kesayangannya ialah hadir bersama Kristus yang sedang mengalami sakrat maut di Getsemani. Dan Ignasius Layola mengajak orang yang retret untuk menjadi hamba kecil penuh cinta mengikuti Maria dan Yosef dalam perjalanannya menuju betlehem, melayani mereka, berbicara dengan mereka dan mengambil manfaat dari kehidupan bersama mereka secara ini. Ia tidak begitu mementingkan ketelitian ilmu bumi: meskipun ia sendiri mengunjungi tempat-tempat suci, dan dapat memberikan gambaran jelas tentang betlehem dan Nazaret, namun ia mempersilakan peserta retret untuk menemukan Betlehemnya sendiri, Nazaretnya sendiri. Ia tidak akan dikejutkan oleh penemuan-penemuan formkritik dan pendapat-pendapat baru dalam penyelidikan Kitab Suci.
Kontemplasi ini harus dilakukan dengan sikap percaya, sikap yang digambarkan secara mengharukan dalam cerita kesayangan seorang mistik Hindu Ramakrishna dengan muridnya Vivekananda. Ini cerita seorang anak desa yang harus pergi sekolah ke desa lain yang cukup jauh. Ia berangkat pagi-pagi buta da kembali di waktu senja, kalau mulai gelap. Ia harus pergi ke sekolah melewati hutan. Karena takut pergi sendiri, ia minta kepada ibunya, seorang janda, untuk diberi teman di jalan. Ibunya berkata, “nak, kita ini terlalu miskin, untuk mencari teman. Mintalah kakakmu Krishna kakakmu untuk menemani engkau pergi dan pulang sekolah. Ia itu penguasa hutan. Ia tentu menemani, kalau engkau minta.”
Inilah yang diperbuat si kecil. Pagi berikutnya ia memanggil Krishna kakaknya dan Krishna datang dan bertanya apa maksudnya: ia meenyetujui permintaan si anak tadi. Dan semua berjalan baik untuk sementara.
Pada suatu hari guru merayakan hari ulang tahunnya, dan semua anak diharapkan membawa sesuatu untuk dihadiahkan kepada guru. Si janda berkata kepada anaknya, “Kita ini orang miskin saja, nak , tidak dapat memberikan hadiah kepada gurumu. Minta pada kakakmu Krishna untuk memberi hadiah bagi gurumu.” Krishna berbuat itu. Anak diberi suatu kan penuh susu, yang dibawa oleh anak untuk dengan bangga diletakan di dekat kaki sang guru, bersamaan dengan hadiah-hadiah lain, yang dibawa oleh murid-murid lainnya. Guru tidak perduli akan hadiah itu; maka setelah lewat beberapa waktu anak itu merengek-rengek, seperti biasanya seorang anak, “ saya tidak diperhatikan….. orang rupanya tidak senang dengan hadiah saya…..” Guru berkata pada hambanya, “demi supaya tenang, tuangkan susu itu di ember dan kembalikan kan-nya kepada anak. Kita mau tenang sedikit!”
Hamba menuangkan susu itu di suatu bejana, dan kembali membawa kan. Tiba-tiba ia melihat, bahwa kan itu penuh lagi dengan susu. Sekali lagi dikosongkan. Tetapi sekali lagi kan terisi penuh sampai di atas. Ketika guru diberi tahu tentang hal itu, ia memanggil si anak dan bertanya kepadanya, dari mana ia mendapatkan susu dalam kan itu. “Kakak Krishna memberikan kepada saya,” jawabnya. “kakak Krishna? Siapa itu?” – “ Ia penjaga hutan,” jawab anak kecil itu dengan bangganya, “ Ia mengantar saya setiap hari pergi dan pulang sekolah.” “Nah,” kata guru itu, sama sekali tidak percaya. “kami ingin melihat Krishna, yang engkau sebut-sebut itu. Bawa kami ke sana.”
Demikian anak itu berjalan kembali menuju hutan, memimpin sekelompok orang, guru, hamba, dan teman-teman sekolah. Ia senang sekali dapat memperkenalkan setiap orang nanti kepada Krishna kakaknya yang dikagumi. Ketika mereka tiba di pinggiran hutan, di mana ia setiap kali bertemu dengan Krishna setiap harinya, ia memanggil-manggil dia dan percaya, bahwa ia akan dating seperti biasa….. tetapi jawaban tidak ada. Ia berseru lagi. Belum ada jawaban….. Sekarang banyak ejekan timbul dan olok-olok dari teman-temannya. Anak itu menangis tersedu-sedu. Apa yang terjadi?
“Kakak Krishna,” seru anak itu dengan air mata bercucuran, “datanglah sekarang! Kalau engkau tidak datang, saya disangka pendusta. Mereka tidak percaya kepadaku. “ sesaat semuanya menjadi hening, lalu ia mendengar suara Krishna yang nyaring berkata kepadanya. “adikku, saya tidak dapat datang. Pada hari gurumu mempunyai kemurnian hati dan iman seorang anak seperti engkau, saya akan datang.”
Suatu hal yang langsung mengesan kepada saya, waktu saya mendengar cerita itu, kemiripan dengan penampakan Tuhan sesudah bangkit. Ia hanya menampakan diri kepada mereka yang percaya kepadaNya. Ia berkata, “percaya, dan kamu akan melihat.” Kami berkata, “tetapi mana buktinya, bahwa bukan kepercayaan saya yang menampilkan penglihatan itu?” soal ini tidak penting bagiNya. Ia tidak perduli akan bukti. Percaya, dan kamu akan tahu. Itu seperti berkata kepada seseorang: Cintailah saya, dan kamu akan melihat keindahanku!
Inilah semangat jiwa, yang harus kita bawa untuk melatih kontemplasi cara Ignasius ini. Apakah kita sudah biasa menggunakannya, kita akan mengalami sendiri, bahwa dengan meenggunakan fantasi seperti anak kecil, kita mencapai kenyataan-kenyataan jauh melampaui fantasi, seperti kenyataan misteri, kenyataan mistik.
Latihan 23:
FANTASI DENGAN LAMBANG
Dalam suatu arti semua kontemplasi dengan fantasi itu memanfaatkan lambang. Tetapi kontemplasi cara Ignasius didasarkan pada peristiwa sejarah. Tidak demikian halnya dengan latihan yang akan saya sajikan ini:
Saya meminta anda membayangkan diri dudukdi atas gunung yang memadangi kota yang luas. Waktu senja: baru saja matahari tebenam dan anda melihat lampu-lampu mulai menyala di kota yang besar itu….. lihatlah sinar-sinar lampu semakin meluas, sampai seluruh kota merupakan lautan cahaya….. anda duduk sendirian di tempat itu, melihat pemandangan yang menakjubkan….. perasaan apa kini timbul…..?
Sesudah berapa waktu anda mendengar langkah kaki mendekat, dan anda tahu langkah kaki seorang kiai, yang hidup di daerah itu, seorang pertapa. Ia menuju tempat anda dan berdiri di samping. Ia memandang anda dengan lembut, lalu berkata satu kalimat saja kepada anda: “ apabila anda malam ini turun ke kota, anda akan menemui Tuhan. “ sesudah berkata ini, ia berbalik dan pergi. Tidak ada keterangan. Tidak ada kesempatan untuk bertanya-tanya.
Anda yakin, bahwa orang ini tahu apa yang dikatakan. Sekarang perasaan apa yang timbul? Rasa ingin melaksanakan nasehatnya dan pergi masuk kota? Atau mau tinggal di tempat itu saja?
Bagaimanapun perasaan anda, saya menganjurkan anda turun ke kota mencari Tuhan….. apa rasanya, kalau anda turun…..?
Sekarang anda sampai di pinggiran kota dan anda harus memutuskan pergi ke mana mencari Tuhan dan menemukanNya….. anda memutuskan pergi kemana? Sebaiknya anda mengikuti anjuran hati, memilih tempat yang anda tuju. Jangan mau dipimpin oleh pikiran “harus” berbuat ini atau “harus” pergi ke tempat itu. Pergi berjalan menurut ketukan hati.
Apa yang terjadi, sewaktu anda tiba di tempat itu…..? apa yang anda ketemukan di sana….? Anda berbuat apa di sana…..? anda mendapat pengalaman apa…..? apa menemukan Tuhan…..? bagaimana caranya…..? atau anda merasa kecewa…..? lalu berbuat apa…..? mau pergi ke tempat lain…..? kemana…..? atau tetap tinggal di tempat?
Sekarang saya ingin merubah fantasi. Entah anda menemukan Tuhan atau tidak, saya mau, anda memilih sesuatu lambang untuk Allah: sesuatu menurut pilihan anda, yang melambangkan Tuhan paling baik: wajah seorang anak, bintang, bunga, tlaga tenang…… anda memilih lambang apa…..? ambilah waktu untuk menentukan pilihan anda…..
Setelah memilih lambang, berhentilah di hadapannya penuh dengan rasa hormat….. perasaan apa yang timbul, kalau anda memilih itu? Katakana sesuatu pada lambang itu…..
Sekarang gambarkan lambang itu berkata sesuatu kepada anda….. apa yang dikatakannya?
Saya sekarang menganjurkan, anda sendiri menjadi lambang itu….. dan setelah menjadi lambang itu, pandanglah diri anda di sana penuh khidmat….. perasaan apa yang timbul sekarang, kalau anda melihat diri anda dari pihak dan sesuai pendirian lambang itu…..?
Sekarang anda kembali sebagai orang yang berdiri di muka lambang….. berhentilah di situ dalam keheningan kontemplasi….. lalu anda minta diri kepada lambang….. ambil waktu dua menit untuk itu, lalu bukalah mata dan akhirilah latihan ini.
Pada akhir latihan saya biasa mengundang para peserta untuk berbagi-rasa dengan teman-teman, apa yang mereka alami selama berfantasi. Kerap kali mereka mendapatkan penemuan-penemuan baru tentang diri sendiri, tentang Tuhan, tentang hubungan mereka dengan Tuhan.
Ini latihan lain untuk berfantasi dengan lambang:
Seorang seniman ahli pahat dipesan untuk membuat patung anda. Patung sudah usai dan anda pergi ke ruang kerjanya untuk melihat patung anda, sebelum dipamerkan umum. Anda mendapatkan kunci kamar, hingga dapat melihat patung itu sendiri, dan menggunakan semua waktu untuk melihat-lihat patung. Anda membuka pintu. Kamar itu gelap. Di tengah-tengah ruang patung anda berdiri: diselubungi kain… Anda mendekati patung dan membuka kain selubung. Lalu anda mundur mengamat-amati patung anda. Apa kesan pertama…..? anda senang atau kecewa…..? perhatikan detail pada patung itu….. besarnya….. bahan yang digunakan….. anda berjalan mengelilingi patung….. melihat-lihatnya dari berbagai sudut….. lihatlah dari jauh, lalu mendekat, memperhatikan detail-detail keci….. rabailah patung itu….. perhatikan kasar atau lembutnya….. panas atau dingin kalau disentuh. Bagian mana yang anda senangi pada patung itu…..? pada bagian mana yang anda tidak senang?’’’
Katakana sesuatu pada patung anda itu….. apa jawaban patung itu…..? anda menanggapinya bagaimana…..? teruskan wawancara itu selama masih ada bahan antara patung dan anda….. sekarang anda menjadi patung….. bagaimana rasanya menjadi patung anda…..? apa arti hidup sebagai patung anda…..? sekarang coba bayangkan, bahwa anda menjadi patung itu, Yesus masuk ke dalam kamar….. bagaimana Ia memandang anda…..? bagaimana rasanya anda dipandang Dia…..? Ia berkata-kata apa kepada anda…..? anda menjawab apa? Teruskanlah wawancara itu selama Yesus atau anda masih ingin terus berbicara…..sesudah beberapa waktu Yesus pergi….. sekarang kembalilah pada diri anda sendiri, dan lihatlah patung itu lagi….. apakah ada perubahan pada patung itu…..? apa ada perubahan dalam diri anda atau pada perasaan anda…..? sekarang minta diri kepada patung anda….. gunakan waktu selama satu menit, lalu bukalah mata.
Fantasi seperti juga mimpi merupakan alat baik untuk memahami diri sendiri, karena orang memproyeksikan diri yang sesungguhnya pada fantasi. Maka kalau anda menguraikan fantasi anda kepada orang lain atau pada kelompok, anda mengungkapkan lebih banyak hal-hal intim tentang diri anda sendiri daripada kalau menceritakan rahasia-rahasia yang dditutup-tutup bagi orang lain.
Fantasi tidak hanya membuka pengertian tentang pribadi anda sendiri. Dengan cara gaib fantasi juga mengubah anda! Kadang-kadang anda keluar dari fantasi merasa berubah, tanpa mengerti betul, bagaimana dan karena apa berubah. Mungkin sekali dengan dua fantasi yang saya sajikan ini, anda merasa hubungan anda dengan Tuhan diperdalam, tanpa dapat menegaskan apa sebabnya.
Jangan puas melakukan fantasi ini satu kali saja. Untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya, anda harus melakukannya berkali-kali.
Bukalah kesempatan bebas untuk naluri kreatif yang anda bawa, dan temukanlah sendiri fantasi-fantasi laindengan lambang.
Latihan 24:
MENYEMBUHKAN KENANGAN PEDIH
Ini merupakan variasi latihan 19.
Bangkitkanlah suatu peristiwa pahit/sedih/mengecewakan dari masa lampau yang masih segar teringat, tidak perduli betapa kecil dan sederhana. Hidupkan kembali pengalaman itu.
Lalu tempatkan diri anda dihadapan Kristus tersalib. Jangan berbicara….. hanya melihat dan berkontemplasi….. apabila perlu berkontemplasi, jangan menggunakan kata-kata…..
Peristiwa pahit itu hendaknya dihubungkan langsung dengan gambaran Yesus di salib untuk beberapa menit.
Lalu akhiri latihan.
Latihan 25:
NILAI HIDUP
Bayangkan: anda pergi menemui dokter untuk diberi tahu hasil pemeriksaan tentang diri anda. Hari ini dokter akan memberitahukan itu. Pemeriksaan dapat menghasilkan kabar naas, kalau ada penyakit ganas. Perhatikan perasaan apa timbul selama anda di jalan menuju dokter….
Anda sekarang ada di ruangan tunggu….perhatikan semua detil di ruangan itu…cat pada dinding, gambar-gambar yang bergantung…meja, kursi..koran,majalah di situ…Ada orang lain yang menunggu juga…..? Bila ada, amatilah orang atau orang orang di ruangan itu: air muka mereka, pakaian yang di kenakan. Perasaan apa timbul, selama anda menunggu, sampai di panggil.
Sekarang anda di panggil masuk…lihat kamar dokter itu…semua detil, meja, kursi…Ruang itu terang atau redup...?perhatikanlah dokter sendiri, wajahnya, pakaiannya …Bagaimana perangainya.....?
Ia mulai berbicara dengan anda, dan rupanya menyembunyikan sesuatu….Anda minta, supaya dokter berbicara terus terang saja…Lalu dengan penuh rasa iba nampak pada mata, ia mengatakan bahwa pemeriksaan membuktikan, anda mengidap penyakit, yang tidak dapat di sembuhkan…. Anda bertanya masih berapa lama waktu hidup…Ia menjawab, “dua bulan hidup aktif, paling banyak, lalu satu atau dua bulan berbarini.” Apa jawaban anda pada ketentuan ini...?Timbul perasaan apa….Endapkanlah perasaan-perasaan itu…sekarang anda keluar dari ruangan dokter,menuju jalan raya …Anda masih membawa perasaan tadi…Lihat di jalan: banyak orang atau kosong…Bagaimana cuaca: hari itu atau berawan....?Anda pergi kemana...? Apa rasanya seperti berkata-kata dengan orang lain…..? Dengan siapa…..? Anda pulang ke komunitas anda (saya andaikan, anda seorang imam, religius atau suster… penyesuaian mudah ditemukan untuk kelompok awam). Apa yang anda katakan kepada pimpinan....? Apa anda menginginkan anggota komunitas lainnya diberi tahu....?
Pemimpin bertanya, anda ingin berbuat apa selama dua bulan yang masih tersisa dalam hidup aktif nanti… samar – samar menyatakan kesediaan untuk membiarkan anda memilih pekerjaan yang anda senangi… Anda memilih apa?... Bagaimana dua bulan itu akan anda rencanakan…
Sekarang anda makan malam bersama komunitas… lalu duduk di rekreasi… Apa mereka tahu tentang anda…..? Rasa sekarang bagaimana….?.
Kembalilah sekarang ke kamar, dan tulislah surat kepada provincial, menjelaskan situasi dan minta dibebaskan dari tugas anda… Apa yang anda katakana dalam surat itu?... Susunlah surat itu sekarang…
Hari sudah malam… semua sudah pergi tidur… Anda diam – diam masuk kapel, yang sudah gelap sama sekali kecuali lampu Sakramen Mahakudus yang bersinar redup… Anda duduk dan memandang tabernakel… Pandangilah Yesus sebentar… Anda berkata apa... Ia menjawab apa… Perasaan apa timbul…?
Hasil yang diperoleh dengan latihan ini terlalu banyak macamnya untuk dijumlahkan di sini. Kebanyakan orang senang mengulang – ulang latihan ini, mengambil manfaat tak habis – habisnya.
Salah satu manfaat yang diperoleh banyak orang dari latihan ini, mereka mulai sungguh menghargai dan mencintai hidup… Sebagai akibat mereka lebih masuk mendalaminya, menikmatinya, menghayatinya dan menggunakannya sebaik – baiknya… Banyak yang heran, bahwa mereka tidak begitu takut akan maut seperti mereka duga.
Kerap sekali kita baru mulai menghargai sesuatu dengan rasa terima kasih, kalau kita sudah kehilangan itu. Tidak ada orang yang merasa terima kasih atas penglihatan dan menghargainya seperti orang yang buta! Yang paling menghargai kesehatan itu orang sakit! Tetapi mengapa kita harus menunggu sampai kehilangan semuanya itu, untuk menghargai dan menikmatinya?
Ini ada beberapa latihan lain untuk mengisi hidup penuh rasa syukur dan rasa gembira:
Bayangkan dokter memeriksa mata anda dan kemudian akan memberitahukan hasil pemeriksaannya… Gambaran peristiwa itu sehidup – hidupnya, dengan memperhatikan setiap detil mengenai tempat dan orang – orangnya seperti dalam latihan yang lalu…
Dokter sekarang memberitahukan kepada anda, bahwa penglihaan mundur, bahwa pengetahuan medis tidak dapat menolong dan dengan cukup pasti anda akan menjadi buta dalam waktu tiga atau empat bulan… Perasaan apa yang timbul.....? Anda menyadari bahwa sekarang tinggal tersisa waktu tiga atau empat bulan untuk mencetak dalam ingatan anda pandangan – pandangan, yang tidak akan anda lihat lagi… Apa khususnya yang anda ingin lihat, sebelum menjadi buta.....? Perhatikan, sekarang bagaimana anda melihat barang – barang…, dengan pengertian, bahwa segera anda akan menjadi buta untuk selama – lamanya…..
Bayangkan kemudian, bahwa anda sungguh menjadi buta….. bagaimana hidup seorang buta…..? ambil waktu, untuk menemukan dan menyadari semua perasaan anda….. ikutilah diri anda sebagai orang buta sepanjang hari: mulai saat anda bangun dan mencuci muka, sampai makan malam pergi tidur….. anda makan, “membaca” buku, bicara dengan orang, berjalan-jalan, sebagai orang buta……
Bukalah sekarang mata, dan sadari bahwa anda dapat melihat….. bagaimana perasaannya…..? anda berkata apa kepada Tuhan…..?
Barang-barang yang paling berharga dalam hidup ini dihadiahkan Cuma-Cuma: seperti penglihatan, kesehatan, cinta, kebebasan dan hidup sendiri. Sayang, bahwa kita kurang menikmatinya. Kita terlalu risau, karena tidak memiliki ini dan itu yang tidak begitu penting, misalnya uang, pakaian bagus, nama yang tenar…...
Saya ingat pernah pulang naik pesawat terbang dan merasa jengkel karena waktunya terlambat. Lalu tiba di atas lapangan terbang, pesawat mulai berputar-putar terus sampai setengah jam, menambah keterlambatan kita, disebabkan oleh apa yang disebut “kesulitan teknis”,….. setengah jam kegelisahan dan ketegangan. Dapat dibayangkan, betapa lega rasanya, ketika kita akhirnya mendarat. Bagaimana kejengkelan karena keterlambatan tadi? Musnah tanpa bekas. Kita senang bukan main, karena masih sehat dan selamat….. datang terlambat itu tidak berarti lagi. Tetapi kita harus mengalami bahaya dulu, untuk menghargainya.
Pernah saya membaca kisah seorang tahanan nazi, yang menulis kepada keluarganya dirumah: gembira menceritakan, bahwa ia dipindahkan dari sel yang hanya berupa empat tembok belaka ke sel lain, yang ada jendelanya pada dinding, jauh diatas, hingga ia dapat melihat secarik langit biru di pagi hari dan beberapa bintang di waktu malam. Baginya ini harta tak terhingga. Sehabis saya membaca surat itu saya menjenguk keluar dari jendela memandangi seluruh bentangan langit….. saya sejuta kali lebih kaya dari tahanan malang itu, tetapi dari kekayaan itu saya tidak menikmati sebutir kecil kegembiraan, dibandingkan dengan apa yang diperoleh tahanan itu dari kemungkinannya yang serba terbatas. Kalau jujur, saya malahan tidak mengalami senang apa-apa.
Pikirkan apa arti hidup bagi seorang tahanan, bagi penghuni kamp tawanan….. dan kalau anda sungguh sudah menyadari bagaimana hidupnya dan perasaannya, ambilah bis yang berputar keliling kota, menikmati semua pemandangan dan merasai kebebasan anda!
Ini latihan lain yang senada. Sesudahnya, anda dapat menemukan lain dan lain lagi yang serupa, hingga hati menjadi meluap dengan rasa syukur kepada Tuhan, karena memiliki barang-barang yang indah ini.
Gambarkan anda di rumah sakit menderita sakit lumpuh….. mungkin membantu, kalau anda berbaring di tanah, apanila latihan ini dijalankan dalam kelompok, atau di tempat tidur, kalau sendirian.
Bayangkan: dari leher ke bawah, anda tidak dapat mengerakan apa-apa….. dalam fantasi ikutilah acara anda ssepanjang hari sebagai seorang lumpuh….. sehari-harian anda berbuat apa…..? apa yang anda pikirkan….. apa yang anda rasa…..? bagaimana menyibukkan diri…..?
Dalam keadaan ini ingatlah, bahwa anda masih mempunyai mata dapat melihat….. berterima kasihlah karena itu….. lalu sadarilah, bahwa anda dapat mendengar dengan telinga….. sadari juga bahwa anda dapat berpikir secara jelas….. dapat berbicara dan mengungkapkan sesuatu….. bahwa anda dapat merasa dan itu masih menyenangkan….. marilah anda bersyukur atas setiap karunia pemberian Tuhan itu….. sadari, bahwa anda masih tetap kaya, meskipun lumpuh…..!
Sekarang bayangkan sesudah beberapa waktu, tubuh anda mulai bereaksi terhadap penggarapan dokter, hingga anda mulai dapat mengerakkan leher. Pertama-tama dengan rasa sakit, anda dapat menggerakkan kepala dari sisi satu ke sisi yang lain….. anda mampu sekarang, melihat lebih luas. Sekarang anda dapat melihat kamar sakit dari sisi satu ke sisi lain, tanpa harus seluruh tubuh diangkat, digeserkan oleh orang lain….. rasa syukur timbul…..
Kini kembalilah pada keadaan senyatanya dan sadarilah, bahwa anda tidak lumpuh. Gerakkan jari-jari anda secara lembut dan rasai, bahwa di situ ada hidup dan gerak. Gerakkan jari-jari kaki….. tangan dan kaki….. Ucapkan doa syukur kepada Tuhan untuk setiap anggota tubuh ini.
Pada hari, di mana anda dapat bersyukur atas setiap barang kecil apapun juga di dalam hidup: kereta api yang berjalan, air yang mengalir kalau anda membuka kran, lampu yang menyala kalau anda menekan kenop, laken yang bersih di tempat tidur….. hati anda akan merasa lebih puas meluap dan hampir selalu gembira. Rahasia selalu gembira itu bersyukur.
Cobalah latihan ini di bidang hubungan manusia. Apabila marah kepada teman atau salah satu anggota rumah, gambarkan dia itu lebih jahat daripada pendapat anda sekarang: Ia mempunyai cacat lebih banyak, daripada yang anda lihat sekarang. Lalu perhatikanlah sifat-sifat baik yang ada padanya. Anda kiranya lebih jauh menghargai dia, lebih beterima kasih karenanya, dan akan jauh, jauh lebih mudah untuk mengampuninya.
Latihan 26:
MELIHAT KESELURUHAN HIDUP
Ini sebuah variasi latihan yang lalu tentang nilai hidup:
Sebagai kelanjutan latihan sebelumnya, sekarang saya ingin anda membayangkan, bahwa setelah dua bulan hidup aktif yang dijanjikan oleh dokter, sekarang anda harus berbaring….. di mana anda sekarang ada….. perhatikan situasi di sekitar….. hidup mana yang anda hadapi sekarang…..? bagaimana jalannya sehari-hari…..? gambarkan waktu senja anda ditinggalkan sendirian….. anda tidak pasti, beberapa hari hidup masih tersisa….. bagaimana rasanya, bahwa anda tidak akan hidup lama lagi…..? bahwa anda tidak dapat aktif bekerja lagi…..?
Dalam kesunyian sekarang ini saya ingin anda meninjau kembali seluruh hidup….. ingatlah hari-hari bahagia…..
Ingatlah akan soal-soal sedih juga. Bagaimana rasanya, kalau anda mengingat kembali peristiwa-peristiwa, yang menimbulkan sakit sedih di waktu itu…..?
Ingatlah akan beberapa keputusan penting, yang anda buat, keputusan yang mempengaruhi hidup anda dan hidup orang lain. Anda menyesalkan atau senang, bahwa keputusan telah anda buat…..? apa ada keputusan, yang seharusnya anda ambil dan tidak anda perbuat…..?
Ambilah waktu kira-kira sepuluh menit, untuk mengenang orang-orang yang ikut menentukan hidup anda….. wajah siapa yang segera muncul…..? perasaan apa yang timbul, kalau anda mengenang setiap dari mereka itu…..?
Kalau anda diberi kesempatan mengulang hidup lagi, apakah anda sedia…..? apakah anda sedia…..? apakah anda akan mengajukan syarat-syarat tertentu…..?
Seandainya anda diminta sepatah kata sebagai nasihat oleh teman dekat, atau pesan satu kalimat sebagai kenangan terakhir, apa yang ingin anda katakana?
Sesudah beberapa waktu, berpalinglah kepada Kristus yang berdiri di samping tempat tidur anda, dan hendaklah mengadakan wawancara denganNya.
Sekarang satu latihan lagi sehubungan dengan kematian anda:
Yesus tahu, kapan Ia akan mati, dan Ia akan mengatur saat-saat hidupNya yang terakhir dengan amat teliti. Ia memilih waktu itu untuk mengadakan perjamuan terakhir kalinya bersama dengan sahabat-sahabatNya. Kemudian ia berkanjang dalam doa kepada Bapa, sebelum Ia ditangkap.
Seandainya anda diberi kesempatan untuk merencanakan saat-saat terakhir dalam hidup anda, apa yang menjadi pikiran anda? Ingin ditinggalkan sendiri atau ditunggui orang lain? Kalau anda ingin ditunggui, siapa yang anda harapkan hadir…..?
Pada perjamuan terakhir Yesus berdoa kepada BapaNya untuk terakhir kalinya. Doa apa yang ingin anda panjatkan kepada Tuhan sebagai doa terakhir?
Salah satu manfaat besar, yang dapat diperoleh dari latihan fantasi ini tidak hanya penghargaan baru terhadap hidup, melainkan juga rasa bahwa “waktu mendesak”. Seorang pengarang timur menyamakan maut itu dengan seorang pemburu, mengendap di belakang semak-semak, membidik seekor angsa yang tenang tengah berenang di sebuah danau, sama sekali tidak sadar akan adanya bahaya. Tujuan latihan fantasi ini tidak untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menyadarkan anda, jangan sampai menyia-nyiakan waktu.
Latihan 27:
SELAMAT TINGGAL KEPADA TUBUH
Bayangkan anda sudah minta diri kepada orang-orang yang datang menengok, sebelum anda meninggal, dan kini masih ada waktu satu dua jam tersisa. Anda mengkhususkan waktu ini untuk Tuhan dan anda sendiri.
Anda mulai berbicara dengan diri anda. Ajaklah setiap anggota tubuh anda berbicara: tangan, kaki, jantung, otak, paru-paru….. Ucapkan “selamat tinggal” pada setiap mereka dari pada mereka….. mungkin untuk pertama kalinya dalam hidup mereka itu anda beri perhatian….. sewaktu anda sudah menghadapi maut!
Cintailah setiap anggota tubuh anda. Tangan kanan misalnya….. ucapkan terima kasih atas semua pelayanan yang diberikan kepada anda….. katakan, betapa besar nilainya itu….. anda amat menghargainya dengan cinta….. berikan semua rasa kasih dan syukur kepadanya, karena tidak lama lagi tangan akan kembali menjadi debu….. lakukan ini berganti-ganti kepada setiap anggota tubuh dan alat indera kepunyaan anda, lalu kepada tubuh sebagai keseluruhan, dengan bentuknya yang khusus itu, wajah dan warnanya, tinggi dan perangainya.
Sekarang bayangkan Yesus di dekat anda. Dengarkan Dia mengucapkan terima kasih kepada setiap anggota tubuh anda, atas semua jasa yang diberikan kepada anda selama hidup…..
Saksikanlah Dia memenuhi seluruh tubuh anda dengan cinta dan syukur terima kasihNya.
Dengarkanlah Dia sekarang berbicara kepada anda…..
Latihan ini berguna sekali untuk mendapatkan cinta sehat kepada diri sendiri, mau menerima diri sendiri, sebab tanpa itu sulit sekali untuk memberikan hati kepada Tuhan sesama.
Latihan 28:
PEMAKAMAN ANDA
Latihan ini dimaksud untuk memperkuat lagi kesan yang diperoleh dari latihan sebelumnya: agar anda lebih mencintai, menerima dan menghargai diri sendiri.
Gambarkan jenasah anda terbaring dalam peti terbuka, disemayamkan di gereja untuk upacara penguburan….. perhatikan jenazah itu, khususnya wajah dengan ekspresinya…..
Sekarang lihatlah orang-orang, yang datang untuk menghadiri pemakaman… Berjalanlah dari bangku ke bangku perlahan-lahan, melihat wajah-wajah orang itu… Berhentilah pada setiap orang, dan perhatikanlah apa pikiran dan perasaannya…
Dengarkanlah khotbah yang sedang diberikan. Siapa pengkhotbahnya?... Apa yang dikatakan tentang diri anda?... Apa anda dapat menerima semua ucapan baik, yang dikatakan tentang diri anda?... Kalau anda tidak dapat, perhatikanlah hambatan apa yang merintangi anda dapat menerima ucapan-ucapan dalam khotbah itu… Hal-hal baik mana dari apa yang dikatakan tentang diri anda itu mau anda terima? Bagaimana rasanya mendengar dia berkata-kata itu?
Perhatikan sekali lagi wajah-wajah sahabat dan teman yang datang menghadiri pemakaman anda… Gambarkan semua kenangan baik yang akan mereka ceritakan, yang satu kepada yang lain, kalau mereka pulang ke rumah, selesai penguburan… Bagaimana rasa anda sekarang? Apa ada sesuatu yang ingin anda katakan kepada mereka masing-masing, sebelum mereka pulang?,,, Pesan terakhir sebagai jawaban pada pikiran dan perasaan mereka terhadap anda, jawaban yang mungkin tidak akn sampai pada mereka sekarang ini?... tetapi katakanlah juga, dan rasakan, apa ini akibatnya pada anda…
Sekarang upacara pemakaman sudah selesai. Dalam angan-angan anda berdiri di atas makam, tempat tubuh anda dikuburkan, dengan pandangan mengikuti semua sahabat pergi meninggalkan tempat kuburan. Sekarang bagaimana perasaannya?... Sambil berdiri di situ, tinjaulah kembali hidup anda dengan segala penglamannya… Apa semua itu layak dihargai?...
Sadarilah hidup anda sekarang: masih ada di ruang ini dan nyatanya anda masih hidup dan masih diberi sekedar waktu… pikirkan saudara-saudara kesemuanya itu, dengan sikap pendirian sekarang… Apakah berubah pandangan anda karena latihan tadi? Kenangkanlah diri anda sendiri… Apa anda melihat diri sendiri secara lain atau perasaan lain tentang diri anda sendiri, akibat latihan ini?...
Latihan 29:
FANTASI TENTANG MAYAT
Saya meminjam latihan ini dari seri renungan Buddha: meditasi tentang realita (kenyataan). Apabila anda merasa muak pada permulaan dan enggan mencobanya, saya beritahu dahulu, bahwa maksud meditasi ini menimbulkan rasa damai gembira pada anda, dan membantu anda untuk hidup pada dasar lebih dalam. Ini pengalaman orang di masa lampau. Mungkin akan menjadi pengalaman anda juga.
Untuk latihan ini saya harap anda menggambarkan jenazah anda sehidup-hidupnya, dan ikutilah dalam fantasi sembilan tahap peleburan, yang dijalani mayat.
Setiap tahap direnungkan sekitar satu menit.
Sembilan tahap itu:
1. Mayat menjadi dingin dan kaku…….
2. Berubah menjadi biru……………….
3. Daging mulai retak-retak……………
4. Beberapa bagian mulai membusuk….
5. Seluruh badan menjadi busuk……….
6. kerangka mulai nampak, dengan gumpalan daging melekat pada beberapa tempat…..
7. Sekarang hanya tinggal kerangka bersih tanpa daging…..
8. Yang masih ada hanya setumpukan tulang-benulang……
9. Semua tulang akhirnya kembali menjadi tanah………….
Latihan 30:
MENYADARI HARI YANG LALU
Untuk melakukan latihan ini, anda mengingat seluruh hari-hari sebagai film berputar. Diandaikan, anda melakukan latihan ini pada malam hari: anda memutar film ini kembali, setiap kali satu adegan, sampai anda kembali pada adegan pertama di pagi hari, pada saat anda bangun.
Misalnya: apa yang terakhir anda perbuat, sebelum mulai dengan latihan ini? Anda masuk ruangan ini, duduk dan mengambil sikap doa. Itu adegan pertama, yang harus anda kontemplasikan. Apa yang terjadi sebelumnya? Anda menuju ruangan ini. Itu menjadi adegan kedua. Dan sebelumnya? Anda berhenti di jalan berbicara dengan teman. Itu adegan ketiga…..
Ambil satu adegan, serangkaian perbuatan untuk satu kali, dan perhatikan setiap hal yang anda lakukan, pikirkan, rasakan, dalam adegan itu. Jangan mainkan kembali adegan itu. Beda dengan latihan-latihan fantasi sebelumnya, anda tidak perlu ikut dalam peristiwa-peristiwa ini, seakan-akan dilakukan sekali lagi, tetapi anda hanya memperhatikan dari luar. Lihatlah sebagai penonton tak terlihat, lepas dari luar.
Ambilah waktu untuk menenangkan diri anda, sebab latihan ini menuntut keheningan dalam diri anda…… pilihlah salah satu latihan penyadaran untuk menenangkan pikiran dan masuklah dalam saat sekarang ini…..
Di sini penting sekali, bahwa dalam mengamati peristiwa-peristiwa ini, anda bersikap netral, artinya: tidak mempersalahkan atau membenarkan apa yang anda amati….. hanya mengamati. Tidak mengadili. Tidak memberi penilaiaan…..
Apabila selama latihan berjalan, pikiran anda menyasar, terusurilah jalan pikiran itu kembali sampai pada sumbernya, setelah anda sadar bahwa pikiran menyasar. Misalnya: anda memikirkan waktu malam mendatang.
Tanyakan pada diri anda, mengapa sampai pada pikiran tentang waktu malam mendatang? Apa pikiran sebelumnya? Dan sebelumnya…..? akhirnya anda sampai pada titik, dimana anda menyimpang dari tugas anda, memutar film kembali.
Teruskan latihan ini, hingga anda sampai pada soal hari yang paling pagi, saat anda bangun.
Latihan ini sulit sekali dilakukan, sampai berhasil baik, sebab menuntut keheningan mendalam, dan anda harus menguasai konsentrasi. Konsentrasi ini hanya dapat dicapai oleh mereka, yang telah memiliki kedamaian diri secara mendalam, dan berhsil meresapkannya kedalam budi dan daya kekuatan lainnya. Maka jangan kecewa, apabila pertama kali usaha mengalami kegagalan besar. Usaha itu sendiri, mencoba memutar film kembali, sudah amat menguntungkan bagi anda, dan kiranya anda sudah mengambil manfaat banyak meskipun baru mengamati satu atau dua adegan saja.
Para ahli di dunia timur, yang menyajikan latihan ini, berkata, bahwa mereka sudah menguasainya (maka ini berarti, bahwa mereka sudah cukup menguasai pikirannya, untuk dapat melakukan latihan ini dengan hasil baik) mampu mengingat dengan sejelas-jelasnya, tidak hanya setiap peristiwa dari hari yang lalu satu demi satu, tetapi setiap peristiwa dari minggu yang lalu juga, dari bulan dan tahun yang lalu, dan tahun demi tahun sampai saat mereka dilahirkan di dunia.
Kalau penelusuran pikiran nyasar kembali pada asalnya dirasa malahan menjadi penyesatan besar, tinggalkanlah usaha itu sama sekali. Dan kalau anda merasa nyasar, kembalilah saja pada adegan terakhir, yang anda kontemplasikan sebelum nyasar. Mencoba menelusuri pikiran nyasar sampai pada asalnya itu mungkin berarti sekaligus mau mengerjakan beberapa tugas yang amat berat.
Peringatan, bahwa orang tidak perlu membenarkan atau mempersalahkan, didasarkan pada ajaran beberapa ahli dunia timur yang berkata: bahwa membenarkan atau mempersalahkan itu tidak perlu untuk merubah hidup dan perbuatan. Menggunakan kekuatan kehendak untuk membuat niat, dan hukuman yang terselip dalam mempersalahkan diri, dapat menimbulkan sikap perlawanan, dan anda terlibat dalam pergulatan batin tanpa guna, sebab sesuatu aksi akan mengundang reaksi bertentangan sama kuat.
Penyadaran diri menjauhkan bahaya ini. Pengandaiannya ialah: kesadaran saja sudah menyembuhkan, tanpa pengadilan dan keputusan. Pertumbuhan kesadaran akan mematikan semua unsur yang kurang sehat dan mengembangkan segala sesuatu yang baik dan suci. Ibaratnya matahari, yang menghidupi tanaman-tanaman dan mematikan hama dan penyakit. Tidak perlu anda mengunakan otot-otot spiritual atau psikologis untuk mencapai latihan ini. Hanya anda harus menjadi tenang dan hening, damai – dan sadar. Hendaklah anda sadar diri sesadar-sadarnya. Ini tentu saja pengandaian. Apabila anda sudah kenal akan kekuatan sadar-diri, pengandaian tadi tidak akan tetap kosong, melainkan menjaddi pengalaman pribadi.
Sekarang anda dapat maju selangkah lagi dalam latihan:
Putar film itu sekali lagi dan amatilah peristiwa dalam hari itu, satu peristiwa setiap kali…..
Apabila anda sudah melihat serangkaian peristiwa, pilihlah salah satu, satu yang anda anggap paling menonjol, dan amatilah itu dengan lebih teliti…..
Setiap gerak, setiap kata, setiap rasa, setiap pikiran, setiap reaksi mengatakan sesuatu tentang diri anda. Perhatikan apa pesannya…..
Jangan menganalisa. – hanya melihat.
Dan sebagai langkah penutup:
Ulangi latihan tadi sekali lagi, mengamati salah satu peristiwa dengan lebih seksama…
Kristus ada dalam peristiwa ini. Di mana dia? Dapatkah anda lihat Dia memainkan peranan di situ? Bagaimana Ia berperan….?
Latihan 31:
MENYADARI HARI MENDATANG
Latihan variasi pada meditasi yang lalu, hanya dengan isi lain: peristiwa hari mendatang, bukan hari yang lalu. Latihan ini lebih cocok untuk pagi hari, sedang yang dulu lebih sesuai untuk malam hari.
Mulai saat ini, ikutilah peristiwa-peristiwa hari mendatang, peristiwa-peristiwa yang kiranya akan terjadi…
Tentu anda tidak dapat seratus persen pasti, tetapi ambillah peristiwa-peristiwa, yang cukup pasti akan terjadi nanti: pertemuan dengan seseorang, acara makan, waktu doa, perjalanan pagi dan pulang kerja.
Amatilah setiap peristiwa, seperti nantinya akan jadi….. Jangan mencoba memperbaiki atau membenarkan….. Hanya melihat….. Hanya mengamati…..
Langkah berikutnya:
Ulangi peristiwa-peristiwa itu sekali lagi dan lihatlah diri anda di situ berperan (berpikir, merasa, bersaksi) menurut apa yang anda inginkan….. sungguh, jangan membuat niat! Hanya MELIHAT diri anda sendiri dalam angan-angan bertindak seperti yang anda inginkan….. lalu lihatlah peristiwa-peristiwa itu berlangsung seperti anda inginkan.
Langkah terakhir:
Kembali pada peristiwa satu demi satu lagi….. Temukanlah Kristus dan apa yang dibuatNya dalam setiap peristiwa.
Kembalilah pada saat sekarang, dan tutup latihan ini dengan doa kepada Kristus, yang hadir pada diri anda.
Variasi lain:
Refleksikan sejenak, bahwa anda itu pengejawantahan Tuhan kepada dunia. Tuhan menampakan diri kepada setiap orang yang anda jumpai hari ini, lewat bentuk dan rupa anda….. sekarang ikutilah peristiwa-peristiwa mendatang dan lihat pengejawantahan Tuhan itu memainkan peranannya…..
Jangan mempersalahkan dan jangan mengadili! Dan lebih lagi, jangan membuat niat! Hanya melihat. Hanya melihat bagaimana peristiwa-peristiwa ini akan jadi. Atau seperti yang anda inginkan akan berlangsung.
Latihan 32:
MENYADARI PRIBADI-PRIBADI
Latihan ini merupakan variasi belaka pada kedua latihan sebelumnya, dan dasar pengertiannya ialah: Yesus Kristus, Tuhan yang bangkit, dalam hidup kita kerap kali nampak dalam rupa, yang semula tidak begitu kita kenal kembali. Ini pengalaman para Rasul sesudah kebangkitan. Semula mereka mengira Dia itu orang asing (pada perjalanan menuju emaus, pada pantai Danau Tiberias, di dekat makam, di mana Ia nampak kepada Maria Magdalena sebagai juru taman), dan baru kemudian mereka mengenal Dia seperti sesungguhnya.
Latihan ini akan membantu anda, untuk mengenali Tuhan yang bangkit pada wajah setiap orang, yang anda jumpai pada hari ini.
Ulangi latihan yang dahulu, dan berikan perhatian pada beberapa peristiwa, yang akan terjadi hari ini nanti…..
Sekarang perhatikan khususnya orang-orang, yang kiranya akan masuk dalam kehidupan anda hari ini….. pikirkan, bahwa setiap dari mereka itu tuhan sendiri, yang telah bangkit dan menampakan diri kepada anda dengan menyamar…..
Kenalilah Tuhan dalam diri masing-masing orang….. Cintailah Dia, sembahlah Dia, Layanilah Dia….. dan bahkan biarkan dirimu mengambil sikap sembah sujud, pelayanan dan cinta dalam angan-angan, tanpa anda berbuat pura-pura.
Pada akhir latihan kembalilah pada saat sekarang….. sadarilah kehadiran Yesus di kamar ini di sisi anda….. sambutlah Dia. Berbicaralah denganNya.
Latihan ini latihan terakhir dengan mengunakan angan-angan atau fantasi. Fantasi itu unsur amat berharga dalam hidup doa, dan dalam setiap hidup berperasaan sehat. Apabila fantasi digunakan dengan bijaksana, yaitu sebagai sarana untuk memperdalam keteduhan kita dalam keheningan, tidak sebagai jalan mencapai kesenangan, hidup doa dapat amat diperkaya, seperti anda alami waktu menjalani latihan – latihan yang sudah.
St. Teresia Avila, yang tinggi persatuannya dengan Tuhan dalam hidup mistik, amat menganjurkan penggunaan fantasi dalam doa. Pikirannya amat mudah sekali menyasar, dan ia tidak dapat mencapai keheningan hati beberapa menit saja. Caranya berdoa, menurut pengakuannya, berupa: menutup diri dalam dirinya: namun ia tidak dapat melakukan itu tanpa membawa serta seribu satu pikiran-pikiran hampa.
Tetapi ia merasa harus bersyukur karena pikiran yang tercecer-cecer itu, sebab ia lalu dipaksa membawa doanya keluar dari alam pikiran masuk ke dunia afeksi dan fantasi (perasaan dan angan-angan). Ia menganjurkan penggunaan gambaran. Gambarkanlah, anda melihat Yesus dalam sakrat maut di taman, dan hiburlah Dia di sana. Gambarkanlah hati anda sebagai taman yang indah dan Kristus berjalan-jalan di tengah bunga-bunga di dalamnya. Gambarkanlah jiwa anda sebagai istana semarak indah dengan dinding kristal dan Tuhan intan cemerlang di tengah-tengah istana. Gambarkanlah jiwa anda bagaikan firdaus, surga dimana anda digenangi rasa gembira. Gambarkanlah diri anda bagaikan bunga karang, penuh diresapi tidak dengan air, melainkan dengan kehadiran Tuhan. Lihat Tuhan sebagai sumber dan pusat inti-pribadi anda. Atau sebagai matahari cemerlang, menyinari setiap segi diri pribadi anda, memancarkan cahayaNya keluar dari inti-hati anda.
Masing-masing lukisan tadi dapat digunakan sebagai bahan kontemplasi lengkap. Bersamaan dengan penggunaan angan-angan, Teresia menganjurkan penggunaan hati di dalam doa. Dan bentuk doa-hati inilah yang ingin kami latihkan dalam bab-bab berikutnya nanti.
Latihan 33:
CARA DOA BENEDIKTIN
Cara doa ini berabad-abad di pakai secara meluas di dalam Gereja, dan kembali pada tradisi St. Benediktus, yang mengembangkan dan menyebarluaskannya. Kekerangka tradisisional terdiri dari tiga bagian: Lectio – Bacaan suci : Meditatio, dan oratio doa.
Inilah salah satu cara menggunakan doa itu :
Mulai dengan menenangkan diri anda di hadapan Tuhan …..
Ambillah salah satu buku untuk LECTIO (bacaan rohani) dan mulai saja membaca.sampai anda tersentuh pada suatu kata, ungkapan, kalimat yang mengesankan. Yang anda rasa menarik …..Kalau anda sampai menemukan kata atau kalimat itu, berhentilah dengan LECTIO. Bagian pertama dari latihan ini sudah selesai. Dan anda meningkat pada latihan kedua : MEDITATIO mulai.
Mengenai buku, yang anda pilih sebagai bacaan anda. Setiap buku dapat di pakai, asal mengarah pada rasa khdmat dan doa, tidak pada ilmu atau pemikiran.Buku yang paling sesuai ialah Kitab Suci. Mengikuti jejak Kristus, karangan Tomas a kempis juga buku yang cocok untuk maksud ini. Begitu pula buku- buku tulisan bapa- bapa dan pujangga Gereja, atau buku kebaktian lainnya.
Baik disini bahwa anda tidak memilih bagian, yang belum anda kenal, sebab itu akan mendorong untuk membaca lebih dan lebih banyak lagi . Maksud bacaan ini mengbangkitkan hati ke arah doa, bukan menggerakkan pikiran untuk lebih ingin tahu. Ingin tahu itu dapat merupakan persiapan amat berharga bagi pikiran kreatif, tetapi juga itu suatu bentuk kemalasan belaka. Suatu bentuk kemalasan, kalau hanya membawa orang lari menghindar dari tugas membosankan, yang sedang di hadapi.
Misalnya anda mengambil, sebagai LECTIO sesuatu kutipan dari perjanjian Baru atau dari Mazmur: dua buku dari Kitab Suci, yang paling cocok untuk doa semacam ini.Saya ingin mengambil contoh satu kutipan, yang amat saya senangi, Yoh. 7:37.Anda mulai membaca :
Hari terakhir dalam pesta itu hari yang paling utama. Pada hari itu Yesus berdiri dan bersabda dengan suara nyaring.” Barangsiapa haus, hendaklah datang padaKu dan minum.barangsiapa percaya akan Daku,pancaran air hidup akan keluar dari hatinya …..”
Saya andaikan, anda merasa terkesan, seperti saya selalu mersasakan sentuhan pada kata- kata ini: “ Barangsiapa haus, hendaknya datang padaKu dan minum “.
Sekarang lectio berhenti dan mulailah dengan MEDITATIO.
MEDITATIO ( yang aslinya berarti mengunyah ). “ MULUT orang jujur merenungkan kebijaksanaan “,kata Kitab suci. Apabia pengarang Mazmur bertutur bahwa ia senang merenungkan hukum Tuhan, karena di rasa lebih manis pada langit- langit dari pada madu dari sarang lebah, bahwa ia tak pernah putus-putusnya merenungkan hokum Tuhan siang dan malam, apakah ia menganggap meditasi sebagai latihan berpikir, sebagai pendalaman hokum Tuhan ? saya lebih cendrung untuk menafsirkan, karena ia juga berbicara tentang mendaras hukum Tuhan tak henti- hentinya bahwa ia berenung dengan mulut dan dengan pikikiran .
Kini kalimat tadi harus anda olah demikian :
Ulanglah kalimat tadi berkali-kali anda boleh melakukan itu dalam pikirkan saja:
Tidak perlu mengucapkan kata-kata dengan mulut atau mengatakannya dengan suara keras. Tetapi yang penting ialah, bahwa anda terus tetap mengulang-ulang kata-kata tersebut (juga bila ini hanya dalam pikiran saja) dan pemikiran tentang arti anda batasi sedikit mungkin. Malahan sebaiknya tidak dipikirkan artinya sama sekali. Anda sudah tahu apa artinya. Sekarang dengan mengulang-ulang, biarlah kata-kata itu meresap dalam hati dan budi, menjadi bagian anda…..
Barangsiapa haus, hendaknya datang kepadaKu dan minum…..
Barangsiapa haus, hendaknya datang kepadaKu dan minum…..
Barangsiapa haus…..
Dengan berbuat demikian, anda merasai dan mengenyami kata-kata yang anda ulang-ulang….. Ternyata anda mempersingkatkan kata ini, kemudian pada rangkaian kata itu….. barangsiapa haus,….. barangsiapa,…… barangsiapa….. barangsiapa…..
Apabila sudah melakukan hal itu beberapa waktu, anda telah cukup mengenyami kata-kata tadi. Anda telah merasa puas mengecapi rasanya yang manis. Sekarang meditasi dihentikan, dan mulailah tahap ORATIO.
Bagaimana melakukan ORATIO itu? Dengan berbicara bebas kepada Tuhan di hadapanNya, atau tinggal diam di hadiratNya, penuh suasana rahmat, yang ditimbulkan oleh kata dan sikap, meresap dalam diri anda. Jadi anda berbuat sebagai berikut:
“Barangsiapa….. barangsiapa…..siapa saja….. itu sungguh yang Kau maksud Tuhan? Engkau sudi memberikan minum air hidup kepada siapa saja? Apa memang benar, bahwa syaratnya tidak lain dari pada “manusia”, siapa saja? Tidak perlu apa saya orang suci atau pendosa, apa saya mencintai Engkau atau tidak, apa saya di masa lalu setia padaMu atau tidak? Bahwa cukup, asal saya ini haus….. dan datang kepadaMu…..?”.
Atau anda dapat berkata seperti ini….. “haus, haus…..,haus….. datang kepadaKu….. datang kepadaKu….. datang kepadaKu….. Saya haus, ya Tuhan, maka saya kini datang kepadaMu….. Tetapi saya agak ragu….. saya begitu kerap datang kepadaMu di masa lalu, tetapi Engkau tidak memuaskan hausku….. apa arti air hidup yang gaib, yang Engkau sebut-sebut itu? Apakah ada rintangan di dalam diri saya, yang menyebabkan saya tidak melihat itu….. tidak dapat merasakan itu…..?”.
Coba, berdoalah dengan bebas, menurut cara ini, atau tinggallah diam menunggu penuh cinta di hadapan Tuhan, seperti saya sarankan di atas: Duduklah seperti itu selama anda bertahan, tanpa pikiran nyasar. Apabila anda sulit bertahan dalam ORATIO tanpa penyasaran, ambilah buku anda dan mulailah sekali lagi dengan LECTIO….. teruskan lagi bacaan, yang telah anda pilih, sampai berjumpa dengan kalimat lain, yang mengena pada hati anda…..
St. Benediktus berkata: Oratio sit brevis et pura – Doamu hendaknya singkat, dan murni. Di sini ia tidak berbicara tentang waktu yang harus kita sisihkan untuk meditasi atau doa pada umumnya, melainkan tentang ORATIO yang harus dipertahankan selama masih PURA, tanpa pikiran menyesat. Apabila pikiran mulai menyasar, maka tiba waktunya untuk kembali kepada LECTIO. Kerap kali ORATIO itu akan singkat saja untuk orang yang baru mulai, yang tidak biasa bertahan lama tanpa pikiran melayang-layang.
Inilah bentuk doa yang cocok sekali untuk di anjurkan kepada orang yang ingin anda bimbing, untuk berdoa dengan hati, dan tidak dengan kepala. Kepala diberi kesempatan ikut serta dalam doa, tidak perlu mengganggu dengan penyasarannya. Dalam pada itu secara lambat doa dialihkan dari pikiran dan refleksi menuju ke arah kesederhanaan penuh perasaan.
Dalam mazmur anda menemukan sumber kaya tak habis-habisnya untuk doa semacam ini. Siapa dapat melawan kekuatan ungkapan-ungkapan seperti ini, tertemukan tersebar di seluruh buku mazmur?
Tubuhku rindu kepadaMu,
Seperti tanah yang kering dan tandus merindukan air.
Aku merenungkan Engkau sepanjang kawal malam (Mzm.63).
Satu hal telah ku minta Tuhan,
Itulah yang kuingini:
Diam di rumah Tuhan seumur hidupku (Mzm.27).
Jiwaku mengharapkan Tuhan.
Lebih dari peronda mengharapkan pagi (Mzm.130).
Hanya pada Allah saja kiranya hatiku tenang
Sebab daripadaNyalah kuharapkan pertolongan (Mzm.62)
Orang ini memegahkan kereta dan orang itu memegahkan kuda,
Tetapi kita bermegah dalam nama Tuhan, Allah kita (Mzm.20)
Dalam kesusahan aku berseru kepadaMu, ya Tuhan, kekuatanku!
Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung,
Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya:
Tuhan Allahku menyinari kegelapanku.
Dengan Allahku aku berani melompati semua rintangan.
Tuhan adalah perisaiku,
bagi setiap orang yang berlindung kepadaNya (Mzm.18).
Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati,
aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang.
Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan,
maka Ia akan memelihara engkau! (Mzm.55)
Janganlah mengambil rohMu yang kudus dari padaku.
Bangkitkanlah kembali padaku keinginan karena
Selamat yang dari padaMu (Mzm.51).
Ada cara untuk menjalankan doa ini dalam kelompok:
Pemimpin kelompok membimbing kelompoknya dengan latihan penyadaran, agar setiap anggota dibantu memperdalam keheningan dalam dirinya. Atau ia mengajak kelompok untuk memperdalam suasana hening dengan cara yang oleh masing-masing dirasa paling sesuai.
Setelah diam beberapa menit, pemimpin kelompok menyanyikan suatu kutipan dari Kitab Suci dengan terang dan nyaring, lalu kembali diam lagi, sehingga anggota dapat meresapkan kata-kata itu dalam hati….. semakin keheningan ada dalam hati, menjadi semakin besar kekuatan sabda. Kalau kata-kata mengacaukan, jangan diperhatikan, artinya: hanya resapkanlah suara kata-kata itu dalam diri anda, dalam kesadaran anda.
Variasi lain ialah: mengajak kelompok menyanyikan kata-kata mengikuti pemimpin, dan setiap kalimat dinyanyikan sampai dua, tiga kali. Perhatikanlah untuk memberi waktu leluasa bagi suasana diam, supaya kata-kata dapat meresap, dan supaya tercipta sikap terbuka untuk menanggapi kata-kata berikutnya yang akan dinyanyikan nanti.
Latihan 34:
DOA LISAN
Kebanyakan orang tahu bedanya doa lisan dan doa batin. Doa lisan itu biasanya dijelaskan sebagai doa yang diucapkan. Doa batin itu menurut anggapan umum doa yang dilakukan dengan budi dan hati. Doa lisan juga kerap dikira sebagai lebih cocok untuk orang yang baru mulai dalam hidup rohani, untuk orang yang belum berkembang budi dan hatinya, belum mampu untuk mengadakan pemikiran yang mendalam. Maka doa lisan dianggap sebagai bentuk doa yang tidak setinggi doa batin.
Anggapan umum dalam hal ini jelas salah. Hanya pada akhir abad tengahan orang membedakan doa lisan dan doa batin dalam Gereja. Sebelumnya orang tidak bisa menggambarkan orang berdoa, tanpa menggunakan kata-kata. Berkata kepada St. Agustinus atau St. Ambrosius atau St. Yohanes Chrisostomus, seperti apa yang kita katakan kepada seorang peminat dalam hidup rohani: “jangan mengucapkan doa-doa, tetapi berdoalah” itu mengatakan sesuatu, yang mereka tidak dapat menangkap. Mereka akan heran, bagaimana orang dapat berdoa tanpa mengucapkan doa-doa. merka sungguh sadar dan mengerti akan saat-saat di dalam doa di mana pada suatu ketika doa menguasai jiwa kontemplatip, seperti diuraikan oleh St.Teresia Avila: “Tuhan melenyapkan semua kata dari bibirmu, hingga pun seandainya kamu ingin berbicara, kamu tidak mampu, dan keheningan total menguasai dirimu, hingga semua kata dan pikiran menjadi tak berarti.” Tetapi mereka, seperti kebanyakan para guru dan ahli di bidang doa, beranggapan, bahwa berdoa dengan kata-kata itu mengarahkan orang selanjutnya kepada cara doa dengan pikiran.
Seorang guru seperti itu ialah Yohanes Klimakus, yang membimbing orang ke arah doa dengan cara yang begitu sederhana, hingga kerap kali terlupa. Cara itu intinya sebgai berikut:
Sadarilah Tuhan: anda berdoa, menghadap di hadiratNya….. ambilah satu doa, dan ucapkanlah itu dengan penuh perhatian pada arti kata dan pada pribadi, yang anda hadapi dalam doa. misalnya anda memilih Bapa Kami – Mulailah mengucapkannya dari awal sampai akhir dengan penuh perhatian: “Bapa Kami, yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu, di atas bumi seperti di dalam surga…..” insyafilah setiap kata, yang anda ucapkan.
Apabila pikiran menyasar, kembali pada kata-kata atau kalimat di mana anda mulai menyasar dan ulangilah kata-kata itu, bila perlu berkali-kali, hingga anda dapat mengucapkannya dengan perhatian sempurna.
Apabila sudah dapat mengucapkan seluruh doa dengan perhatian yang sempurna, ulanglah doa yang sama berkali-kali, atau pilihlah kemudian suatu doa lain.
Seperti inilah bentuk doa yang banyak digunakan orang suci dalam hidupnya. Dan mereka cepat maju dalam bidang doa dan kontemplasi dengan dasar ini saja. St. Teresia Avila menceritakan kisah seorang suster sederhana, yang minta supaya diajari berkontemplasi: Teresia bertanya kepadanya, bagaimana ia berdoa, dan didapatinya, bahwa yang dilakukan suster itu tidak lain daripada dengan penuh khidmat mengucapkan lima kali Bapa Kami dan Salam Maria, untuk menghormati lima luka Penebus. Teresia juga menemukan, bahwa dengan dasar doa lisan ini saja dan tanpa cara-cara lainya, suster sederhana tadi berhasil mencapai tingkatan kontemplasi tinggi dan tidak perlu mendapat ajaran untuk menjadi seorang kontemplatip lagi.
Ada cara lain untuk menggunakan doa lisan. Ambil sebuah doa atau mazmur. Doakanlah itu seluruhnya satu kali, dan perhatikanlah kata-kata, yang dapat anda ucapkan dengan mudah sekali dan kata-kata yang hanya dapat anda sadari dengan sukar sekali.
Ini suatu contoh:
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau,
Ia membimbing aku ke air yang tenang;
Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar, oleh karena namaNya.
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman,
Aku tidak takut bahaya, sebab Engkau bersertaku.
GadaMu dan tongkatMu itulah yang menghibur aku.
Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku.
Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;
Pialaku penuh berlimpah.
Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku,
Seumur hidupku;
Dan aku akan diam dalam rumah Tuhan
Sepanjang masa. (Mzm.23)
Pilihlah satu kalimat dari Mazmur itu, kalimat yang paling mengesan pada anda: satu baris yang paling mudah mengena pada hati anda.
Kata-kata yang paling anda senangi dari mazmur itu.
Ulangilah itu berkali-kali….. Puaskan jiwa anda yang lapar dengan santapan itu….. Hal ini dapat anda lakukan dengan satu atau dua baris lainnya, yang khusus mengesan pada anda.
Sekarang pilihlah bagian, yang paling sulit didoakan bagi anda….. Ucapkan itu berulang-ulang dan perhatikanlah bagaimana perasaan anda….. apa yang anda alami dalam mengucapkan doa itu….. apa yang diungkapkan kepada anda mengenai diri anda, hubugan anda dengan Tuhan….. lalu berdoalah kepada Tuhan secara bebas tentang hal-hal itu semua.
Sepanjang anda mengikuti jalan hidup, baiklah kiranya membawa bekal bagi perjalanan itu: kumpulkan doa lisan pilihan anda, madah dan mazmur kesayangan anda yang selalu dapat anda gunakan sewaktu-waktu bila perlu.
Ada orang yang menyatakan, bahwa doa-doa lisan itu kurang pribadi sifatnya, karena semua sudah disiapkan. Itu tidak benar; sebab tidak ada dua orang mendoakan doa Bapa Kami dengan cara yang tepat sama. Apabila anda mengucapkan kata-kata Bapa Kami, rangkaian kata itu meresap dalam budi dan hati. Kata memberikan bentuk kepada anda, mendapatkan warna seperti anda berikan, dan membubung kepada Tuhan dengan cirri khas pribadi, yang telah anda meteraikan di sana. Jadi rumusan doa-doa ini tidak perlu menghilangkan corak pribadi.
Latihan 35:
DOA YESUS
Tak putus-putusnya mengulang nama Yesus itu salah satu bentuk doa, yang amat disayangi oleh saudara-saudara Kristen Yunani dan Orthodox Rusia. Dalam bentuk doa ini mereka menemukan dasar kuat bagi hidup doa dan hidup rohani pada umumnya. Saya menganjurkan anda membaca buku “Kisah seorang Pejiarah” (dari seri Sumber Hidup 1, terbitan kanisius Yogya); lalu anda akan mendapatkan pengertian tentang nilai doa ini, dan bagaimana dilakukannya dalam praktek.
Bentuk doa semacam ini amat berkembang di lingkungan orang Hindu di India dalam kurun waktu ribuan tahun. Di sana disebut doa “Mengingat Nama”. Mahatma Gandhi amat menganjurkan doa ini, ujarnya: doa ini membawa manfaat luar biasa di bidang rohani, budi, dan jasmani. Ia menuturkan, bahwa sebagai kanak-kanak, ia sudah dapat mengatasi segala ketakutannya, hanya dengan mengulang-ulang nama Tuhan tak henti-hentinya. Ia berkata, bahwa mengulang-ulang nama Tuhan membawa kekuatan lebih dahsyat dari pada bom atom. Sampai-sampai ia menyatakan, bahwa ia tidak akan mati karena penyakit; dan kalau ia mati karena penyakit, ia boleh dianggap seorang munafik. Menurut dia, menyebut nama Tuhan dengan iman dapat menyembuhkan orang dari setiap penyakit. Ia hanya harus menyebut Nama dengan segenap hati, jiwa dan budi selama waktu doa.
Di luar waktu doa bahkan menyebut Nama secara kebiasaan akan menolong juga. Dengan menyebut Nama, yang nampak hanya karena kebiasaan, Nama itu seolah-olah masuk dalam peredaran darah, dalam dasar-dasar di bawah sadar dan dalam inti pribadi manusia, - dan secara lembut dan halus, tetapi pasti, hati dan hidup manusia berubah.
Dalam latihan ini dan latihan-latihan berikutnya saya menyarankan beberapa cara menyebut Nama pada waktu doa. saya khusus membatasi diri pada nama Yesus. Semua guru dan ahli menyatakan, bahwa setiap nama Tuhan dapat dipakai untuk mendapatkan manfaat doa ini. Mungkin di antara anda ada yang ingin mengambil sebagai mantra nama Tuhan, yang diserukan oleh Roh dalam hati kita, ABBA, Bapa.
Mulailah doa dengan memohon Roh Kudus. Hanya dalam kuasa Roh Kudus, kita dapat mengucapkan nama Yesus dengan layaknya…..
Lalu gambarkan yesus di hadapan anda. Dalam rupa apa anda senang membayangkan Dia? Sebagai kanak-kanak, sebagai Kristus tersalib, sebagai Tuhan yang bangkit dari maut?
Dia anda bayangkan ada dimana? Berdiri di depan anda?
Ada yang sangat tertolong dengan mengambarkan Tuhan bersemayam dalam hatinya….. atau dalam kepalanya.
Ada Guru Hindu, yang menunjukkan pusat dahi pada suatu tempat di antara kedua mata….. pilihlah tempat, yang anda rasa menolong, untuk membina bakti: gambarkan, anda melihat Yesus di tempat itu.
Sekarang ucapkanlah nama Yesus setiap kali anda menarik dan mengeluarkan nafas….. atau anda dapat mengucapkan sukukata pertama, kalau anda menarik nafas, dan yang kedua, kalau anda mengeluarkannya. Kalau ini anda rasa terlalu banyak, nama dapat anda ucapkan setiap tiga atau empat kali bernafas. Di sini penting sekali bahwa anda melakukannya secara lembut, santai,tenang,damai. Kalau ada di hadapan orang lain, sebaiknya nama itu anda ucapkan dalam batin. Kalau anda sendirian, anda boleh mengucapkannya secara lisan dengan suara lembut…..
Apabila sesudah beberapa waktu anda jemu mengucapkan Nama itu, berhentilah sejenak, lalu teruskan mengulang-ualng lagi seperti yang dilakukan seekor burung: sementara waktu menggerakkan sayapnya, lalu melayang, lalu sayap dikebaskan lagi….. Perhatikan, apa yang anda rasa dengan menyebut nama Yesus itu…..
Kemudian ucapkanlah nama Yesus dengan perasaan dan sikap yang berubah-ubah. Mula-mula ucapkan Nama itu dengan penuh rindu, tanpa berkata: “Tuhan, aku rindu padaMu,” masukan rasa ini dalam cara anda menyebut namaNya. Sesudah beberapa waktu, lanjutkan itu dengan perasaan-perasaan lain: sembah sujud – cinta – sesal – pujian – syukur – penyerahan diri…..
Lalu dengarkan Yesus menyebut nama anda….. seperti Ia menyebut Maria Magdalena pada pagi hari kebangkitanNya….. tidak ada orang mengucapkan nama anda seperti Yesus….. dengan perasaan apa Ia mengucapkan nama anda? Apa yang anda rasa, kalau mendengar Yesus mengucapkan nama anda?
Di lingkungan Gereja Orthodox biasa nama Yesus disebutkan dalam Rumusan Doa Yesus. Rumusan ini berbunyi: “Tuhan Yesus Kristus kasihanilah saya”. Salah satu cara menggunakan rumusan itu adalah ini.
Setelah beberapa waktu lewat, guna menenangkan diri, sadarilah kehadian Tuhan yang bangkit dari maut….. Bayangkan Dia berdiri di hadapan anda…..
Sekarang perhatikanlah pernafasan anda sebentar: sadarilah udara yang masuk dan yang keluar…..
Apabila anda menarik nafas, ucapkan bagian pertama dari rumusan doa. Tuhan Yesus Kristus, dan sambil berbuat demikian, anda membayangkan meghirup cinta dan rahmat dan kehadiran Tuhan Yesus. Bayangkan anda menghirup semua kemanisan yang terpancar dari pribadiNya.
Tahanlah nafas itu sementara waktu dalam paru-paru, dan dalam pada itu anda menahan apa yang anda hirup dalam diri anda, seluruh pribadi anda diliputi oleh kehadiran dan rahmat Yesus…..
Apabila anda melepas nafas, ucapkan bagian kedua: kasihanilah saya…… sambil berbuat demikian, bayangkan anda melepas semua yang kotor, yang menjadi hambatan bagi rahmatNya.
Kata-kata kasihanilah saya, tidak hanya berarti ampunilah dosa saya. Kasihanilah, sebagai istilah dalam Gereja Orthodox, mempunyai arti lebih luas: artinya rahmat dan kasih sayang penuh mesra. Jadi kalau anda berdoa “kasihanilah” itu artinya mohon rahmat karunia Kristus dan kasih mesra serta pengurapan Roh Kudus.
Latihan 36:
SERIBU NAMA TUHAN
Latihan ini sebenarnya kebiasaan adat Hindu yang disesuaikan: orang mengulang-ulang menyebut seribu nama Tuhan. Orang Hindu yang saleh berusaha menghafalkan seribu nama Tuhan dalam bahasa sansekerta, setiap nama penuh makna dan mengungkapkan salah satu sifat Allah: dalam doa, ia mengucapkan nama-nama itu penuh rasa khidmat.
Saya sarankan, anda juga menemukan seribu nama untuk Yesus. Anda mengikuti jejak pengarang Mazmur, yang tidak puas dengan nama-nama biasa seperti Tuhan, Pembebas, Raja, tetapi lihai penuh kreatifitas, karena hati penuh cinta, ia menemukan nama-nama baru bagi Tuhan; Engkau batu karangku, ujarnya, perisaiku, bentengku, sukacitaku, kidung madahku……
Demikian juga anda dalam latihan ini, salurkan kreatifitas anda dengan bebas, agar menemukan nama-nama baru untuk Yesus: Yesus, sukacitaku…… Yesus, kekuatanku…… Yesus, cintakasihku….. Yesus, sumbergembiraku…… Yesus, kedamaianku……
Setiap kali anda melepas nafas, ucapkanlah salah satu nama Yesus ini…… kalau ada nama yang khusus mengesan pada anda, ulangilah itu berkali-kali…… atau ucapkan nama itu dengan penuh mesra, dan berhentilah disitu, tidak berkata apa-apa lagi…… lalu sebutkan nama lain…… berhenti di situ…… ganti nama lain lagi……
Sekarang sampai pada bagian latihan, yang dapat anda rasa mengharukan:
Gambarkan anda mendengar Yesus menemukan nama-nama bagi anda. Nama apa saja yang ditemukan bagi anda……? Bagaimana rasa anda, kalau mendengar disebut dengan nama-nama itu.
Kerap kali kita menolak mendengarkan kata-kata penuh cinta, yang dikatakan Tuhan kepada kita: ini terlalu! Tidak bisa benar itu! Yang kita biasa mau dengar itu Yesus mengucapkan kata-kata mencela, seperti Pendosa - …… dsb. Atau kosong saja, kita tidak mendengar apa-apa saja. Kita ini masih harus menemukan Allah Perjanjian Baru, yang cintaNya kepada kita sungguh tanpa syarat dan tanpa batas, kita masih harus membiarkan diri kita merasai cintaNya. Latihan ini cocok untuk tujuan itu!
Sekarang maju selangkah lagi, dan gambarkan anda mendengar Yesus menemukan nama-nama sama, seperti yang anda temukan bagi Dia…… semua nama, kecuali yang menyebut keAllahanNya…… jangan takut…… beranilah menerima limpahan cintakasihNya yang meluap.
Anda mungkin tidak senang, seperti kebanyakan orang, menggambarkan mendengar Yesus mengatakan hal-hal ini kepada anda. Dalam salah satu latihan fantasi saya sarankan anda berbicara pada Kristus dan Dia kepada anda, mungkin anda bertanya-tanya: “bagaimana saya dapat mengerti, apakah ini sungguh Kristus yang mengatakan hal-hal ini kepadaku, atau sebetulnya saya masih sendiri yang menemukan kata-kata itu? Apakah ini Kristus berbicara kepadaku atau saya sendiri yang berbicara kepada diri saya lewat gambar Kristus buatan angan-angan?”
Jawaban pertanyaan itu, kiranya ini: saya duga, di sini anda yang berbicara lewat gambar Kristus, yang dibuat dalam angan-angan anda. Namun di bawah permukaan wawancara, yang anda lakukan dengan bayangan Kristus itu Tuhan mulai bekerja dalam hati anda. Namun tidak lama lagi anda akan mengalami Kristus dalam angan-angan itu mengatakan sesuatu kepada anda, dan kekuatan kata-kata ini akan begitu rupa (dalam bentuk hiburan, terang dan ilham, penyegaran rasa gembira dan kekuatan baru), hingga di dalam hati anda mengerti, bahwa kata-kata itu memang langsung dari Tuhan, atau dapat juga penemuan anda sendiri, tetapi digunakan oleh Tuhan untuk menyampaikan kepada anda, apa yang menjadi keinginanNya.
Dalam rangka latihan ini anda tidak perlu khawatir, kalau ada celaan, seakan-akan yang anda dengar dari mulut Kristus itu hanya penemuan sendiri melulu. Cinta Yesus kepada anda itu begitu besar, hingga tak ada kata-kata dapat ditemukan, diletakkan pada bibir Yesus untuk menyatakannya, mampu mengungkapkan cinta itu secara utuh.
Latihan 37:
LIHAT DIA MEMANDANG ANDA
Ini latihan lain: membiarkan diri anda merasa dicintai oleh Kristus, latihan kesayangan St. Teresia Avila. Ini salah satu latihan dasar yang ia anjurkan kepada siapa saja.
Gambarkan anda melihat Yesus di hadapan anda…… Ia melihat kepada anda…… perhatikan Ia memandangi anda…… hanya itu saja! Teresia merumuskan itu singkat sekali: “Mira que te mira” perhatikan, Ia memandangi anda. Tetapi ia menambahkan dua keterangan amat penting. Perhatikan, Ia memandangi anda, penuh cinta dan rendah hati. Khusus usahakan merasai kedua sifat kristus itu, kalau ia memandang anda: lihat Dia memandang penuh cinta, lihat Dia memandang dengan rendah hati.
Kedua sifat ini biasa dirasa sulit untuk digambarkan. Kebanyakan orang merasa sulit mengambarkan Yesus sedang memandang dengan penuh cinta. Menurut gambaran mereka Yesus itu seorang yang keras menuntut; benar Ia mencintai mereka, tetapi hanya mencintai, kalau mereka itu betul-betul baik.
Sifat kedua itu lebih sulit lagi digambarkan: Yesus memandang dengan rendah hati…… tidak mungkin! Sekali lagi, mereka ini tidak mengenal Yesus dari Perjanjian Baru. Tidak pernah disadari secara nyata, bahwa Yesus itu menjadi budak dan hamba bagi mereka: Ia itu membasuh kaki mereka, rela mati untuk mereka sebagai budak, karena cintakasihNya.
Sekarang lihatlah Dia memandang anda. Perhatikanlah cinta dalam pandanganNya. Perhatikan rendah hatiNya. Salah seorang suster, putri St. Teresia, yang tekun melakukan cara doa ini, berjam-jam terus-menerus, mengaku bahwa dia selalu merasa kering dalam doa. ditanya apa yang dilakukan dalam doa, jawabnya: “saya hanya membiarkan saya dicintai”.
Latihan 38:
HATI KRISTUS
Latihan lagi untuk membuka diri anda, sedia mau menerima cinta Kristus kepada anda. Latihan ini saya peroleh dari seorang pendeta, yang rupanya mempunyai kharisma, menjadi pengantara untuk menghadirkan Kristus Tuhan yang bangkit, pada orang yang minta mengalami sentuhan hadirat Kristus. Sejauh saya masih ingat akan uraian pendeta itu, caranya sebagai berikut:
Seandainya ada seorang yang datang minta kepadanya, “saya ingin berjumpa denganTuhan yang bangkit!”, pendeta itu akan membawa orang tadi ke tempat sudut yang sunyi. Keduanya memejamkan mata dan menundukan kepala, berdoa.
Pendeta lalu berkata kepada orang lain itu seperti ini: “Dengarkanlah dengan seksama, apa yang hendak kukatakan padamu: Yesus Kristus yang bangkit, hadir di sini pada saat ini bersama kita, engkau percaya akan ini?” sesudah beberapa waktu yang lain akan menjawab, “Ya, saya percaya”.
“Sekarang saya akan mengajak kamu memikirkan sesuatu, yang lebih sulit lagi untuk dipercaya. Yesus Kristus, Tuhan yang bangkit, yang hadir di sini, mencintai dan menerima kamu seperti apa adamu…… kamu tidak perlu berubah untuk mendapat cintaNya. Kamu tidak perlu menjadi lebih baik…… keluar meninggalkan jalan dosamu…… tentu Ia ingin menginginkan kamu menjadi lebih baik. Tentu Ia ingin kamu meninggalkan jalanmu dosa. Tetapi kamu tidak perlu melakukan ini supaya dicintai dan diterima olehNya. Sekarang ini kamu sudah dicintai dan diterima, seperti adamu kamu sekarang juga, sebelum kamu memutuskan mau berubah, dan entah kamu memutuskan berubah atau tidak…… kamu percaya ini…… ambil waktu untuk pikirkan ini…… lalu putuskan, kamu percaya atau tidak?”
Sesudah berpikir-pikir sebentar, orang itu berkata: “ya, saya percaya itu juga”. “nah”, kata pendeta itu, “katakanlah sesuatu kepada Yesus, katakanlah itu dengan suara keras”.
Orang tadi mulai berdoa dengan suara keras kepada Tuhan…… dan tidak lama kemudian ia memegang tangan pendeta dan berkata, sekarang saya mengerti dengan jelas, apa yang kamu maksud dengan berkata mengalami kehadiranNya. Ia hadir di sini! Saya dapat merasai kehadiranNya”. Apakah ini khayalan belaka? Kharisma khusus diberikan kepada sang pendeta? Mungkin. Kenyataannya: entah cara itu tepat atau tidak untuk membawa orang berjumpa dengan Tuhan yang bangkit, dasar ajarannya tentu benar dan cara ini pasti dapat membuat orang merasai kekayaan cinta Kristus yang tak terhingga. Cobalah sendiri:
Ingatlah akan kehadiran Tuhan yang bangkit bersama anda……
Katakan kepadaNya, bahwa anda percaya akan kehadiranNya, ada di sini bersama anda…… sadari kenyataan, bahwa Ia mencintai dan menerima anda seperti apa adanya sekarang ini juga……
Ambilah waktu untuk merasai cintaNya yang tanpa syarat kepada anda; Ia memandang penuh cinta dan rendah hati. Bicaralah dengan Kristus, tetaplah tinggal diam, penuh cinta, dan tanpa kata-kata berkomunikasi dengan Dia.
Kebaktian kepada Hati Kudus Yesus, yang dulu begitu meluas. Dan sekarang memudar di mana-mana, akan dapat hidup dan berkembang kembali, kalau orang mau mengerti, bahwa inti inti kebaktian adalah menerima Yesus Kristus sebagai penjelmaan cinta, pengejawantahan cinta Tuhan tanpa syarat kepada kita. Setiap orang yang menerima kenyataan ini, tak dapat tidak tentu akan menikmati buah melimpah lebih daripada yang diharapkan, untuk hidup doa dan kerasulan. Titik balik yang paling menentukan dalam hidup anda itu bukan saat di mana anda sadar mulai mencintai Tuhan, tetapi saat di mana anda menyadari dan menerima sepenuhnya, bahwa Tuhan mencintai anda tanpa syarat apa pun juga.
Biasa dalam retret kepada para peserta diajukan tugas pertanyaan, yang terkenal ini, ketiganya berasal dari latihan Rohani St. Ignasius: “apa yang telah ku kerjakan bagi Kristus? Apa yang sedang ku kerjakan bagi Kristus? Apa yang akan kukerjakan untuk Kristus?” Jawaban pada pertanyaan ketiga biasanya menjadi niat untuk melakukan segala macam karya besar dan pengurbanan-pengurbanan yang akan dipersembahkan sebagai ungkapan cinta kepada Kristus. Yang saya anjurkan kepada orang, yang sedang menjalani retret itu, sebagai berikut: tidak ada sesuatu yang dapat anda lakukan lagi bagi Kristus, yang lebih berkenan kepadaNya dari pada percaya akan cintaNya kepada anda tanpa syarat apapun juga. Anda mungkin sampai pada kesimpulan, bahwa berbuat demikian itu lebih sukar daripada melakukan pengurbanan, yang telah anda rencanakan, tetapi ini membawa kegembiraan dan kemajuan rohani jauh lebih besar tak terhingga, daripada semua perbuatan, yang dapat anda lakukan demi Kristus. Memang apakah sebetulnya ada sesuatu lebih anda inginkan daripada orang yang anda cintai, daripada bahwa ia percaya akan cinta anda dan mau menerimanya?
Latihan 39:
NAMA SEBAGAI KEHADIRAN
Doa Yesus kadang-kadang dilebih-lebihkan, hingga nama Yesus diberi nilai mendekati takhayul, sampai-sampai orang bersujud kepada Nama itu. Nama Yesus hanya merupakan sarana, yang harus membawa kita kepada pribadi Yesus sendiri, dan mengulang-ulang NamaNya tanpa membawa kita masuk ke hadiratNya tidak ada gunanya.
Setelah menenangkan diri anda, ucapkanlah Nama Yesus perlahan-lahan… Rasailah kehadiran Yesus meningkat meliputi diri anda. Dalam bentuk apa anda merasakan kehadiranNya? Sebagai terang? sebagai Suasana bakti, pengurapan? Sebagai kegelapan dan kekeringan? Apabila kehadiranNya menjadi pekat nyata, berhentilah di dalamnya…
Apabila kehadiranNya menjadi hambar, ucapkan NamaNya lagi…
Latihan 40:
DOA UNTUK ORANG LAIN
Kita sedikit sekali mengetahui cara Yesus berdoa. Hal ini akan tetap merupakan rahasia, tersimpan di puncak gunung dan di tempat-tempat yang sepi, yang di gunakan untuk menyendiri, kalau ia mau meluangkan waktu untuk berdoa. Kita tahu, bahwa Ia biasa menggunakan mazmur,yang ia doakan seperti orang yahudi saleh. Dan kita tahu kebiasaanNya berdoa untuk orang-orang yang di cintaiNya : “simon,simon lihat : iblis telah berkesempatan untuk menampi kamu, seperti petani yang memisahkan gandum dari sekamnya. Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, simon supaya imanmu jangan gugur”. Ini sebuah petunjuk pendek dalam injil Lukas (22:31) tentang apa yang dilakukan Yesus di waktu doa. Ia berdoa untuk orang lain.
Ada petunjuk lain dalam injil Yohanes (17.9 sq). Aku berdoa untuk mereka . Bukan untuk dunia aku berdoa. Tetapi untuk mereka yang telah engkau berikan kepadaKu……..Ya,Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Engkau dan Aku bersatu ….Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,tetapi juga untuk orang–orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka, supaya mereka semua menjadi satu. …Supaya mereka semua menjadi satu ya Bapa, sama seperti Engkau di Aku, dan bahwa Engkaulah yang mengutus Aku. Sekali lagi Ia berdoa untuk orang lain.
Kitab Suci mengajarkan kepada kita,bahwa inilah tugas yesus Kristus sekarang . TugasNya sebagai penebus sudah selesai. Sekarang Ia menjadi perantara . Yesus tetap hidup selama-lamanya, dan imamatNya tidak dapat beralih kepada orang lain. Karena itu Ia sanggup juga menyeolamatkan dengan sempurna orang yang melalui Dia datang kepada Allah, sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi pengantara mereka (Ibr 7.24.25.). Siapakah yang akan menggugat umat pilihan Allah? Kristus Yesus yang telah mati atau lebih tepat, yang telah bangkit dan duduk di sebelah kanan Allah? Ia malah menjadi pembela bagi kita. (Roma 8.33.34).
Inilah bentuk doa, yang di anjurkan Yesus kepada para muridNya, sekaligus dengan doa pemohonan, yang nanti akan saya bicarakan.” Tuaian memang banyak tetapi, pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian .”, supaya ia menggirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. (Mat. 9.3.7.38.) bermacam macam keberatan muncul dalam pikiran kita. Mengapa kita harus memohon sesuatu kepada Tuhan, yang sudah di ketahui bahwa kita membutuhkanNya. Bukankah Ia tahu, bahwa pekerja di butuhkan di sana?
Yesus rupa-rupanya menyisihkan semua keberatan itu dan mengumumkan sesuatu hokum rahasia dalam dunia doa, yaitu : bahwa Tuhan, atas dasar keputusanNya sendiri, meletakkan kekuatanNya di tangan orang-orang, yang berdoa untuk orang lain, sedemikian rupa, hingga tanpa doa permohonan untuk orang itu,kekuasaan Tuhan bertahan.
Ini yang menyebabkan doa untuk orang lain itu begitu menarik.Apabila anda melakukan ini, lalu merasa di dalam doa ada kekuatan dahsyat luar biasa. Dan kalau merasai kekuatan ini, orang tidak mau meninggalkan doa lagi. Hanya pada akhir jaman kita akan menyaksikan kenyataan, bahwa nasib bangsa dan pribadi-pribadi manusia itu tidak ditentukan oleh tindakan-tindakan orang-orang kuat hebat yang dapat dilihat, atau oleh kejadian-kejadian yang tak terelakan, melainkan oleh doa diam, tenang, dengan ketenangan tak terpatahkan, dilakukan oleh orang-orang, yang tidak akan dikenal oleh dunia.
Pater Teilhard de Chardin dalam bukunya “Le milieu divin” (medan Tuhan) menceritakan: ada seorang suster yang sedang berdoa dalam kapel di tempat yang sepi, dan sambil ia berdoa, semua kekuatan semesta alam seolah-olah tersusun kembali menurut keinginan makhluk kecil yang sedang berdoa itu dan poros berpindah melintas lewat kapel sepi tadi, dan rasul Yakobus berkata: “doa orang yang benar, sangat besar kuasanya. Elia adalah manusia biasa sama seperti kita. Ia telah bersungguh-sungguh berdoa, supaya hujan jangan turun, dan hujan pun tidak turun di bumi selama tiga tahun dan enam bulan. Lalu ia berdoa pula, dan langit menurunkan hujan, dan bumi mengeluarkan buahnya.” (Yak 5:16-18)
Cukup kita membuka-buka surat-surat St. Paulus untuk menyadari, bahwa ia amat banyak menggunakan doa untuk mendoakan orang lain dalam karya kerasulannya. Ia itu bukan orang yang berbicara lancar, seperti pengakuannya kepada umat di korintus. Tetapi ia berkuasa membuat mukzizat, dan ia kuasa dalam doa. ini misalnya, cara ia berdoa unutk umatnya: “itulah sebabnya aku bersujud kepada Bapa, yang daripadaNya semua turunan di surga dan di bumi menerima NamaNya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaanNya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh RohNya di dalam batinmu, sehingga oleh imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih…… Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi dalam seluruh kepenuhan Allah. Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja dalam kita, bagi Dialah kemuliaan di dalam jemaat dan di dalam Kristus Yesus turun-temurun sampai selama-lamanya. Amin. (Ef. 3:14-21)
Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu, dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita…… dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan segala macam pengertian, sehingga dapat memilih yang baik (Fil. 1:3;9-10).
Hampir tidak ada sepucuk surat, dimana ia tidak menyatakan kepada umatnya, bahwa ia tak putus-putusnya berdoa untuk mereka, atau minta doa untuk dirinya sendiri: “Berdoalah setiap waktu dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus; juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberaniaan aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.” (Ef.6:18-20)
Mungkin anda itu salah satu orang, yang secara khusus dipanggil Tuhan untuk melakukan tugas pelayanan doa bagi orang laindan merubah dunia dan hati manusia dengan kekuasaan doa. “Tak ada sesuatu di dunia sekuasa kemurnian hati dan doa,” kata Pater Teilhard. Bila ini panggilan anda yang dari Tuhan, maka mendoakan orang lain menjadi doa anda yang paling terbiasa. Bahkan meskipun anda tidak menerima tugas pelayanan khusus untuk berdoa bagi orang lain, namun sering anda akan merasa didorong oleh Tuhan untuk berdoa bagi orang lain pada kesempatan-kesempatan tertentu. Ada banyak cara untuk melakukan doa ini. Misalnya sebagai berikut:
Ambilah waktu untuk menyadari kehadiran Yesus, dan merasakan sentuhanNya……
Gambarkan Yesus melimpahi anda dengan hidup, terang dan kuasaNya……
Lihat diri anda, dalam angan-angan penuh bersinaran dengan terang cahayaNya……
Sekarang tampilkan dalam angan-angan, orang-orang, yang ingin anda doakan, satu demi satu. Letakan tangan anda pada setiap orang untuk menyalurkan sepenuhnya hidup dan kuasa yang baru saja anda terima dari Kristu…… ambilah waktu untuk setiap orang……
Turunkanlah cinta Kristus padaNya,…… tanpa kata-kata…… lihatlah dia bercahaya dengan hidup dan cinta Kristus…… lihat dia berubah, berganti rupa… Lalu pindahlah pada orang berikutnya…
Di sini penting sekali, bahwa anda menyadari kehadiran Yesus dan anda disentuh olehNya, pada permulaan doa untuk orang lain ini. Tanpa kesadaran ini ada bahaya, bahwa anda tidak melakukan doa, tetapi hanya latihan mengenang orang. Bahayanya, bahwa anda hanya memperhatikan orang-orang, yang anda doakan, dan bukannya Tuhan.
Setelah selesai mendoakan beberapa orang dengan latihan tersebut, baiklah orang berhenti dulu sebentar di dalam hadirat Kristus, menyelami kuasaNya, menimba rohNya, lalu meneruskan doa, meletakkan tangan pada orang-orang lainnya.
Setelah berdoa demikian untuk orang-orang yang anda cintai satu demi satu, doakanlah sekarang mereka, yang diserahkan pada anda: pastor untuk umatnya… orang tua untuk anaknya… guru untuk murid-muridnya…
Lalu, sesudah istirahat sejenak timbahlah lagi cinta dan kekuatan Kristus, dan mulailah berdoa untuk “musuh-musuh” anda, sebab Yesus mewajibkan kita berdoa untuk mereka. Letakkan tangan anda sebagai berkat pada setiap orang, yang tidak anda senangi, pada orang yang tidak suka akan anda, yang meninggalkan sebuah luka pada anda… Rasakan kuasa Kristus lewat tangan anda menuju hati mereka… Lalu teruskanlah doa anda, kini untuk bangsa-bangsa dalam keseluruhannya… untuk Gereja… Kekayaan Kristus tidak ada batasnya, dan anda tidak perlu khawatir akan menghabiskan itu, dengan melimpahkannya pada bangsa-bangsa dan Negara-negara semuanya… Lalu kosongkanlah ingatan anda sebentar, dan biarkan Roh menyarankan orang atau masalah, yang perlu didoakan. Kalau tampil seseorang dalam ingatan anda, tumpangilah dia dengan tangan anda, demi nama Kristus…
Pengalaman saya sebagai pembimbing retret ini: ada orang yang setelah mengalami bersatu erat dengan Tuhan, merasa terdorong untuk mendoakan orang lain. Pada permulaan mereka takut, mengira bahwa itu suatu penyelewengan, sampai diketemukan, bahwa mereka dibawa pada persatuan mesra dengan Tuhan itu, justru agar mereka kemudian mendoakan sesama, dan berdoa bagi oran lain ini, jauh daripada menyesatkan, malahan memperdalam persatuan mereka menjadi lebih erat dengan Tuhan.
Apabila anda terpanggil untuk pelayanan khusus mendoakan orang lain, masih ada sesuatu lagi yang akan anda ketemukan dengan kerap mendoakan orang lain; semakin limpah anda menyalurkan kekayaan Kristus kepada orang lain, semakin limpah pula Ia memperkaya hidup dan hati anda. Demikian dengan mendoakan orang lain anda sendiri diperkaya.
Latihan 41:
PERMOHONAN
Doa permohonan itu satu-satunya bentuk doa yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya, waktu mereka minta diajari berdoa. Maka orang tidak bisa berkata bahwa ia diajari berdoa oleh Kristus sendiri, kalau ia belum belajar menggunakan doa permohanan.
Dalam injil Lukas 11 kita membaca: “Pada suatu kali Yesus berdoa di salah satu tempat. Ketika Ia berdoa, berkatalah seseorang dari murid-muridNya kepadaNya,”Tuhan, ajarilah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridNya”. Jawab Yesus kepada mereka, “apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah namaMu; datanglah KerajaanMu . Berikanlah kami setiap hari makanan kami yang secukupnya, dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam percobaan”.
Setiap kalimat dari doa Tuhan ini merupakan doa permohonan! Lalu dengarlah sekarang penjelasan, yang diberikan Tuhan sendiri tentang doa ini. Ini sebagaian dari latihan.
Dan Yesus berkata kepada murid-muridNya: Jika seorang di antara kamu pada tengah malam pergi ke rumah sahabatnya dan berkata kepadanya: Saudara, pinjamkanlah kepadaku tiga roti, sebab seorang sahabatku, yang sedang berada dalam perjalanan singgah ke rumahku dan aku tidak mempunyai apa-apa untuk dihidangkan kepadanya. Masakan ia di dalam rumah itu akan menjawab: Jangan mengganggu aku, pintu sudah tertutup dan aku serta anak-anakku sudah tidur; aku tidak dapat bangun dan memberikannya kepada saudara. Aku berkata kepadamu: Sekalipun ia tidak mau bangun dan memberikan kepadanya, karena orang itu adalah sahabatnya, namun karena sikapnya yang tidak malu itu, ia akan bangun dan memberikan kepadanya apa yang diperlukannya. Oleh karena itu Aku berkata kepadamu: Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akn mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan
Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan daripadanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau jika ia minta telur, akn diberikannya kalajengking? Jadi jika kamu jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka, yang meminta kepadaNya”. (Luk 11:1-13)
Kata-kata ini mengejutkan dalam kesederhanaannya. “Mintalah maka akan diberikan kepadamu… karena setiap orang yang meminta, menerima… “ Gambarkan anda mendengar Yesus mengatakan kata-kata ini kepada anda. Tanya pada diri anda sendiri “Apakah saya sungguh percaya akan kata-kata itu? Apa itu artinya bagiku?”
Lalu bicarakanlah jawabanmu itu dengan Yesus
Anda dapat berbuat sama dengan Lukas 18:1-6
Atau ambil kutipan-kutipan berikut: Pada pagi-pagi hari dalam perjalananNya ke kota, Yesus merasa lapar. Dekat jalan Ia melihat pohon ara, lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. KataNya kepada pohon itu: “Engkau tidak akan berbuah selama-lamanya”. Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Melihat kejadian itu, tercenganglah murid-muridNya lalu berkata: “Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?” Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan hanya saja dapat berbuat apa-apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalaukamu berkata-kata kepada gunung ini: beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut!, hal itu akan terjadi. Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”. (Mat 21:18-22)
Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-muridNya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya. Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: “Rabi, lihatlah pohon ara yang Kau kutuk sudah kering”. Yesus menjawab kepada mereka: “Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: beranjaklah dan tercampaklah kedalam laut!, asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya. Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah, bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu. Dan bila kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di surga mengampuni kesalahan-kesalahanmu” (Mrk 11:20-26)
Setelah anda menekuni salah satu dari kutipan tadi, dan membicarakannya dengan Yesus, heningkan diri anda, siap melakukan doa permohonan…… Ampunilah setiap orang yang anda rasa memberatkan hati anda. Katakan kepada setiap dari mereka: “Saya mengampuni kamu dengan sepenuh hati atas nama Yesus, seperti Tuhan telah mengampuni saya……”.
Sekarang mohonlah kepada Tuhan, agar Ia memenuhi hati anda dengan iman, yang menyebabkan doa permohonan menjadi mahakuasa. “Tuhan saya percaya, tolonglah ketidakpercayaan saya……”
Sekarang mohonlah karunia, yang anda harapkan dari Tuhan: kesehatan, sukses, dan hasil yang baik dalam usaha……
Gambarkanlah Tuhan memberi kurnia ini kepada anda dan lihat dalam angan-angan diri anda memuji Tuhan karena itu……
Gambarkanlah Tuhan menahan karunia itu dari anda dan dalam pada itu juga melimpahi hati anda dengan tenteram damai dan anda sendiri bersyukur penuh gembira karena itu.
Latihan 42:
YESUS PENYELAMAT
Ini salah satu bentuk Doa Yesus. Mengucapkan nama Yesus tidak hanya menghadirkan Yesus sendiri, melainkan juga mendatangkan keselamatan Yesus pada orang yang berdoa. Yesus itu pada hakeketnya Sang Penyelamat. Itu arti namaNya (Mat 1:21). ”Keselamatan tidak ada di dalam siapa punu juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan”.
(KisRas 4:12).
Mengucapkan nama Yesus dengan penuh cinta mengahadirkan Yesus pada kita. Apabila Yesus hadir, Ia memberikan keselamatanNya. Keselamatan yang mana? Keselamatan, yang Ia bawa ke palestina dua ribu tahun yang lalu: penyembuhan bagi semua penyakit kita: raga, rasa, jiwa dan akibatnya, damai dengan sesama, dengan Tuhan dan dengan kita sendiri.
Saya sudah menjelaskan kekuatan penyembuhan, yang ditemukan dengan menyebut nama Tuhan secara khidmat. Mahatma Gandhi menyebutkan doa macam ini “pengobatan orang miskin”. Nama Yesus menyembuhkan kita dari setiap penyakit yang ada pada kita kalau kita menyebutkan namaNya penuh iman di atas semua luka dan penyakit kita.
Mengucapkan nama Yesus juga membawa pengampunan bagi semua dosa kita. Di India ada kisah seorang raja, yang membunuh saudara-saudaranya, dan karena sesal, pergi menemui seorang pertapa suci untuk bertobat dan mendapatkan pengampunan. Pertapa itu sedang pergi, sewaktu raja datang. Salah seorang murid pertapa itu menyanggupkan diri untuk memberikan denda kepada raja. Katanya “Ucapkan nama Tuhan tiga kali dan dosamu akan diampuni”. Ketika pertapa itu pulang dan menemukan, apa yang telah dilakukan oleh muridnya, Ia menjadi marah. Ia berkata kepada muridnya: “apakah kamu tidak mengerti, bahwa mengucapkan nama Tuhan penuh cinta satu kali saja sudah cukup membersihkan dosa seluruh kerajaan? Dan bagaimana kamu sampai hati, menyuruh raja mengucapkan nama Tuhan hingga tiga kali? Apakah kamu itu begitu buta tidak percaya akan kekuatan nama Tuhan?”
Ucapkan nama Yesus pelan-pelan penuh cinta, setiap kali berhenti menunggu…… ingin dipenuhi oleh kehadiran Yesus……
Sekarang urapilah setiap dari indera serta daya jiwa dan rasa anda dengan nama Yesus. Kitab Suci berkata “NamaMu itu urapan yang tercurahkan” (Kid Ag 1:3). Maka lakukan pengurapan ini pada mata anda, pada kaki anda, pada hati anda…… ingatan anda, akal-budi anda, kehendak anda, angan-angan anda…… sambil melakukan ini lihatlah setiap indera, setiap anggota, setiap daya jiwa bercahaya karena kehadiran kuasa Yesus, sehingga seluruh tubuh dan seluruh diri pribadi anda menjadi bersinar-sinar dan membara karena kehadiranNya. Sekarang teruskanlah mengurapi orang dengan NamaNya. Ucapkan Nama dengan iman dan cinta pada setiap dari mereka…… yang sakit dan menderita…… sahabat-sahabat anda…… orang-orang yang mengalami gangguan dan orang-orang yang melakukan pelayanan penyembuhan: para dokter, perawat, para pembimbing, para imam…… semua orang yang anda cintai…… lihatlah mereka masing-masing dikuatkan menjadi hidup penuh gairah karena NamaNya yang penuh kuasa…… beristirahatlah sebentar di bawah naungan nama Yesus……
Latihan 43:
KUTIPAN-KUTIPAN INJIL
Untuk latihan ini anda harus menyusun daftar perintah dan pertanyaan, yang disampaikan Yesus kepada orang – orang dalam Injil. Kalimat – kalimat seperti: “Mari, ikut Aku…… Marilah dan kamu akan melihat…… Gembalahkanlah domba – dombaKu…… Bertolaklah ke tempat yang dalam…… Kamu akan Kujadikan penjala manusia …. Berjaga dan berdoalah”.
Pertanyaan seperti: “Apa katamu. Siapa Aku ini?.... Apakah engkau cinta kepadaKu?…… Apa engkau percaya, bahwa Aku dapat melakukan ini? …. Apa yang engkau inginkan Kuperbuat bagimu?…… Apa engkau ingin disembuhkan?.......
Pilihlah salah satu pertanyaan atau ajakan ini, dan mulailah latihan:
Gambarkanlah, anda melihat Tuhan yang bangkit berdiri di hadapan anda…… lalu gambarkanlah anda mendengar Dia menyampaikan salah satu kalimat ini kepada anda: marilah, dan kamu akan melihat…… apa aku cinta padaKu?......
Jangan cepat-cepat menjawab ajakan atau pertanyaan itu. Bayangkan anda mendengar Yesus mengulang-ulang ajakan atau pertanyaanNya. Biarlah kata-kata itu menggema dalam seluruh diri pribadi anda……
Tetap dengarkanlah sabdaNya…… biarkanlah itu menantang anda, menggugah anda, membangkitkan anda untuk menjawab; sampai tidak dapat menahan jawaban anda lebih lama lagi.
Lalu katakanlah kepada Tuhan, apa yang dibisikkan oleh hati anda.
Kerap membaca Kitab Suci dengan Khidmat, terutama Perjanjian Baru, akan membawa kekayaan besar dalam hidup dan doa anda. Lambat-laun anda akan menemukan bagian-bagian dan kalimat-kalimat, yang oleh Tuhan digunakan untuk menyampaikan sesuatu kepada anda secara khusus.
Dan kerap pada waktu sedih atau gelisah, waktu mengalami gembira atau kesepian, Tuhan akan menyampaikan kata-kata ini sekali lagi dalam hati anda, dan lewat kata-kata menyambung hubungan kembali. Dan hati anda akam menyala seperti hati para murid di emaus, sewaktu mendengarkan Tuhan menjelaskan kata-kata Kitab Suci kepada mereka.
Latihan 44:
DAMBAAN SUCI
Ini suatu bentuk doa sederhana dan mengasyikkan, diilhami dalam kalimat, yang kerap digunakan oleh St.Ignasius Layola. “Doa dan dambaan suci”. Ia mengajarkan kepada para Yesuit muda, yang belajar untuk mencapai imamat, bahwa mereka harus menggunakan seluruh waktu untuk studinya: maka mereka tidak akan mendapat waktu banyak untuk berdoa. Tetapi mereka dapat kekurangan waktu doa itu dengan membina dambaan suci, mau berjasa banyak demi Tuhan dan demi keselamatan sesama. Ia mengatakan kepada para pemimpin komunitas, bahwa tugas mereka yang utama sebagai pemimpin ialah mendukung komunita-komunita mereka dengan doa (doa permohonan untuk para anggota komunita) dan dambaan suci (mendambakan jasa besar dari komunitanya).
Ignasius sendiri seorang tokoh yang mempunyai dambaan besar dan kuat: ini yang menjadikan dia tokoh suci berwibawa. Pada masa ia bertobat, ia melewatkan waktu dengan perbutan, yang paling baik disebut ”mimpi suci di siang hari”, ini caranya meningkatkan dambaannya untuk berbuat jasa besar bagi Tuhan: ia dalam angan-nagan melihat dirinya melakukan perbuatan-perbuatan besar dan sukar bagi Tuhan. Ia mengingat perbuatan besar para santo, lalu berkata ,”St. Fransiskus berbuat ini dan itu bagi Tuhan. Saya mau berbuat lebih. St. Dominikus berbuat jasa besar ini dan itu bagi Tuhan. Saya akan berbuat lebih… “. Menurut tuturnya, latihan ini selalu meninggalkan rasa damai padanya, rasa bakti dan segar, yang kemudian disebut hiburan rohani.
St. Teresia Avila juga sangat menekankan pentingnya membina dambaan akan hal-hal besar. Ini terutama dianjurkan kepada mereka yang baru mulai: Biar mereka mulai dengan rasa bebas gembira, katanya, dengan keberanian besar, penuh dambaan mau berjasa istimewa dalam mengabdi Tuhan, sebab Allah yang mulia cinta akan jiwa yang berani dan bercita-cita. Ini secara psikologi tentu masak akal. Orang tidak akan bias mengerjakan sesuatu, yang melihatnya dalam angan-angan saja tidak bisa. Orang harus mempunyai dambaan kuat dan visi besar, kalau mau menjadi besar dalam karya. Ada dua bagian dalam latihan ini. Bagian pertama menggambarkan dambaan suci bagi orang lain, bagian kedua dambaan suci bagi diri sendiri:
Tempatkan di hadapan Tuhan semua dambaan untuk orang setiap orang yang ingin anda doakan…… lihatlah meraka masing-masing dalam angan-angan, memiliki hal-hal yang anda inginkan baginya. Anda tidak perlu mendoakannya secara khusus. Cukup anda memperlihatkan dambaan anda yang suci di hadapan Tuhan…… dan melihat dambaan anda yang suci di hadapan Tuhan…… dan melihat dambaan itu sudah terpenuhi.
Yang anda lakukan untuk orang perorangan, lakukan itu juga untuk kelompok, komunita, bangsa-bangsa, untuk Gereja.
Beranikan mengatasi semua rasa kalah, tidak mampu, pesimisme, dambakan dan harapkanlah karya-karya besar…… dan lihatlah semua jasa besar itu sungguh terjadi karena kekuatan Tuhan Yang Maha Kuasa……
Sekarang tempatkan di hadapan Tuhan dambaan anda untuk diri sendiri. Perhatikanlah padaNya semua jasa besar, yang ingin anda perbuat dalam pengabdian kepadaNya……
Kenyataan, bahwa anda tidak pernah akan melakukannya, atau bahwa anda merasa tidak mampu untuk mengerjakannya, itu tidak apa-apa…… yang penting ialah, bahwa anda menggembirakan hati Tuhan dengan menunjukan besarnya dambaan anda, meskipun kekuatan anda kecil saja…… demikian cara orang cinta berbicara, untuk menyatakan keinginan dan dambaan mereka yang tak terbatas, jauh melampaui kekuatan mereka yang sangat terbatas……
Ada cara lain untuk melakukan latihan ini. Bayangkan perbuatan-perbuatan besar orang-orang suci seperti St. Paulus, St.Fransiskus Xaverius…… atau orang suci lain, yang anda sayangi dan anda kagumi…… jadikanlah perbuatan-perbuatan itu perbuatan anda dengan mendambakannya, menghendakinya, melakukannya dalam angan-angan…… identifikasikan diri anda dengan para santo-santo dalam cintanya yang besar…… bayangkan diri anda sendiri, dengan rahmat Tuhan, melakukan semua yang mereka perbuat, menderita semua penderitaan mereka, karena cinta kepadaNya…… dan lepaskan dalam angan-angan bebas semua dambaan yang bernyala-nyala, yang karena kelemahan anda, tidak mampu anda laksanakan dalam kenyataannya……
Dulu nyatakan kepada Tuhan dambaan-dambaan bagi masa depan anda…… apa yang ingin anda kerjakan dalam pengabdian kepadaNya……
Bayangkan diri anda sendiri, menjadi apa yang anda inginkan, dan berbuat seperti yang ingin anda perbuat……
Dalam dunia, yang begitu mementingkan hasil prestasi, kita mudah melupakan nilai dan arti luar biasa, yang ada pada keinginan, terutama kalau keberhasilan tidak menyusul segera.
Latihan 45:
BERPUSAT PADA TUHAN
Ketika Yesus diminta oleh para muridNya, untuk mengajar mereka berdoa, Ia mengajar mereka berkata “Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu……” Ia mulai dengan BapaNya, dengan kerajaan BapaNya, dengan kepentingan BapaNya. Kita biasa menggambarkan Yesus sebagai manusia bagi orang lain, dan memang itu benar!
Tetapi kita dapat lupa, bahwa Yesus itu pertama-tama manusia bagi BapaNya. Yesus pada hakekatnya hidup berpusat pada Allah.
Kita di masa sekarang menghadapi bahaya, menjadi terlalu berpusat pada manusia. Kita kurang mengenal perasaan pemazmur, yang menengadah ke gunung-gunung, dari mana pertolonganNya diharapkan datang. Kita cenderung menjadi terlalu melekat pada dunia, dan lupa akan transendensi dalam hidup kita, padahal tanpa itu manusia berhenti menjadi manusia penuh.
Latihan ini dimaksud untuk membuat hidup kita lebih berpusat pada Tuhan.
Susunlah daftar dambaan dan keinginan anda, sejauh itu dapat anda ingat…… dambaan besar, keinginan kecil, dambaan cita-cita, keinginan sehari-hari; susun daftar lain mengenai masalah-masalah, yang anda hadapi…… masalah-masalah keluarga, soal pekerjaan, persoalan pribadi…… sekarang tanyakan pada diri anda sendiri: Mana bagian yang saya serahkan kepada Tuhan dalam pemenuhan keinginan saya ini?
Apa Ia pegang peranan dalam mengubah dambaan itu menjadi kenyataan? Peranan apa? Apa saya puas dengan peranan, yang Ia pegang? Dan Dia puas? Lalu tanya pada diri anda sendiri: peranan apa saya berikan kepada Tuhan, dalam pemecahan masalah, yang biasa saya hadapi? Betapa jauh saya menggantungkan diri kepadaNya dalam penyelesaian masalah?....... betapa jauh saya menaruh kepercayaan kepadaNya?
Ada pertanyaan lain: di mana tempat Tuhan pada daftar dambaan dan keinginan?...... apa Ia merupakan salah satu dambaan saya? Berapa kesungguhannya? Dalam daftar masalah, di mana usaha saya menemukan Tuhan? Sekarang ambil satu dambaan atau salah satu masalah sekali waktu. Tanya pada diri sendiri. Bagaimana saya berusaha memenuhi dambaan ini? Bagaimana pada umumnya saya mencoba menyelesaikan persoalan? Uraikanlah itu dalam angan-angan…… lihat diri anda berusaha memenuhi dambaan dan menyelesaikan persoalan anda…… perhatikan sarana-sarana yang anda gunakan……
Sekarang libatkan setiap SARANA itu kepada Tuhan dan mohon dipengaruhi olehNya…… yang penting di sini keterlibatan Tuhan, bukan hasil usaha…… lihat setiap perbuatan, gagasan dan lain-lain datang dari Tuhan dan bergerak menuju Tuhan…… perhatikan rasa anda selama menjalani latihan ini.
Latihan 46:
NYALA CINTA YANG HIDUP
Saya mendapatkan ilham latihan ini dari buku yang saya kagumi, “The Cloud of unknowing” (mega alpa), yang begitu indah berbicara tentang getaran cinta buta, yang timbul dalam hati kita dan bergerak menuju Tuhan.
Ambilah waktu untuk mengheningkan diri dengan salah satu latihan penyadaran……
Gambarkan anda sekarang turun ke lembah lubuk hati anda, pada pusat inti pribadi anda. Semuanya gelap, tetapi di sana anda menemukan pancuran menyembul menuju Tuhan. Atau gambarkan anda di sana menjumpai nyala cinta yang hidup memancar menuju Tuhan……
Saya ingin menitipkan sepatah kata atau kalimat pendek pada pancuran atau nyala api itu…… misalnya nama Yesus…… atau Abba…… atau “ Datanglah Roh Kudus……” atau “Tuhanku dan segalaku……”
Dengarlah kata itu dibisikan dalam inti jiwa anda…… jangan diucapkan. Anda mendengar suara itu amat lembutnya, seperti datang dari jauh, jauh sekali dari pusat inti pribadi anda……
Sekarang gambarkan suara itu menggema dan mulai memenuhi seluruh diri pribadi anda, hingga anda mendengar itu di dalam kepala, dada, perut anda, diseluruh tubuh……
Sesudah beberapa waktu anda gambarkan suara itu memenuhi seluruh ruangan, tempat-tempat sekitar…… lalu mengelegar memenuhi seluruh bumi dan angkasa raya, hingga seluruh alam semesta menggemakan suara yang timbul dari lubuk hati anda……
Tinggallah dalam kata itu…… dan sekarang, bila mau, ucapkanlah kata itu penuh cinta…… sendiri……
Latihan 47:
DOA PUJIAN
Seandainya saya harus memilih doa, yang mengakibatkan kehadiran Kristus dalam hidup saya menjadi begitu nyata, dan memberi rasa dilindungi dan dikelilingi oleh penyelenggaraan Allah penuh cinta, tanpa ragu-ragu tentu saya akan memilih bentuk doa yang saya masukkan terakhir, dalam buku ini: Doa Pujian. Saya memilih itu juga, karena member rasa damai dan gembira begitu besar di masa-masa saya mengalami banyak tegangan.
Doa ini bentuknya sederhana: hanya memuji dan bersyukur kepada Tuhan atas segala sesuatu yang kita terima. Dasarnya adalah kepercayaan, bahwa dalam hidup kita tak ada sesuatu yang terjadi, yang tidak diketahui lebih dahulu dan direncanakan oleh Tuhan, tak ada sesuatu apapun juga, termasuk dosa-dosa kita.
Tentu Tuhan tidak menghendaki dosa. Niscaya ia tidak menghendaki dosa yang paling besar di antara segala dosa, pembunuhan Yesus Kristus. Namun Kitab Suci setiap kali mengejutkan kita dengan menyatakan, bahwa sengsara dan kematian Kristus sudah ditulis dan harus dilaksanakan. St. Petrus menyatakan ini dalam khotbahnya dimuka orang-orang yahudi (Kis Ras 2:23). “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh……” Jadi pembunuhan Kristus itu memang dimaksudkan dan direncanakan.
Dosa jelas harus kita benci dan kita singkiri. Tetapi kita bahkan dapat memuji Tuhan karena dosa-dosa kita, kalau kita sudah menyesalinya, sabab dari situ Ia akan mengambil manfaat besar. Maka Gereja, dalam luapan cinta, bernyanyi dalam liturgi paska: “ O, kesalahan mulia…… O, dosa Adam yang harus terlaksana”! dan St. Paulus terang-terangan menulis kepada umat di Roma: “Di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah…… jika demikian, apakah yang hendak kita lakukan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya makin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! (Rom 5:20; 6:1).
Ini sesuatu yang hampir tidak dapat dibayangkan: bersyukur dan memuji Tuhan, bahkan karena dosa-dosa kita! Benar kita menyesali dosa-dosa kita. Tetapi sesudahnya, kita juga harus belajar memuji Tuhan karena dosa itu juga. Seandainya Herodes dan Pilatus bertobat, niscaya mereka menyesali peranan, yang mereka mainkan dalam sengsara Tuhan. Namun mereka juga dapat memuji Tuhan, karena memungkinkan kematian dan kebangkitan Kristus berkat peranan, yang mereka mainkan dalam sengsara.
Saya mengenal begitu banyak orang, yang selama hidup membawa beban rasa salah di dalam hati, karena dosa yang mereka lakukan. Salah seorang dari mereka itu mengatakan kepada saya, bahwa ia merasa salah besar, tidak karena dosanya, sebab itu sudah diampuninya, melainkan karena datang beberapa menit terlambat pada kematian ayahnya. Ia sama sekali tidak dapat melepaskan rasa salah itu, bagaimanapun ia mencobanya. Betapa rasa lega hatinya, penuh damai, ketika ia mau saya suruh memuji Tuhan dan bersyukur kepadaNya, karena ia datang terlambat pada kematian ayahnya! Tiba-tiba ia merasa, semua diatur baik, semua ada di tangan Tuhan: Tuhan akan menggunakan itu dan mengambil manfaat darinya……
Sekarang coba ini sendiri:
Pikirkan sesuatu dari masa lampau atau masa sekarang, yang menyebabkan anda masih membawa rasa sakit, atau pedih, rasa salah atau kecawa……
Apabila anda di sini merasa salah karena ikut memikul tanggung jawab apapun juga, nyatakan penyesalan anda kepada Tuhan. Sekarang ini bersyukur kepada Tuhan, pujilah Tuhan dengan kata-kata nyata……
Katakana kepadaNya, bahwa ini juga sesuai dengan rencanaNya mengenai diri anda, dan bahwa Ia akan mengambil manfaat besar dari hal ini untuk anda dan untuk orang lain, meskipun anda tidak tahu kegunaan itu…
Letakkan hal ini dan semua peristiwa dari masa lampau, sekarang dan masa lampau, sekarang dan masa mendatang, dalam tangan Tuhan… dan tetaplah tinggal dalam tenteram dan damai, yang anda rasakan di sini.
Ini semua bertepatan dengan apa yang diajarkan St. Paulus kepada umat Kristen: “Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukur dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu”. (I Tes 5:16-18)
“Berkata-katalah seorang pada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyayian Rohani; bernyanyi dan berdoalah bagi Tuhan dengan segenap hati. Ucapkan syukur senantiasa atas segala sesuatu dengan nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita…… (Ef 5: 19)”
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!...... Janganlah kehendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Fil 4:4-7).
Ada orang yang takut, bahwa memuji Tuhan untuk segalanya, itu nanti membuat orang acuh menyerah kepada takdir! Ini teori, kenyataan lain. Setiap orang, yang melakukan doa ini dengan jujur, tahu bahwa kita, dari pihak kita, berusaha sekuat tenaga untuk berbuat baik dan menghindari yang jahat; baru kemudian kita memuji Tuhan, bagaimanapun kesudahannya.
Satu-satunya bahaya, yang saya lihat dalam bentuk doa ini ialah bahwa kita menekan perasaan yang kurang menyenangkan. Kerapkali kita meratapi (menangisi) kehilangan, yang kita derita, merasai kemarahan dan kekecewaan kita, sebelum kita memuji Tuhan dan membuka hati untuk menerima hiburan dan kedamaianNya.
Rasa damai dan gembira akan menjadi rasa yang biasa kita bawakan, apabila kita membiasakan diri memuji dan bersyukur kepada Tuhan setiap waktu. Di mana kita dulu menjadi tegang dan gelisah karena bayak kekecewaan hidup, sampai dalam hal kecil-kecil (kereta api terlambat, cuaca buruk, sedang kita mau pergi, ucapan salah tidak disengaja waktu bicara……), sekarang kita tenang berusaha melakukan sesuatu sebaik mungkin dari pihak kita, dan menyerahkan hal lainnya kepada Tuhan dengan gembira, sebab kita tahu, bahwa semuanya akan baik jadinya, meskipun di luar nampaknya lain.
Dari Tiongkok ada cerita mengenai seorang petani tua, yang mempunyai seekor kuda tua untuk mengerjakan tanahnya. Pada suatu hari kuda itu lari masuk ke bukit-bukit, dan waktu tetangga petani datang menyatakan rasa sayangnya kepada orang tua ini, karena nasibnya yang malang, petani tadi menjawab, “apa ini malang? Apa ini untung? Siapa tahu?” seminggu kemudian kuda kembali dengan membawa serta kawanan kuda-kuda liar dari bukit-bukit, dan kali ini para tetangganya mengucapkan selamat karena nasibnya untung. Jawabannya tetap, “apa ini malang? Apa ini untung? Siapa tahu?” kemudian, ketika anak si petani itu mencoba menjinakkan salah satu dari kuda liar itu, ia jatuh dari kuda dan kakinya patah. Semua orang menganggap ini nasib malang. Tidak begitu si petani, yang hanya menanggapi dengan ucapannya, “Apa ini malang? Ada ini untung? Siapa tahu?” Beberapa minggu kemudian tentara masuk desa dan mendaftar semua anak muda yang berbadan sehat, yang ditemukan di sana. Sewaktu mereka melihat anak petani, patah kakinya, dibiarkan saja. Sekarang apa itu malang? Apa itu untung? Siapa tahu?
Setiap peristiwa, yang di luar nampaknya buruk, dapat jadi nyatanya kebaikan yang tersembunyi. Dan barang yang nampaknya baik di luar, dapat jadi buruk nyatanya. Maka lebih baik kita menyerahkan nasib baik dan buruk itu kepada Tuhan, dan bersyukur, karena semua akan menjadi baik bagi mereka, yang menaruh kasih kepadaNya. Lalu kita akan ikut merasai sedikit dari penglihatan mistik Juliana dari Norwich yang mengucapkan kalimat menghibur, yang paling manis mesra yang pernah saya baca: “Dan semua akan menjadi baik; dan semua akan menjadi baik; dan segala macam hal akan menjadi baik”.
Minggu, 10 Oktober 2010
Langganan:
Postingan (Atom)